kota kelahiran saya, Batusangkar, bukanlah kota yang sophisticated. Hanya sebuah kota kecil di dataran tinggi Sumatera Barat yang berudara sejuk dan berpenduduk konservatif. Sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Sisanya adalah pedagang, pegawai di lembaga pemerintahan dan wiraswasta. Hanya sedikit perusahaan swasta di sini, itu pun baru mulai tumbuh dan berkembang beberapa tahun belakangan. Home Industries juga ada, lumayan lah. Mereka biasanya memproduksi kue dan penganan tradisional khas Ranah Minang.
Dahulu sekali, ketika saya masih berstatus mahasiswi, pulang kampung adalah hal yang menyenangkan sekaligus meresahkan. Apa pasal? Saya senang bisa temu kangen keluarga. Berleha-leha di rumah menggemukkan badan dengan asupan makanan melimpah bikinan emak saya, namun saya bingung dan kecewa ketika harus keluar rumah. Tidak ada tempat asyik untuk dituju. Oke, ada beberapa tempat wisata, tapi yang ingin saya lakukan hanyalah bertemu kawan lama untuk duduk dan berbagi cerita. Makan dan minum nomer dua. Idealnya, tempat yang kami cari adalah seperti cafe-cafe di kota tempat kami kuliah, tapi apa daya, di Batusangkar hanya ada kafe yang menawarkan cappucino sachetan dan menu makanan yang melulu nasi goreng, mie goreng dan mie rebus.