Selasa, 29 Agustus 2017

Flash Blogging bersama Kemkominfo ~ And a Quick Look on My Writing Habbit



Saya sudah menulis sejak Sekolah Dasar. Bener, sejak sekolah Dasar kelas 5. Saat itu saya dan teman-teman sedang tergila-gila dengan kisah Detektif Conan dan Petualangan Lima Sekawan. Tidak hanya itu, kelas lima SD juga menjadi awal saya menjadi penggemar berat komik Jepang. Walaupun saat itu uang jajan saya belum mencukupi untuk membeli sebuah komik baru di Gramedia, saya selalu rajin menyambangi lapak buku bekas kecil yang dulu pernah ada di kota kelahiran saya, Batusangkar. Apa pun judulnya, asal komik Jepang pasti saya beli. Saya membaca berbagai komik mulai dari genre shounen hingga akhirnya jatuh cinta dengan shoujou manga

Jumat, 25 Agustus 2017

Tujuh Puluh Dua Tahun Indonesia, Rayakan Perbedaan dengan Pariwisata





Tujuh puluh dua. Bukan angka yang kecil untuk usia sebuah Negara. Jika diibaratkan manusia, angka tujuh puluh dua menunjukkan betapa sepuhnya Indonesia. Seorang yang sudah sepuh sering dianggap kenyang pengalaman. Ia sudah menjadi saksi hidup dari perubahan zaman. Tidak ada lagi ego yang tertinggal. Yang ada hanya kebijaksanaan untuk diwariskan kepada anak cucunya kelak. 

Rabu, 23 Agustus 2017

Payakumbuh & Lima Puluh Kota One Day Trip Part 1 - Padang Mangateh



Bekerja sebagai pramuwisata bukan berarti untuk urusan berlibur saya selalu lancar jaya. Pramuwisata lokal di kota kecil yang bekerja di instansi pemerintah bukanlah pekerjaan fleksibel yang memungkinkan kamu bisa menjelajah kemana-mana. Saya adalah seorang pramuwisata lokal yang bekerja enam hari dalam seminggu, sembilan jam sehari, dan tidak memiliki jatah cuti tahunan. Haha.

Selasa, 22 Agustus 2017

Terpukau Gagauan


Gagauan atau Gagoan? Ada dua penyebutan untuk lokasi wisata yang tengah hits di kalangan anak muda Sumatera Barat ini. Ada yang menyebut Gagoan, karena sebagian besar warganet di laman sosial media menyebutnya demikian, namun sebenarnya masyarakat setempat menyebutnya Gagauan. Mengapa bisa seperti itu?

Sabtu, 19 Agustus 2017

Jelajah Rumah Gadang di Nagari Sumpu


Apa yang ada dipikiran kamu kalau mendengar kata Minangkabau? Sumatra Barat atau Padang? Rendang, Jam Gadang, Malin Kundang dan Rumah Gadang. Keempat hal tersebut seolah sudah menjadi ikon dari kampung halaman saya, Sumatera Barat. Ketika travelling ke Ranah Minang kamu akan disuguhi rendang, main ke pantai pastinya nggak akan jauh-jauh dari pantai Air Manis dengan kisah Malin Kundangnya, singgah di Bukittinggi pasti nggak akan melewatkan berfoto di depan jam Gadang. Nah, kalau berkeliling Sumatra Barat pasti nggak absen deh pemandangan rumah-rumah tradisional berarsitektur unik dengan atap ba-gonjong-nya. Yup, itulah dia rumah gadang.

Jumat, 18 Agustus 2017

Jelajah Pariangan Part 7 : Makam Tantejo Gurhano & Rumah Gadang Dt Kayo


One Day Trip kami di Pariangan ditutup dengan mengunjungi makam Datuak Tantejo Gurhano, atau yang lebih dikenal dengan sebutan kuburan panjang. Kuburan panjang, sesuai dengan namanya, merupakan sebuah kuburan tua berukuran panjang yang konon hingga saat ini tidak dapat diketahui dengan pasti berapa panjanganya. Menurut cerita yang pernah saya dengar, pengukuran makam ini selalu menghasilkan panjang yang berbeda. Panjangnya berkisar antara 23 hingga 29 meter. Makam ini disebut masyarakat sebagai makam Datuak Tantejo Gurhano. Beliau dikenal masyarakat Minangkabau sebagai arsitek yang membangun Balairung Sari, sebuah bangunan untuk bermusyawarah pelbagai suku di Minangkabau dan berlokasi di Nagari Tabek. Kisah lain menyebutkan bahwa Datuak Tantejo Gurhano merupakan arsitek pertama yang membangun rumah gadang dengan atap bergonjongnya.