Kamis, 10 November 2016
Senja di Istana
Selasa, 08 November 2016
Yatai Ramen, Kedai Ramen berasa Butler Cafe
Kedai ramen dan Butler Cafe, itu yang muncul dibenak saya ketika menginjakkan kaki di kedai mungil berwarna merah di Garegeh, Bukittinggi. Kedai ini tidak begitu terlihat jika kita tidak mengamati dengan benar. Plang namanya pun berwarna dasar hitam dengan tulisan merah. Saya nggak akan ngeh kalau ada kedai Japanese food disana andai mata saya nggak menangkap sesuatu yang nggak lazim di pinggir jalan Soekarno-Hatta Garegeh siang tadi. Apa yang tidak lazim?
Minggu, 06 November 2016
Yang Baru di Istana Pagaruyung
Oke, ini sebenarnya ngak baru-baru amat. Hanya saja saya memang baru menuliskannya di blog baru-baru ini. Foto-fotonya pun sudah saya upload di sosial media saya yang lain yang lebih praktis dan nggak pakai lama.
Ada banyak tren yang terlihat dari pariwisata Sumatera Barat. Tren-tren ini nyaris merata dan serupa dimana-mana. Mulai ari pesisir hingga ke alam dataran tingginya. Contohnya saja pembuatan landmark nama kota atau nama objek wisata. Tidak ada lagi plang nama a la kadarnya. Sekarang zamannya nama lokasi objek wisata atau kota dirancang dan dibuat sebesar-besarnya. Agar terlihat jelas dan mengundang orang-orang mengaguminya. Tidak sedikit malah yang berfoto didepannya atau sekedar memilih huruf yanga ada di namanya. Versi ektrim adalah memanjat, bergelayutan sampai huruf itu patah. Ah, dasar lah memang kau manusia. Peletakan nama versi besar-besaran ini tidak hanya di tempat yang laindai, di lereng bukit pun dijabani. A la a la Hollywood begitu katanya. Coba lihat Sawah Lunto dan Pagaruyung di Sumatera Barat. Ini sukses mengundang decak kagum pengunjung luar negeri yang tidak menyangka Hollywood memberi inspirasi sampai sejauh ini.
Melihat Perupa Bekerja
Menurut wikipedia Perupa adalah profesi dengan menggunakan seluruh potensi dan pengetahuan yang dimiliki di dalam seni rupa. Cakupan bidangnya adalah pematung, pelukis, ilustrator fotografer dan lain-lain. Dan saya sangat menyukai kata ini. Perupa.
Mengapa melihat perupa bekerja? karena kemarin saya baru melihat bagaimana perupa-perupa berkumpul disebuah desa kecil yang tersembunyi di lereng gunung Marapi. Mereka datang dari mana-mana. Tidak hanya perupa lokal, ada yang juga berwajah eropa. Alasan mereka berkumpul pada hari itu adalah dalam rangka Festival Rupa Nagari Pariangan.
Batik Bernama Batik Tanah Liek
Sabtu, 17 September 2016
Let's go, WEGI!
Kamis, 16 Juni 2016
A Sweet Escape, Talago Gunuang
Rabu, 17 Februari 2016
Ketika saya kurang jalan-jalan
Sejak mulai bekerja sebagai pemandu wisata lokal di ikon wisata sejarah dan budaya Minangkabau, Istano Basa Pagaruyung, jujur saja saya makin kurang jalan-jalan.
Bayangkan, dalam waktu hampir dua tahun bekerja saya hanya pernah jalan-jalan sekali, di luar pekerjaan mendampingi tamu. Pedih. Miris. Masak kerja di industri pariwisata tapi kurang berwisata. Kalau lagi mendampingi tamu, destinasi yang saya kunjungi ya itu-itu melulu. Destinasi yang sudah pernah saya kunjungi sering-sering sebelumnya.
Nah, kesempatan datang ketika seorang bocah minang gadang di rantau (saya menyebutnya bocah karena umurnya jauh lebih muda) mampir nanya-nanya ke meja kerja saya di suatu hari di bulan Desember. Ternyata ia adalah seorang kontributor untuk sebuah media online besar Indonesia khusus artikel travelling. Dia menanyakan banyak hal dan saya memberikan beberapa informasi soal destinasi wisata lainnya yang ada di kota kelahiran saya. Endingnya kami tukeran kontak dan saya menjanjikan akan menemaninya ngetrip di Batusangkar kalau dia kembali nantinya.
Pertemuan kami selanjutnya adalah bulan Januari. Saya mengantarkannya menelusuri Tambo di Nagari Tuo Pariangan. Disana kami melihat lokasi yang disebut sebagai Sawah Satampang Baniah dan Luak nan Indak Baraia. Kami juga mengunjungi rumah tua milik salah satu pemuka adat di Nagari Pariangan dan mendengarkan penuturan penjaga rumah tentang keunikan dan fungsi dari setiap ruangan di dalak rumah.
Setelah selesai dengan Nagari Tuo Pariangan, kami menuju ke Batu Batikam dan Prasasti Kubu Rajo di Lima Kaum. Tidak lupa juga kami mampir ke Rumah Gadang Datuak Bandaro Kuniang yang sudah terkenal berkat iklan, video promosi dan lokasi syuting film.
Nah, selanjutnya saya mau mulai posting cerita dan informasi tentang objek-objek wisata di Sumatera Barat, khususnya di kota kelahiran saya.
Semoga, haha.
-
Destinasi pertama saya begitu melewati gerbang masuk Sawahlunto adalah makam salah satu Pahlawan Nasional Indonesia, Prof. Mr. Mohammad...
-
Gerbang masuk Rumah Pohon Literasi yang berada di kaki Bukit Bungsu, Nagari Pagaruyung Berwisata ke Nagari Pagaruyung, Kecamatan Tan...
-
One day trip kami pada 30 Juli silam kembali berlanjut. Dari padang rumput luas tempat sapi-sapi unggul diternakkan, kami meneruskan pe...