Kamis, 29 November 2012

WARNING : Before you choose Japanese Lit in College


Suka baca komik, suka nonton anime, suka harajuku style, dan koleksi elektronik rumah tangga bermerek So*y, T*shiba, Mi*ako, etc menjadi alasan mengapa seorang lulusann SMU memilih jurusan Sastra Jepang saat kuliah. Alasan lainnya yang lazim saya dengar adalah karena mereka melihat banyaknya PMA dari Jepang di Indonesia, sehingga ia melihat itu sebagai peluang yang bagus. Alasan ini adalah alasan yang sangat berwibawa  dan tepat guna. Karena dari apa yang saya lihat, sebagian besar yang beralasan di awal saya sebutkan tadi (suka anime, manga, Japan Pop culture) rata-rata berakhir sebagai lulusan Sastra Jepang yang tidak tahu bahasa jepang,  ironi yang nyaris menyamai “Nihonjin No Shiranai No Nihongo”.

Saya adalah salah satu di antara golongan pertama yang masuk sastra Jepang. Sebagai penyuka anime, manga dan pop culture Jepang saya sempat kebingungan saat memilih jurusan kuliah. Masuk Ilmu Politik tidak direstui. Masuk Hubungan Internasional, otak saya pas-pasan. Masuk kedokteran sangatlah tidak mungkin. Masuk DKV biayanya luar biasa besar. Akhirnya saya survey berbagai jurusan kuliah yang terlihat bakal menyenangkan ketika dijalani dan sesuai dengan hobi (?). Pilihan saya jatuh pada sastra Jepang, simply because i love its pop culture.

Bayangan saya ketika memasuki sastra Jepang adalah acara Bunkasai yang akan digelar setiap tahunnya, seperti yang saya baca liputannya di Animonster. Euforia saya memasuki sastra Jepang bukan karena segi akademik, lebih kepada selebrasi. Seperti warga Jepang yang merayakan Natal setiap tanggal 25 Desember, dan berdoa di kuil pada tanggal 1 januari. Saya benar-benar berpikir untuk bersenang-senang semata. Bayangan saya kuliah di sastra Jepang akan mempertemukan saya dengan sesama otaku manga dan anime, penyuka fashion harajuku dan penggemar Utada Hikaru. Saya tidak membayangkan akan menghapal ratusan hingga ribuan kanji, mempelajari 3 jenis huruf, memahami keigo, dan menggali sejarah kelam bangsa Jepang. Have no idea.

Minggu pertama sebagai mahasiswi Sastra Jepang disebut sebagai junbishuukan (準備週間). Dimana khusus satu minggu awal semua mahasiswa difokuskan untuk mengahapal mati huruf-huruf hiragana dan katakana. Hal ini dikarenakan buku teks pelajaran yang digunakan menggunakan kedua huruf tersebut dan juga kanji. Mengapa kanji tidak dimasukkan ke dalam junbishuukan juga? Adalah karena tidak mungkin menghapal karakter kanji Jepang yang berjumlah ribuan itu dalam satu minggu. Wong pelajar Jepang aja punya mata pelajaran Kanji di sekolahnya kok. Jadi kami para mahasiswa pun memiliki mata kuliah kanji di setiap semesternya.

Kelar junbishuukan, kami memasuki babak pelajaran sastra Jepang yang sebenarnya. Buku yang kami gunakan adalah buku Minna No Nihongo I, seperti yang dibawah ini nih..


Buku ini adalah buku pelajaran bahasa Jepang standar yang digunakan di berbagai belahan dunia. Bagi mahasiswa yang sudah mampu membaca katakana dan hiragana pelajaran awal menjadi sangat mudah. Begitu juga bagi saya. Semester 1 saya lalui dengan sangat santai dan mulus. Saya berhasil memasuki semester II dengan IP 3,5. Saat saya pikir saya bisa menghandle semester II dengan lebih baik, saya dan beberapa teman yang terlanjur songong mengambil mata kuliah senioran, Huruf Jepang 4 yang seharusnya di ambil di semester 4. Hasilnya, saya dan teman-teman gagal berjamaah dengan nilai E menganga di KHS kami semester 2. Artinya kami harus mengambil mata kuliah huruf Jepang 4 lagi di semester 4.

Pelajaran bahasa Jepang dari satu semester ke semester berikutnya semakin menggila. Berhubung mata kuliahnya adalah mata kuliah kontiniu, dimana setiap semester mengalami peningkatan level kesulitan maka sekali kamu gagal di satu level akan berimbas ke level-level berikutnya. Dan huruf jepang alias Kanji menjadi mimpi buruk saya. Akibat kesombongan mengambil mata kuliah kanji dobel di semester 2, kanji saya kacau balau dan gagal. IP saya jatoh ke angka 2,7. Belum lagi saya memiliki aktifitas baru sebagai anak pers kampus. Kuliah bahasa yang sama sekali awam di kuping orang Indonesia (kecuali berbagai merek elektronik yang marak) sangatlah berat.

Saya gagal! Gagal jadi lulusan sastra Jepang yang mahir bahasa Jepang. Jujur saya sering tersandung di mata kuliah linguistik yang sungguh sangat bikin trauma. Apalagi saya sepertinya memiliki hubungan sangat dekat dengan dosen yang memberi saya nilai kalo nggak E paling baek D di 3 mata kuliah linguistik. Mental saya lemah memang ya, gara-gara batu sandungan seupil itu konsentrasi belajar saya pecah.

Perkuliahan berlanjut dan mata kuliah semakinberagam dan semakin menggila. Sejarah Jepang, Kebudayaan Jepang, Puisi Jepang, drama Jepang, kami mempelajari tidak hanya linguistik dan bahasa. Dalam mempelajari mata kuliah kebudayaanpun kami terkadang menggunakan buku teks berbahasa Jepang, kalau nggak Inggris. Maklum, buku-buku kebudayaan dan Sastra Jepang belum banyak yang dialih bahasakan. Saya paling stress kalau belajar sejarah Jepang dengan menggunakan buku teks berbahasa Jepang. Tidak hanya isi (kontennya) yang purbakala, huruf kanjinya juga sama sekali tidak ada yang bisa terdeteksi apa artinya. Membuat kami selalu membolak balik kamus kalau sang dosen nggak menjelaskan bacaannya apa dan artinya apa. Belum lagi mata kuliah ekspresi bahasa Jepang. Mengingat sejarah bahwa masyarakat Jepang adalah masyarakat homogen yang kompleks. Kebudayaan mereka yang ketat memuncukan beragam ekspresi dalam berbahasa. Tidak heran jika untuk mengungkapkan sesuatu bisa berbeda beda. Seperti penggunaan keigo. Jika dalam percakapan sehari-hari dengan sahabat dan rekan kita untuk kata makan  menggunakan taberu  maka jika berhadapan dengan atasan, orang yang dihormati maka kata yang digunakan adalah meshi agarimasu.

Waktu berlalu dan saya berhasil lulus juga dengan menyandang gelar SS alias Sarjana Sastra. Beban yang sangat berat mengingat jika ditanya bahasa Jepang yang masih saya ingat hanya bagian perkenalan dan nama-nama musim. Soal kanji jangan diungkit. Saya hanya ingat kanji watashi, yama dan Ai (ini pun saya masih sering salah tulis). Oh iya, saya juga masih ingat kanji Ue dan Shita kekekeke. Jadi jika anda bertanya-tanya mengapa nama blog saya aneh, itu sebetulnya obsesi awal saya yang ingin  nge-blog kejepang-jepangan. Sayangnya saya tidak pernah benar-benar posting hal-hal berbau bahasa Jepang kecuali hobby menggambar a la manga saya. Blog saya sendiri Aoisoranoshitade.blogspot.com, aoi sora no shita de berarti Under the blue sky. Nama blog ini terinspirasi dari lagu Jepang yang kami nyanyikan saat saya mengikuti Gasshuku (semacam PMB jurusan) di awal kuliah, lagunya kira kira berbunyi seperti ini... Sora no shita de ookikunatte, Sora no shita de ookikunatte,  anata to watashi, nakayoku asobimashou...

Saat-saat menyeramkan setelah jadi Sarjana dan mencari kerja adalah saat interview kamu ditanya macam-macam soal bahasa Jepang, dan kebetulan yang interview ngerti bahasa Jepang padahal kamu pikir dia tidak mengerti dan kamu berlagak pintar membodohinya dengan asal jawab sekenanya. Pfuiiiiihhh . Cape deh. Saya pernah mengalamainya. Harus saya akui itu adalah hal paling memalukan dalam hidup saya. Wawancara kerja resmi pertama saya ibarat terkena tsunami setelah gempa 10 SR. Harga diri saya runtuh dan sama rata dengan tanah. Saya juga mempermalukan almamater saya. Trik saya setelah ketahuan? Ngeles...

Dan malam ini saya bertemu dengan beberapa kawan semasa kuliah di sastra Jepang USU. Dan guess what, tidak satu pun diantara mereka yang bekerja sesuai dengan jurusan kuliah. Teman saya yang pertama adalah mantan bankir yang sekarang bekerja sebagai promotion spv , teman yang kedua bekerja di perusahaan forwarding, dan yang ketiga adalah Admin sebuah kursus bahasa Inggris. Mereka sama sekali tidak menggunakan bahasa Jepang yang dipelajari semasa kuliah. Dan guess what, mereka juga mengalami masa-masa dimana lulusan Sastra Jepang seperti kami dianggap maha fasih menulis dan membaca kanji serta tahu arti lagu-lagu L’arc en ciel.

Seperti cerita teman saya yang pertama...
“Saat kami loading barang baru berupa keyboard merek Kawai seorang teman dengan entengnya  meminta saya menerjemahkan tulisan bahasa Jepang di kemasan keyboard tersebut. Saya ngeles aja kalo saya kesulitan mengartikan kanjinya. Saya bilang, ‘kalo di sastra Jepang kanji itu bisa memiliki banyak arti. Jadi tidak bisa sembarangan menerjemahkan sesuatu’”

Lucu sekali...

“kemudian ada suatu hari datang brand ambasador keyboard merek Kawai ke kantor kami. Para karyawan heboh meminta saya turun untuk berbincang dengan orang Jepang tersebut. Saya berhasil menolak turun ke showroom  dengan alasan banyak kerjaan.”

Hahahahahahahhahahahha

Teman kedua lebih ngaco lagi...

“Saat saya wawancara di epson, saya mendadak diberitahu bahwa saya akan diwawancara oleh GM-nya langsung yang orang Jepang. Saya tidak menduga akan seperti itu karena saya tidak melamar menjadi penerjemah Bahasa Jepang. Ketika si GM muncul saya langsung berdiri dan bersusah payah mengucapkan kalimat dalam bahasa Jepang yang berarti,’Maaf saya mengundurkan diri dari wawancara ini’”

Bahasa Jepang memang mengerikan! Salah ding, kami para lulusannya yang mengerikan.

So, just for your information. Jika saya amati dari 40-an lulusan Sastra Jepang satu angkatan dengan saya, saya rasa kurang dari 10 orang yang menggeluti profesi yang berhubungan denngan bahasa Jepang. Saya rasa pun hanya 4 orang. 2 bekerja di Konsulat Jenderal jepang di Medan, dan 2 orang menjadi Nihongo Kyoushi di SMA. Yang lainnya? Kebanyakan malah bekerja di dunia perbankan. Tidka heran banyakl perusahaan Jepang yang masih saja kewalahan mencari tenaga kerja Penterjemah di Indonesia.

Belajar bahasa yang sangat tidak familiar di kehidupan sehari-hari sangatlah challenging. Jika bahasa Inggris sudah sangat familiar dimana sehari-hari kita bisa mendengar anak es-de mengumpat mengucapkan “F*CK YOU!” maka bahasa Jepang sangat langka penggunaanya dalam kehidupan sehari-hari. Setahu saya hanya jokes bahasa jepang yang sering digunakan masyarakat Indonesia, seperti Takashimura (tak kasih murah) dan sakurata (miskin cyintt). Untuk kosa kata entah kosa kata mana dalam bahasa Indonesia selain romusha yang diserap dari bahasa Jepang. Kemungkinan ini seharusnya ada mengingat Jepang pernah menjajah Indonesia selama 3,5 tahun.

Kunci dari mempelajari bahasa adalah dengan mempraktekkannya sesering mungkin. Jika tidak dipraktekkan mana mungkin sebuah bahasa akan dapat dikuasai. Minimal kalau tidak diucapkan biasakanlah diri untuk dekat dengan bahasa Jepang seperti mendengar lagu-lagu Jepang dan Menonton dorama dan movie Jepang. Cara ini sangat ampuh untuk membuat kamu memahami penggunaan pola kalimat khususnya percakapan dalam bahasa Jepang. Saya jika ditanya mengerti bahasa Jepang maka saya akan menjawab ya saya mengerti sedikit. Kalau menonton dorama atau movie, saya dapat memahami jalan ceritanya dari penggalan-penggalan dialog yang berhasil saya pahami. Tapi jika mengucapkannya saya nyerah. Bahasa Jepang saya sudah terkikis Korean Wave. Hahahahahaha. Joudan ne~

Setelah melewati berbagai interview dan disentil mengenai kemampuan bahasa saya, saya mulai sedikit tersadar dengan big black hole in my life history ini. Jadi dengan tekkad yang (agak) kuat saya berniat untuk mengulang belajar bahasa yang satu ini dari awal. Saya kembali mebuka minna no nihongo I dan mulai berbincang dengan tawapon-san dan Maiku Miraa. Insya Allah kalo nggak ada halangan saya ingin mengikuti Noryoukushiken atau semacam ujian kemampuan bahasa Jepang atau TOEFL dalam bahasa Inggris tahun depan. Saya berharap saya dengan bangga akan berkata saya mampu berbahasa Jepang karena saya lulusan Sastra Jepang. Dan tidak ngeles lagi jika ditanya atau diminta berbahasa Jepang. Walau nantinya pekerjaan saya tidak berhubungan dengan bahasa Jepang. ^^

Ini secuil kenangan dari kebersamaan kami para eks mahasiswa Sastra Jepang USU angkatan 2006


dan kenangan indah saat BUNKASAI USU 2011



 ^^/


Rabu, 28 November 2012

Please Dont You Go Breakin' My Pretty Little Heart...


Judul postingan di atas adalah judul lagu dari Sexy Mr Thicke. That's my fave song yang berusaha saya tularkan ke orang-orang sekitar. Sejauh ini baru 1 yang benar-benar jadi korban, teman satu kos saya bernama Aina. Saat mendengar lagu ini dia langsung suka dan berkata bahwa suara Mr Blue Eyed Soul sangat HOT. Well, Aina tidak hanya suaranya, penyanyi yang satu ini juga memiliki fisik HOT. Bisa bikin gerah cewek-cewek yang nonton konsernya. Ngomong-ngomong soal konser, saya sangat berduka karena tidak bisa nonton Pria beristrikan Paula Patton ini. Nasib jadi pengangguran apes. Duit minim nggak berani mimpi nonton konser sekelas Java Jazz. Belum lagi acaranya di Jakarte, awak di Medan. Kek mana lah ceritanya itu Pak Cik?

Titel di atas saya tulis bukan untuk membahas Mr Thicke, tapi boleh lah kita pandangi Mr Thicke sebelum masuk ke topik sebenarnya...

pict source http://www.eatinghiphop.com


Yeah, He's a good looking man,

Not a stalker, but please dont take your eyes off him hehe


A good Husband, A lovely Daddy
He writes lot oof cool songs =)

Kembali ke topik...

Alasan saya menulis judul tersebut adalah saya baru menyadari  bahwa patah hati itu mengerikan, bagi sebagian besar orang. Saya tidak berbicara masalah pribadi. Masalah orang lain. Para perempuan dan laki-laki yang hancur remuk akibat patah hati. Para sahabat dan orang-orang terdekat yang mengalami moment kehancuran akibat cinta yang tidak bisa disatukan. 

Jika anda diputuskan oleh kekasih anda, apa yang akan anda lakukan?

A. Tidak terima dan bersikeras untuk tetep jalan bareng.
B. Nrimo dan move on (Bukan hubungan namanya jika salah satu pihak sudah bilang 'No')
C. Terpaksa putus tapi setelah itu mendadak jadi socmed stalker (Tidak bisa berhenti melihat isi blognya, tidak bisa berhenti nge-cek status dan tweetnya, bahkan mendekati orang-orang terdekatnya untuk memuaskan rasa ingin tahu mengapa hubungan ini berakhir, mengapa akhirnya ia memilih laki-laki/perempuan lain)
D. Berbicara secara dewasa dan berusaha berdamai dengan kenyataan.
E. Paling ekstrem ngancam bunuh diri ato bunuh diri beneran

Saya punya seorang sahabat perempuan. Sebut saja namanya Gusti. Dia perempuan jawa kelahiran Sumatera. cantik, putih dan berbodi OK. Pendidikannya D1 komputer perkantoran di lembaga pendidikan lokal. Seorang gadis yang ,memiliki cita-cita tinggi sebenarnya, hanya saja keadaan memaksanya bertahan di kota kelahiran.

Saya dan Gusti berteman sejak kecil, karena kami belajar mengaji di mesjid yang sama dan memiliki lingkungan pertemanan yang sama. Kami memasuki masa puber bersama. Saat itu ada saya dan seorang sahabat lagi, Lisa, yang mana kami selalu pulang dan pergi sekolah bersama karena jalan pulang searah. Hal yang paling saya ingat dari dua sahabat saya ini adalah kecintaan mereka akan pria tampan nan ideal, nggak jauh-jauh kok, mereka selalu membawa saya cuci mata mengamati siswa sekolah lain atau senioran yang berseliweran sepanjang jalan dengan sepeda motor (hehehe, jujur saya cukup menikmati masa-masa itu *alasan yang membuat saya bertahan menonton film Thailand First Love, Crazy Little Things Called Love yang dipertengahan ceritanya kedodoran dan skenarionya melemah). di usia SMP mereka sudah memikirkan rencana kehidupan dengan pasangan kelak. Hal yang bahkan dipikiran saya waktu itu belum terbentuk konsepnya sama sekali.

Kembali ke Gusti. Saat saya melanjutkan kuliah ke Medan, saya cukup jarang berkomunikasi dengan Gusti. Pertama, jaman friendster dia nggak punya friendster (dan internet kebetulan menjadi barang langka di kota kelahiran kami), jaman ber-hp dia keseringan gonta ganti nomer, jaman facebook dia cuman sekedar eksis punya facebook tapi tiak ada aktivitas di wall/timeline-nya). Ketika sesekali kami bertemu saat Hari Raya Idul Fitri, yang ditanyakan Gusti pertama kali kepada saya adalah , "Siapa pacarmu sekarang?". Selalu saja itu. dan jika saya menjawab tidak ada dia akan mengalihkan pembicaraan ke topik pria-pria yang ada di kehidupannya. Pria-pria yang menjadi teman telponan, sms-an, dijodoh-jodohkan dan yang terang-terangan menggodanya di kampus atau ketika perjalanan pulang kuliah. 

Pernah saya memperingatkannya untuk tidak serius meladeni hubungan on air tersebut.Tapi dia tiak menggubrisnya. Sempat Ia kopi darat, hanya saja seperti dugaan saya pria-pria tersebut tidak seperti yang diharapkannya. Kalau bukan soal wajah, ya profesi. Saya hanya bisa tertawa mendengar kabar tersebut sambil berpikir, "pria macam apa yang teramat kurang kerjaan mencari jodoh lewat sms dan telepon iseng-iseng seperti itu?"

Waktu berlalu dan sampai pada tahun 2011 saya mendengar rencana pernikahan sahabat saya itu. Saya gembira mendengarnya dan sudah mulai berancang-ancang mencarikan kado istimewa. Sayang, ketika saya kembali pada libur lebaran saya mendengar kabar mengejutkan, pihak pengantin laki-laki membatalkan rencana pernikahan seminggu sebelum acara tersebut berencana diadakan. Perih. Hati saya sakit mendengar kabar tersebut. 

Saya kemudian menemuinya dan sempat berbagi cerita dan kabar dengan Ibu Gusti. Perempuan tua itu juga terlihat sangat terpukul. Wajahnya kuyu dan matanya sembab. Pastilah ia banyak menangis memikirkan ansib putri tercintanya. Sahabat saya yang mengalami patah hati menjelang pernikahan ini juga kuyu, mata bengkak dan terlihat sangat kurus. Saya memilih tidak mengungkit cerita sedih tersebut. Untuk apa lagi dibahas jika hanya membangkitkan kenangan buruk dan menyiram cuka di atas luka (hadehhhh).

Saya menyemangatinya dan mengatakan bahwa satu-satunya orang yang merugi akibat semua ini adalah si calon pengantin pria yang kabur. Ia kehilangan kesempatan mendapatkan gadis cantik dan baik seperti sahabat saya.

Memasuki tahun 2012 saya menemukan bahwa dia makin aktif di socmed. Saya pikir ini adalah ciri positif bahwa dia menemukan aktifitas baru untuk mengisi waktu kosongnya. Ia akan bertemu banyak teman lama, teman baru, bahkan teman pria yang bisa diprospek untuk jadi calon suami sejatinya.

Sayang, menjelang lebaran 2012 saya mendengar kabar pernikahannya. Kenapa saya menyayangkannya? Karena seminggu setelah pernikahan tersebut suaminya membatalkannya. Sang suami menghilang tanpa kabar tanpa jejak. Gusti menjadi janda hanya dalam waktu 7 hari setelah pernikahannya. Saat ini ia sedang mengurus perceraian yang sepertinya tidak ada habisnya. Sebab sang suami tidak diketahui keberadaannya dan tidak pernah muncul di persidangan.

Another heartbreaking story juga adalah dari sahabat saya, seorang pria. Jarak memang rentan menimbulkan kesalahpahaman. Dusta dan kejujuran jadi tidak bisa dibedakan. Apalagi melibatkan socmed. Saya ingat sekali bagaimana ketika beberapa hari sebelum sebauh note mengenai sebuah tragedi cinta sahabat saya di tag oleh adik perempuan pacar sahabat saya itu, saya telponan dengan pacar sahabat saya untuk menyemangatinya untuk sembuh dari penyakitnya. Keadaan tiba-tiba tidak terkendali. Semuanya hancur berantakan seketika. Tidak tahu mana yang benar mana yang salah. Siapa yang berdusta siapa yang jujur. Saya tidak tahu  apa yang bisa saya percaya dari kisah mereka. 

Singkat cerita karena kesal dengan kabar tidak menentu dari sang Adik pacar sahabat saya, kedua orang yang berkonflik juga tidak memberi pernyataan yang dapat meluruskan permasalahan. Saya dan beberapa sahabat yang tiba-tiba dilibatkan secara paksa memutuskan untuk berada di pihak sahabat kami. Kami menganggap bahwa kekasihnya lah yang berdusta dan mangarang cerita. Adik perempuannya menyebar fitnah. entah ini keputusan yang bijak atau tidak, karena jujur saja kami tidak seharusnya dibawa-bawa dalam permasalahan pribadi ini. 

Putus jarak jauh adalah keadaan yang membingungkan dan mungkin sedikit melegakan. At least you dont have to face her/his as often as you see the sun. Seharusnya! Tapi saya melihat sahabat saya ini setelah itu masih berteman dengan sang mantan di facebook. masih membalas pesan singkatnya dan bertukar kabar. So whatever lah. Saya dan sahabat gerah. Apalagi kami merasa tidak nyaman dengan permasalahan ini. Tapi berhubung ini masalah pribadi hanya nasehat saja yang terlontar, tindakan si sahabat? dia yang memutuskan.  Sudah hampir 2 tahun berlalu, saya sudah nyaris melupakan persoalan ini walau ketika membuka facebook dan melihat status GALAU karena CINTA teman-teman lain membuat saya terkenang akan kejadian cinta sahabat saya satu ini. Entah mereka masih berhubungan sampai sekarang saya tidak tahu, bukan urusan saya. Yang jelas saya sudah memutus mata rantai koneksi yang dapat menghubungkan saya dengan mantan sahabat saya tersebut.

Another story my college mate. Seorang perempuan manis yang selalu berhasil memikat daun muda, haha.. Setelah sempat menjalin hubungan dengan pria satu suku ia putus karena tidak direstui orang tua si cowok. akhirnya Sahabatku ini jatuh ke pelukan Pria batak yang lebih muda. Sayangnya mereka beda agama. Walau menyadari hal ini akan menjadi ganjalan they keep on their relationship. Dari cerita sahabat saya sepertinya si cowok bersedia mengalah dan mengikuti keyakinannya jika mereka menikah nanti. Sayang tidak lama setelah itu si cowok selingkuh. Sahabat saya diputuskan dan langsung mengumumkan hal tersebut kepada kami dan meminta agar kami tidak mengungkit soal pria itu lagi.

Kenyataan berkata lain, selang beberapa bulan after the boy dumped her mereka baikan. Ketika saya tanya alasannya sahabat saya tidak mampu menjawab. Ketika saya bertanya,"sudah cinta matikah kau kepadanya?" dia juga tidak bisa menajwab. Puncaknya mereka putus lagi. Kali ini masih seperti sebelumnya, sahabat saya diputuskan. Jika sebelumnya akrena ia selingkuh maka kai ini ,masalah agama menjadi kuncinya. 

Sahabat saya tersebut tidak memberitahu perihal putus tersebut kepada saya. Saya justru tahu dari sahabat lainnya. Dengan modal bercanda sambil lalu saya berhasil mengorek apa penyebab putus dari mulutnya, dan yah... seperti yang saya tulis di atas agama menjadi alasannya. Namun kali ini ada campur tangan orang tua si cowok.  Beberapa bulan setelah putus saya menemukan di news feed facebook saya bahwa ia berteman lagi dengan si mantan di facebook. 

Terakhir adalah kisah seorang senior saya. Kami baru akrab beberapa bulan belakangan karena terlibat proyek yang sama. Saya tahu bahwa Ia sudah sering mengalami patah hati dramatis dengan hubungan-hubungan sebelumnya. Tapi sepertinya kali ini adalah patah hati paling menyakitkan dan menyesakkan baginya.

Dua tahun sudah ia menjalani hubungan dengan seorang pria beda keyakinan. Mereka menjalani hubungan yang indah dan tulus. Saling menerima apa adanya dan saling mendukung  guna kemajuan satu sama lain. Senior saya sangat bersemangat mendukung ide-ide mantannya dan tak jarang menyumbang pemikiran dan pendapat. Hasilnya, karir sang Pria berkembang. Mereka membayangkan masa depan yang lebih nyata untuk mereka berdua, pernikahan. senior saya memutuskan untuk mengalah agar semua menjadi lebih mudah. Sayang 5 bulan menjelang pernikahan ia mendapat tamparan keras saat sang kekasih yang sedang berada di daerah lain  mengumumkan pertunangannya dengan perempuan lain.

Patah hati, bukan sekedar patah hati biasa. ini adalah patah hati yang epik! Besar dan tragis. Saat kepercayaan dikhianati rasanya benar-benar sebuah penghinaan bagi harga diri orang yang patah hati. Saya menulis bukan untuk nge-judge sebenarnya. Entah lah apa masalah sebenarnya. Saya tidak berhak menilai dari kacamata saya. Saya tidak mengalami hubungan yang kandas tersebut. Tapi sebagai sahabat saya meluangkan waktu untuk mendengar mereka bercerita dan berbagi kisah. 

Sahabat saya, mereka adalah orang-orang yang berani mengambil resiko dalam sebauh hubungan. Meski tidak mudah mereka berusaha berkompromi. Sayangnya takdir selalu selangkah lebih cepat. Mendahului semua rencana mereka dengan rencana A,B,C,D and so on.

My Broken hearted Girls and Boy memilih untuk melewati saat-saat tersulit itu dengan cara masing-masing. Ada yang segera move on, ada yang terlihat move on, dan ada yang sekedar berkata move on. tapi sebagian dari mereka amsih belum berhasil lepas dari bayang-bayang hubungan di masa lalu. Berat kata meraka memang, saat kamu pikir kamu bisa meraih masa depan bersamanya tapi seketika itu musnah, kekasih hatimu ternyata tidak bisa melanjutkan perjalanannya bersamamu.

menangis, berdiam diri, merenung sampai berstatus GALAU abadi di socmed sudah menjadi hal biasa bagi broken hearted people. Tinggal saya yang resah tidak tahu harus berkomentar apa, haha.

Waktu mungkin akan menyembuhkan semuanya. Mungkin disini artinya bisa sembuh beneran, setengah sembuh atau tidak sembuh sama sekali. Salah satu sahabat saya yang patah hati epik ini kemudian mengalami satu turning point terdahsyat dalam hidupnya. Divonis penyakit langka membuatnya terbangun dari patah hatinya (i guessed). Sekarang Ia adalah seorang CEO dari perusahaan kecilnya. I'm so proud of it. saya tidak lagi melihat status galau di facebooknya. Yang selalu saya temukan adalah buah pikiran, motivasi dan laporan aktivitas super padanya.

Senior saya akhirnya menjadikan momen patah hatinya sebagai titik balik dari masa depannya. Ia tidak menjadi workaholic atau menjadi perempuan aktif di berbagai komunitas. Tidak sampai segitu juga. Tapi ia memutuskan untuk mengejar obsesi terbarunya. Masa depan rancangannya sendiri dengan mencoret nama si mantan dari jajaran cast. berhenti dari perusahaan tempat ia bekerja selama ini dan memulai bisnis baru adalah ide move on yang sangat ekstrem, tapi layak untuk diperjuangkan.

Terakhir, intinya ini adalah post mengenai cerita patah hati. Mudah-mudahan yang baca ada yang patah hati dan belom move on bisa belajar dari kasus patah hati sahabat-sahabat saya. Atau setidaknya bisa membuat sebuah perbandingan, dari kasus patah hati kronis di atas. Sepatah-patah hatinya kamu, sehancur-hancurnya perasaan kamu ada orang yang lebih hancur lagi. tapi mereka berhasil menghapus air mata, menegakkan kepala dan berjalan lurus menuju masa depan baru mereka.

Cheers for the broken hearted people! 

Dan untuk yang berencana me-matah-hatikan seseorang mudah2an berpikir ulang. Atau setidaknya menyusun rencana agar luka yang ditimbulkan tidak terlalu dalam. Patahkan hatinya dengan baik dan benar. Jangan berlaku brutal.








Senin, 26 November 2012

Spring Has Come


Musim semi telah datang, yey... 

Upps, forgot. It's December. Well that's OK, musim semi ada pada diri saya kok. Bulan November kali ini saya tandai sebagai hari kebangkitan diri saya sendiri. Patut untuk dirayakan, cheers!

Di bulan November ini saya mendapat banyak pelajaran berharga, dan saya akhirnya melakukan sesuatu yang seharusnya saya lakukan dari kemaren-kemaren, hal tersebut adalah:

1. Tekun mencari kerja, so far i got called by 5 company. Masih belum sign the deal, tapi ini angin positif... at least i had lot of choice *ke -PE-DE-an*

2.I started writing my own novel! Yey! Draft yang lama terkubur itu akhirnya bisa dibangkitkan kembali tanpa perlu upacara sakral dan pengorbanan berat.

3. The verry first client for TROTOA! Oke, saya sebelumnya sudah berhasil mendapatkan klien, tapi itu berkat koneksi dan bla bla bla. Ini pertama kalinya saya menangani klien dari awal sampe akhir. Thank you for the Exelco's  Camomile Tea =D.

4. I finally said what i supposed to say long time ago! 

5. Dan bulan ini adalah bulan yang cukup menyenangkan =) 

Have spring come on you? 

Jumat, 23 November 2012

Job Sick-ing Me

Alkisah pada hari Kamis, 22 November 2012, saya dan kouhai (junior) saya berencana menghadiri sebuah event ter-akbar tahun ini di Medan. Adalah Kompas Karir Fair! Karena kami berdua adalah dua job seeker yang saling memahami dan mendukung satu sama lainnya, maka atas nama event-event bursa kerja dan walk in interview menjadi sesuatu yang sakral, keramat, SUCI!

Karena Kouhai saya tersebut ada interview di sebuah lokasi bernama Medan Mega Trade Center di jalan Pancing, maka kami memutuskan untuk bertemu on the spot yaitu di lokasi event akbar tersebut digelar. Kami berjanji temu pukul 11.00 WIB di gedung Uniland. 

Dengan semangat 45 setelah sebelumnya mengorbankan panggilan interview pagi-pagi di sebuah kantor media (berhubung terjadi pemadaman listrik dan saya tidak memiliki pakaian layak untuk dikenakan sama sekali dan juga teman untuk minjem juga ukurannya beda drastis dengan saya, satu boodylicious satu terlalu jangkung) saya berangkat dengan menumpangi sudek nomer 61.

selayaknya pukul 10.00 WIB jalan kota Medan seharusnya tidak beitu padat. Dan ekspektasi saya benar. Sang sudek lenggang kangkung di jalan walo sesekali sempat tertahan oleh Semurawutnya jalanan gang Sumber, Pajus Karona, simpang Siti Hajar, de le le (bah...). Sambil tidur-tidur ayam karena malam sebelumnya tidur terlalu larut saya sesekali mengintip dengan membuka sedikit sudut mata agar tidak kebablasan. Sebelum sampai di simpang Jl Ahmad Yani alias kesawan, angkot saya stuck dan bergerak bagai siput . kami tertahan cukup lama di jembatan dan beringsut-ingsut sampai nyaris 1 jam berikutnya. What the.... 

Sampai akhirnya di persimpangan Jl Ahmad Yani, saya melihat tanda bahwa jalan ditutup. Angkot kami yang seharusnya berjalan lurus dipaksa berbelok masuk kesawan. Oh tidak, jangan lakukan itu pak supir! Anda seharusnya lurus saja, saya mo turun di depan sana, dikitttttttttttt lagi!

Apa daya, supir abnting stir ke kiri. kami melewati jalan ahmad yani dan terus lapangan merdeka, berputar di depan kantor pos, masuk depan stasiun Medan dan menuju Pajak Ikan. Sampe disana macet lagi. kali ini lebih parah. tidak bergerak sama sekali. Salah seorang polisi yang berjaga berusaha mengalihkan kendaraan lain yang hampir2 mengikuti jalan kami untuk mencari jalan lain, "Ada demon pak, mereka bakar-bakar ban di tengah jalan. cari jalan lain saja. Bakal lama ini kayaknya."

Omakkkk, demo rupanya. Demo buruh lagi. Apa masih belum terima UMK Medan 1,4 juta? maunya kan 2,8 juta. Saya pribadi tidak tahu menahu soal sistem upah perburuhan di Indonesia. For me it's whateva lah, yang penting outsourcing dihapuskan segera. Benaran. 

Si supir angkot pening. Setoran macet lah ini pikirnya. Jalan tak dibuka, mana bisa ambil sewa. Aish, kasian kali bapak tua berkumis dan jenggot ubanan ini.

Si supir menawarkan saya dan penumpang lain untuk jalan kaki saja. "yang mau ke sambu lurus aja terus dari jembatan ini," ujarnya. Para penumpang lain segera turun. Saya pun ikut-ikutan karena tidak ada pilihan. "Adek mau kemana?" tanya si Bapak saat saya bayar ongkos. Sementara penumpang lain ada yang kabur seenaknya tanpa bayar, saya masih punya nurani buat bayar ongkos walo g diantar sampe tujuan. Bukan salah si Bapak woiiii (sok heroik). "Ke Uniland pak, \"

"Wah, deketnya itu. Jalan saja dek..."
"Iya pak, makasih ya... "
"Sama-sama dek."

Dan begitu saja. Saya berpisah dengan si Bapak supir tanpa adanya drama.

Saya buru-buru jalan menyisiri celah-celah sempit jalan Pajak Ikan yang disesaki kendaraan yang tertahan akibat ada demo. beruntung badan saya tipis, celah sempit pun terlalui dengan mulus. Saya bisa merasakan tatapan iri dan dengki para pengguna kendaraan bermotor. Sementara mereka stuck disana, saya melenggang bebas bagai burung yang terbebas dari sangkarnya *bah*.

Setelah berjalan beberapa menit sambil disuit-suiti abang-abang tukang becak dan porter setasiun, saya sudah hampir dekat Uniland, dari kejauhan saya melihat sesuatu yang hijau=-hijau berkibar di depan Uniland. Apakah hari ini hari jadi Uniland? Maksud saya, Uniland adalah gedung perkantoran yang bangunannya di cat ijo tua. Dan yang saya lihat adalah spanduk, umbul,umbul dan bendera ijo tua. Dan atribut sebanyak itu bukan sesuatu yang normal di hari biasa.

Semakin dekat. Dan semakin dekat.

Itu adalah para demonstran! Mereka gelar demo depan Uniland! What the? Jadi masa buruh sengaja bikin demo di depan arena job fair untuk menggelar tuntutan mereka soal kenaikan UMK? Saya speechless. Bagaimana ini? Oppa~ Ottoke? Doushoukana~?

Shikata ga nai *have no choice* saya telpon kouhai saya untuk membicarakan kemungkinan perubahan rencana. 

"Num, kek mana nih. Demonnya depan Uniland pulak."
"Iya kak, aku dah mutar nih, nggak dikasih jalan ke Uniland. Ini lagi di palangkaraya (jalan palangkaraya maksudnya)"
"Ish, sengaja kali orang ni demon depan lokasi job fair ya... "
"Kak, kita ketemu di sebelah Uniland ya, aku dah lewat nih. keknya masuk dari belakang. deket jalan keluar sudek dari Sambu."
"Oh Okeh, aku liat orang2nya dah beringsut masuk ke Uniland. Tapi yakin dirimu acaranya masih jalan?"
"Masih kayaknya, aku liat banyak orang berdandan rapi tampang-tampang butuh kerja keluar dari parkiran belakang Uniland."
"Iya lah, kuliat pun ga anrkhisnya orang ni. Bisa lah aku lewat.. see you!"

Setelah memutuskan smabungan telepon saya berjalan dengan mantap menuju Uniland, dan You know what. Bendera ijo dan atribut ijo lainnya bukan milik Uniland ato pun organisasi buruh mana pun. Itu milik PPP alias P3 alias Partai Persatuan Pembangunan dengan lambang Ka'bah. Bukan demo UMK rupanya, demo konflik Palestina-Israel. Saya salah sudah su'udzon sama organisasi buruh. Maaf ya....

pict source www.aktual.co   ^^


Saya melewati kerumunan masa dengan santai namun tetap siaga. Sambil berdoa demi perdamaian dunia juga tentunya. Maaf pak, buk, saya nggak ikut demon. Bukannya nggak bersimpati dengan situasi disana. Ada hal lain yang harus lebih saya simpatikan, masa depan saya!.

Setelah berhasil masuk Uniland, perjuangan lainnya baru saja di mulai. Karena kami belum memiliki tiket untuk masuk ke arena karir fair, kami harus menemukan counter tiket terlebih dahulu. Yang pertama terlihat oleh kami adalah antrian mengular sekitar 10 meter dengan 4 lajur barisan penuh orang-orang yang terlihat sama seperti kami, job seeker. 

"masya Allah num, rame kali!" Saya hopeless. Gilak aja ngantri segitu panjangnya. "Mana tiodak terlihat bergerak cepat. Kok gitu kali antrinya ya?"
"aish, kalo kek gini malas aku kak. Nengok antriannya aja dah bikin  malas. Tau gini aku pulang aja ke Perbaongan."
Komentar si Kouhai membuat saya semakin down. Tapin masa perjuangan berat saya melewati macet dan demonstrasi masa harus berakhir dengan pulang? Lagi pula mau pulang kek mana? Orang jalan pulang di blokir masa. 

Kemudian saya tidak sengaja memperhatikan tulisan yang terpampang di areal antrian "Tes BCA blah blah blah, saya sudah lupa"

"Num, itu ngantri tes BCA. Bukan beli karcis. Jadi beli karcis dimana ya..." Ujar saya sambil muter-muter kepala. Dan yeah, boks tempat pembelian tiket ada di belakang kami. 

"Berapa orang kak?" tanya si Mbak penjaga sambil mengipas-ngipas bundel karcis layaknya habis memenangkan ratusan ribu US Dollar di salah satu Kasino Vegas.

"2 Mbak," jawab saya sambil merogoh-rogoh kantong belakang  celana.

"Habis dapat karcis kakak ngantri disana ya untuk registrasi Kompaskarir.com," ujarnya sambil menunjuk neraka antrian yang sempat menggoyahkan iman kami. 

Kontan langkahku dan kouhaiku yang malang surut. Kami batal beli tiket dan malah nyender di salah satu dinding dengan prihatin memandang panjangnnya antrian yang harus kami hadapi. Beberapa pendatang baru pun banyak yang ternga-nga dengan keadaan ini. Ada juga yang dengan segera membatalkan niatnya. 

"Pulang aja kita? Anum sih enak bawa kereta. Aku musti naek angkot. Mana jalan di blokir..."
"Iya pulak ya, kakak tak ada helm. Aku agak riskan rasanya boncengi kakak dengan keadaanku sendiri yang tak ber-SIM,"balas si kouhai resah."Mana polisi berserak."

"Ah masak kita nyerah, ayoklah. Udah disini pun. Sia-sia kali. Aku dah capek-capek lawan macet, jalan kaki, lewati orang demon!" semangatku hidup kembali. Si Kouhai walau wajahnya ragu akhirnya manut. Maklum, didikan Sastra Jepang, wajib menghormati keputusan sempai *senior*. HAHAHA.

"Jadi beli tiketnya kak?" Si penunggu loket tersenyum sangsi menatap wajah kami.

"Jadi kak, 2 ya"

***

Ok this is hell...

pict source  bisniskeuangan.kompas.com


Antrian ini adalah antrian untuk registrasi di website kompaskarir.com. Sebelumnya saya dan kouhai sudah mengetahui bahwa kami harus register di website dulu untuk memperoleh ID agar bisa masuk ke event selain harus membeli tiket. hanya saja kami mencoba register pada tanggal 21, hari pertama diadakan karir fair. Saat membuka link registrasi, kami ditolak mentah-mentah dan diminta mendaftar di lokasi acara. ya sutralah... Tapi serius deh, antriannya lho...

Hati saya sedikit sesak saat mulai mengantri. Begini susahnya ya cari kerja. Pantesan salah seorang kawan keturunan Chinese lebih memilih membuka usaha sendiri ketimbang nyari kerja. Sebenarnya bukan masalah susah cari kerja sih. Dia memang minat berwira usaha juga kale.... hehehehe. 

Ketika mengantri, saya menghibur diri dengan mendengarkan mp3 dari hape. Antrian sangat lambat pergerakan majunya. Sekali maju kami bisa berpindah satu meter ke depan. Tapi nungguin satu meter beikutnya sangat melelahkan. Mungkin ini terdengar berlebihan, tapi yakinlah jika anda berdiri diantar kerumunan orang-orang, berdesakan, tidak dapat bergerak dalam waktu 5 menit bagaikan 1 jam!

ketika kami sampai di 2/3 panjang antrian pergerakannya semakin lambat. Desakan di belakang juga semakin kencang. Bagaiman tidak, lajur yang dibenarkan hanya dua! sementara lajur yang terjadi adalah 4. satu lajur berfungsi sebagaimana mestinya sementara 3 lajur lainnya dipaksa menyusut jadi satu. Mau tidak mau semuanya jadi berebutan dan berusaha selihai mungkin untuk saling menyalip agar bisa duluan. 

Saya sendiri tergencet depan belakang, kiri kanan. Di belakang saya seorang job seeker yang terlihat sangat-sangat pemula dengan cerewat menanyakan banyak hal kepada saya selagi terus menggencet saya untuk maju ke depan. Saya nggak tau juga apa diia yang mendorong saya atau dia terdorong oleh orang-orang di belakangnnya. Hanya saja dalam situasi seperti itu emosi sulit dikendalikan. Sebelum sempat memakinya dan memintanya diam, saya memberikan sebuah selebaran acara karir fair yang saya ambil di salah satu cabang toko buku Gramedia. 

Dan dia masih belum paham, masih saja menanyakan berbagai hal. syukurlah orang-orang di sekitar saya memberikan jawabanny, kalau nggak saya tega menjambak rambutnya.

Sudah hampir 2 jam terjebak berdiri dan mendapat tekanan besar di belakang, saya mulai agak sensi. Sulit rasanya untuk tidak mengomel karena tiba-tiba pihak panitia berkoar bahwa bagi yang sudah membawa hard  copy dapat masuk terlebih dahulu setelah sebelumnya meninggalkan nama dan alamat email di meja masuk. Kontan para pengantri ber Huuu Huuu panjang, protes. Namun tidak berhenti sampai disitu, "Karena ada beberapa perusahaan yang tidak menerima hard copy, maka jika rekan-rekan sekalian berminat untuk apply tetap harus kembali mengantri disini untuk bisa melamar di perusahaan tersebut." Dan bunyi protes lain kembali bergema.

Berkat pengumuman yang terlalu terlambat dari pihak panitia antrian berkurang 2/3 nya. namun tetap saja, antrian 1/3 terakhir ini makin padat karena semuanya semakin mendesak untuk maju. Jam sudah menunjukkan pukul 14.00. Saya masih tergencet tapi kouhai saya sudah berhasil lolos ke meja registrasi on line dan mendaftarkan dirinya sekaligus mengupload CV.

kurang lebih 30 menit, akhirnya saya mendapatkan giliran. Hanya saja saya sial. laptop tempat saya beroperasi error. Maklum lah, mungkin sudah dipakai seharian dan yang dibuka aplikasi itu-itu saja dan dimasuki bermacam-macam flash disk yang entah memuat virus apa. Setelah gagal mencoba sebanyak 4 kali saya dipindahkan ke laptop lainnya dimana kurang dari 5 menit saya selesai mengisi biodata dan mengupload CV saya.

Saya dan sang Kouhai akhirnya masuk ke arena dengan gundah gulana. Kami kecapekan karena nyaris 3 jam bergulat dengan antrian. Berhubung misi harus tetap dituntaskan, kami pun mulai menjajaki satu persatu stand yang ada. Yang pertama adalah stand Kompas Gramedia Group dimana didalamnya adalah penerbitan, percetakan dan tentunya ada juga jaringan Hotel milik Kompas Gramedia Group, Santika dyandra. Mbak-mbak yang menjaga stand sangat ramah dan dengan detail menjelaskan kepada kami tentang posisi-posisi yang terbuka untuk kami apply sesuai jurusan kami yang sastra Jepang ini. Kami akhirnya menguji peruntungan dengan mencoba Santika dyandra dan Gramedia. Khusus Gramedia si Mbak cukup antusias saat tahu kami lulusan Sastra Jepang dan menyarankan posisi Asisten editor Bahasa Jepang. Bah, Mbak nggak tau aja nggak semua lulusan Sastra Jepang Kompeten berbahasa Jepang kekekkekeke.

Yang paling banyak buka lapak adalah finance, Leasing dan Insurance. Bank juga ada Panin, BRI, BCA, dan Muamalat. media juga ada, yaitu tabloid kontan. Berhubung saya tidak mengerti  permasalahan ekonomi kecuali fakta bahwa saya selalu defisit setiap bulannya, saya tidak apply. 

salah satu stand favorit saya adalah Siloam Hospital. Awalnya saya agak ragu dengan logo RS swasta ini, ada Salib-nya. Saya adalah perempuan muslim berjilbab soalnya. Tapi Bapak-Bapak yang menjaga stand menyapa kami dengan ramah,

"Hallo, silahkan ini brosur kami."
"Menerima jurusan Sastra Jepang nggak Pak," tembak saya langsung. 
"Bisa kok, saya juga lulusan sastra," Ujarnya antusias. Si Bapak yang saya perkirakan berusia 30-an itu menunjuk beberapa posisi yang bisa dilamar oleh kami. Rekannya yang satu lagi berada dio seberangnya juga terlihat sangat santun dan ramah menyapa dan menajwab setiap pertanyaan setiap job seeker. Mereka terlihat sangat tulus. Suci. Santo!

Terpesona oleh keramahan bapak-bapak tersebut saya melamar di beberapa posisi di RS Siloam, haha.

Oiya saya belum cerita bagaimana sistem melamar kerja di Kompas Gramedia Karir Fair ini. Setelah mendapat dan mendaftarkan ID di website kompas, kita dapat melamar di setiap stand dengan menggunakan ID kita. Setiap stand menyediakan laptop dimana sudah tersedia applikasinya. Tinggal masukin ID dan check posisi yang ingin kita appy, beres deh. Hanya saja untuk beberapa stand hal ini sangat menyusahkan. mengantri sangat melelahkan. Setelah sebelumnya mengantri tiket, mengantri registrasi on line, lalu mengantri untuk melamar pekerjaan. 

Tapi saya cukup menyukai cara ini (skip bagian antri register on line-nya). Setidaknya berkas lamaran kami nggak direnggut dan dilempar kebawah meja seperti di acara-acara job fair lainnya. Oke, saya rasa dibalik semua peristiwa ada hikmahnya (sungguh kalimat penutup yang basi). Mudah-mudahan perjuangan saya kali ini memberi titik cerah bagi masa depan saya. Dan pagi ini saya menerima sms pemberitahuan tes tertulis dari sebuah perusahaan kosmetik terkenal. Wish me luck =*

Rabu, 21 November 2012

MUSES #1


Every artists have their own muses...

Saya walo pun artist karbitan dan tidak kompeten dan lebih payah dari amatir ini juga punya muses. Adalah miss Anne Hathaway yang memesona saya dengan telak saat tampil sebagai pelajar SMA culun yang mendadak menjadi pewaris sebuah negara kerajaan dalam The Princess's Diaries.

Senin, 19 November 2012

The 2nd Illustration For Yudith & Noni

Karena latar belakang cerita yang ditulis Miss Sari Hati adalah fashion & life style magazine worker, maka unsur fashion menjadi hal yang penting dalam setiap ilustrasi. Dalam rangka mengembangkan ide dan survey kecil-kecilan retail business saya dan miss Sari Hati memutuskan untuk jalan2 keliling salah satu mall di kota Medan. Tujuan kami hanya sight seeing dan mendiskusikan tema-tema penting dalam cerita yang akan ditulis. Salah satu yang menjadi pemikiran saya adalah, seperti apa jadinya jika Noni dan Yudith shopping bersama. item-item apa saja kah yang akan menjadi pilihan Noni, dan item mana yang jadi must buy Yudith. 

Minggu, 18 November 2012

Not just a Drawing Thing, It's A story

Dalam proses gambar menggambar saya mencari ide biasanya lewat musik, buku dan film. Saat menemukan sebuah ide, yang saya pikirkan bukan hanya pose, tapi kisah di dalamnya. Mungkin gambar saya flat dan angle nya yah begitu-begitu saja, tapi saya serius memikirkan kisah di dalamnya. Jika 'kisah' di dalamnya sangat solid dan mengena di hati saya, biasanya proses gambar menggambar dan editingnya akan berjalan dengan cepat dan lancar. berbeda jika saya menggambar karena diminta teman saya dan there are no story inside it, saya biasanya mandeg dan malas mengerjakannya.

Sabtu, 17 November 2012

Cwil's Collaboration with Miss Sari Hati

Seperti yang sudah saya singgung di postingan Cwil's Write  A Romance, saya lagi ngerjain sebuah proyek novel roman dengan ilustrasi fashionable bersama rekan saya miss Sari Hati. Ilustrasi pertama untuk novel ini sebenarnya belum jadi-jadi amat haha. Tapi bisa dibilang ini adalah ilustrasi perdana  saya untuk karakter utama perempuan dengan side kick nya.

The Right Moment to Shoots

Terkadang dalam sebuah pre-wedding session bukan properti yang lucu dan unik yang menjadi sebuah kebutuhan. Adalah chemistry yang indah antara pasangan yang menjadi 'properti' terbaik. Saya paling suka menyaksikan pasangan yang tidak segan memperlihatkan sedikit keintiman saat di foto. Nggak sampe saling grepe-grepe nepsong juga kali. Nggak sampe cipok-cipok-an segala. Tapi dari cara memandang mata pasangan, membantunya berjalan karena gaunnya yang megar dan sulit dikendalikan, spontan membawakan minuman, atau keisengan di saat yang tepat sehingga kelelahan yang di alami saat pemotretan jadi berkurang. Here's some emotion shoot in TROTOA =)

Kamis, 15 November 2012

Korean Drama Pre-Wedding

Pemotretan Pre-wedding beberapa hari yang lalu meninggalkan kenangan yang cukup kocak. Selain pasangan calon pengantin klien kami yang maknyusssss tampangnya, tapi tingkahnya bocor! Belum lagi adeknya yang lutu-lutu gimanaaaaaa, naksir-naksiran fotografer segala.

Yang jelas, pre-wed kali ini cukup memuaskan karena kami mempersiapkan konsepnya dengan cukup matang. Jadi there's no time to waste. Hanya saja hujan badai membuat kami terkepung di gubug selama lebih dari 1 jam. Tapi after that, the show still gorgeous goes on.

Rabu, 14 November 2012

Oriental Experience At Benteng Restaurant, Santika dyandra - Medan



Saya doyan makan. Bukan ngemil lho. Makan berat dengan porsi mengisi perut hingga kenyang, bukan sekedar pemenuh hasrat sweet tooth atau lapar mata saat lewat depan warung. Tidak heran saya suka mencoba-coba makanan di kafe-kafe yang baru buka, warung tenda bercirikan unik , atau gerobak-gerobak makanan yang berseliweran di depan rumah. Saat masih ada eks house mate bernama Indah, saya lumanyun rajin menjalankan misi icip-mengicip cafe or resto baru (khususnya yang harganya terlihat wajar untuk kantong mahasiswi). Setelah Indah pergi (pindah maksudnya...) saya sudah sangat jarang berpetualang mengitari jagad kuliner Medan.

Kamis, 08 November 2012

Cwil's Write A Romance

Saya suka menulis. Setiap kali ada kolom hobi di berbagai formulir isian, saya akan mengisinya dengan membaca, menulis dan menggambar. Baru beberapa bulan belakangan saya manambahkan fotografi.

Babysitting Flight


Berawal dari kepulangan kilat saya ke kampung halaman tercinta, Batusangkar , saya memutuskan untuk kembali ke Medan yang sumpek ini dengan menggunakan jasa penerbangan alias pesawat. BGM ~Leaving on a jet plane~