Oke, ini sebenarnya ngak baru-baru amat. Hanya saja saya memang baru menuliskannya di blog baru-baru ini. Foto-fotonya pun sudah saya upload di sosial media saya yang lain yang lebih praktis dan nggak pakai lama.
Ada banyak tren yang terlihat dari pariwisata Sumatera Barat. Tren-tren ini nyaris merata dan serupa dimana-mana. Mulai ari pesisir hingga ke alam dataran tingginya. Contohnya saja pembuatan landmark nama kota atau nama objek wisata. Tidak ada lagi plang nama a la kadarnya. Sekarang zamannya nama lokasi objek wisata atau kota dirancang dan dibuat sebesar-besarnya. Agar terlihat jelas dan mengundang orang-orang mengaguminya. Tidak sedikit malah yang berfoto didepannya atau sekedar memilih huruf yanga ada di namanya. Versi ektrim adalah memanjat, bergelayutan sampai huruf itu patah. Ah, dasar lah memang kau manusia. Peletakan nama versi besar-besaran ini tidak hanya di tempat yang laindai, di lereng bukit pun dijabani. A la a la Hollywood begitu katanya. Coba lihat Sawah Lunto dan Pagaruyung di Sumatera Barat. Ini sukses mengundang decak kagum pengunjung luar negeri yang tidak menyangka Hollywood memberi inspirasi sampai sejauh ini.
Tren lainnya adalah seribu anak tangga atau jenjang atau janjang (dalam bahasa Minang) dimana-mana. Sebelum adanya Great Wall of Koto Gadang di Bukittinggi, saya suah menjuluki kota wisata itu dengan kota seribu anak tangga. Berkeliling bukittinggi berart mendaki dan menuruni anak tangga yang terhitung jumlahnya. Dari satu objek ke objek lainnya bisa ditempuh dengan berjalan aki dan tentunya melalui anak tangga yang berbagai rupanya. Sebut saja janjang 40 di pasar atas bukittinggi dan janjang satunya lagi yang ada didekat pasar lereng, janjang gudang. Belum lagi jenjang-jenjang lainnya yang akan pelancong nikmati jika ingin menjelajah keseluruhan Pasar Atas Bukittinggi. Nah tren membangun seribu anak tangga alias janjang saribu ini lah yang juga mampir ke kota kelahiran saya.
Bercerita soal pagaruyung sesuai judul, itu lah yang baru. Daya tarik wisata baru. Ketika pemerintah mulai memutar otak untuk membuat pelancong menghabiskan waktu lebih lama di daerah mereka, muncullah ide-ide manambah atraksi agar mereka punya alasan untuk berlama-lama. Kemudian munculah Janjang Bukik Batu Patah. Sebenarnya namanya agak aeh menurut saya. Lokasi jenjang atau rangkaian anak tangga yang berjumlah ratusan ini berlokasi di bukit bungsu, entah kenapa namanya harus menggunakan nama bukit yang ada disebelahnya. Tapi ya sudahlah, pemerintah juga nggak nanya pendapat saya, hehehe.
Ketika foto-foto ini diambil jenjang ini belumlah selesai pengerjaannya. Konon masih setengah rampung. Masih tahap pertama dan nanti akan dilanjutkan dengan tahap ke-2, ke-3 dan selanjutnya. Hasil akhirnya adalah ribuan anak tangga yang akan memungkinkan pelancong untuk menjelajah bukit-bukit yang dikenal masyarakat Minangkabau sebagai latar cerita tambo dan sejarah nenek moyang mereka.
Foto-foto berikut diambil pada bulan Februari 2016. Dan kondisi Janjang Bukik Batu Patah sekarang ini sudah jauh berubah dan bertambah. Kapan main ke Istana Pagaruyung jangan lupa singgah untuk menambah lelah dan memeras keringat disini ya. Happy travelling, people !
1
2
3
4
5
6
7
End of the road
Tidak ada komentar:
Posting Komentar