Once upon a time, this story ever happened !
Saya sedang mengobrak abrik isi hard disk external milik Mr Berry G untuk mencari inspirasi untuk pemotretan. A lot referensi memang bertebaran di dalamnya. Mulai dari fashion magazine hingga photoshop magazine hingga behind the scene pemotretan fashion spread! Lama-lama saya nyasar dan malah mengulik folder lain dimana saya menemukan berbagai foto jadul Kenangan yang berasal dari sebuah tempat yang sangat akrab dengan keseharian saya. Tempat yang selalu menjadi bagian rutinitas saya sebagai mahasiswi. Tempat itu adalah Rumah Buku dan Kafe Buku !
Tempat yang satu ini bukan hanya sekedar lokasi kerja sambilan saya. Bukan hanya pelepas dahaga saya akan buku bacaan bermutu dan menambah wawasan, tapi juga tempat nongkrong saya dan kawan-kawan semasa Dont Cha and the gank, tempat janjian kalau mau melalak, dan tempat kopi darat dengan teman on line. This place means a lot! Not only for me but also for everyone around me. Banyak kawan-kawan saya yang akhirnya terlibat di Rumah Buku dan Kafe Buku ini. Mulai dari yang menjadikannya sebagai tempat nongkrong wajib juga, sampai yang akhirnya ikut-ikutan bekerja sebagai part timer disini. Berawal di akhir Januari 2009, saya diundang Miss Ratni Hardiana (saat itu masih lajang) untuk bekerja sebagai additional cashier. Saya mendapat tugas jaga di hari Minggu karena Rumah BUku di masa itu ingin meraup pelanggan Minggu-an. Waktu itu gaji saya adalah Rp20000/hari, mulai bekerja dari pukul 10 pagi hingga pukul 6 sore. Saya mengisi kekosongan waktu kerja yang tidka bisa dipenuhi dua pekerja pria waktu itu, Boyke dan Roma, yang setiap Minggu adalah jadwal mereka ke gereja.
Berwal dari sana, saya mulai menjalin keakraban dengan para owner dan pengunjung. Ada banyak pengalaman lucu, haru, bikin stress dan banyak rasa lain tidak terlupakan di sana. Yang paling saya ingat adalah saya dua kali jadi korban kejahatan di Rumah Buku. Pertama saat laptop saya digondol maling, kedua saat laci Rumah Buku dibobol maling yang ikut meraup handphone saya, handphone dari kak eci untuk berjualan pulsa serta isi laci yang lagi melimpah ruah plus dompet saya yang berisi uang kuliah. Bisa dibilang saya pekerja dengan riwayat apes tersohor di Rumah Buku dan Kafe Buku.
Tapi hal tersebut tidak membuat saya kapok datang lagi dan lagi ke Rumah Buku dan Kafe Buku. Bagaimana tidak, setelah kehilangan laptop saya menggantungkan nasib skripsi saya pada laptop yang ditinggal kak Eci disana. Saya juga menggantungkan lambung saya tiap ujung bulan di tempat ini. Saya juga mengandalkan para owner dan sahabat-sahabat owner yang berkunjung saat mengerjakan skripsi. Kak Eka Dalanta, Kak Eka Rina, Kak Ruth, Bang Liston, Bang Vinsen, Kak Diana dan masih banyak lagi nama-nama yang berjasa memperluas cakrawala berpikir saya selama menjadi penghuni meja kasir Rumah Buku Dan Kafe Buku.
Sampai Rumah Buku Dan Kafe Buku akhirnya tutup, kenangan itu saya rasa tidak akan pernah hilang. Tempat ini adalah sanctuary saya. Tempat saya bisa menghabiskan waktu untuk tumbuh dan berkembang. Tempat yang menjadi bagian penting dalam sejarah hidup saya.
Di sini saya pertama kali bertemu dan berkenalan dengan Mr Berry G yang menjadi partner kerja saya di TROTOA. Foto ini adalah salah satu adegan film dadakan kami mengenai Raja Minyak Arab dengan istri ke 4 dan ke-5 yang masih di bawah umur.
Kenangan saat sebelum pembukaan Rumah Buku dan Kafe Buku secara resmi. Awalnya Rumah Buku hanya taman bacaan kecil di Gang Pamen, di depan Pajus Karona sekarang (sekarang menjadi depot air minum isi ulang). Setelah kontrak berakhir ricuh dengan si opung pemilik kios, Kami pindah ke Jalan Jamin Ginting No 514, tidak jauh dari Gang Sumber, Tepat di seberang Studio JG 411 dan kos-an lama saya.
Saya, Hanum dan Hanny saat melukis dinding Rumah Buku dan Kafe. Butuh satu minggu menyelesaikannya. Di belakang terlihat pria berkaca mata hitam. Namanya Rocky Barus, salah satu penghuni kos lantai 2 Rumah Buku dan Kafe.
Bang Poer, sempat menjadi manajer Rumah Buku dan Kafe. Perempuan bongsor satu lagi adalah mamih Ecie. Tetua sekaligus Yang Mulia Mamih cewek-cewek kasir.
Salah satu aktifitas favorit saya di Rumah Buku adalah menggambar dan meminta mamih Ecie menggantikan saya di meja kasir hehehe
Setiap Sabtu di awal bulan selalu diadakan aktivitas yang fun dan menambah wawasan. Yang ini adalah sesi belajar gitar bersama Bang Alfons ya namanya? huekekekeke, maaf saya lupa...
Kalau yang ini sesi belajar menulis fiksi bersama penulis Medan, Kak Aisha Bashar.
Ini sih birthday party kak Ruth Barus. Di sini boleh dibilang sering diadakan pesta. Pesta ulang tahun mami ecie, Ulang tahun kak Ruth perayaan kelulusan Bang Liston (setelah 7 tahun kuliah!), dan pesta perpisahan dengan mamih Ecie yang meneruskan S2 ke Jogja. Our kind of party bukan hura-hura yang wah dan glamour. Kami seperti punya definisi sendiri soal WAH dan Glamour. Music and tuak plus bir!
From the Welcoming Home Party Kak Duma dari tanah Hindustan. Bindi party with Kare !
Selain hal-hal lucu dengan owner dan owners friends, ada banyak hal -hal tidak terlupakan berhubungan dengan pelanggan dan member Rumah Buku dan Kafe yang aneh bin ajaib. Mungkin akan terlalu panjang kalau saya tulis disini. Di post yang lain saya akan mengenang para mantan pelanggan yang paling membekas di ingatan saya akibat tingkah dan penampilan ajaib dan pilihan buku yang unik! Salah satunya mungkin tentang cowok yang doyan baca Harlequin romance !