Selasa, 29 Agustus 2017

Flash Blogging bersama Kemkominfo ~ And a Quick Look on My Writing Habbit



Saya sudah menulis sejak Sekolah Dasar. Bener, sejak sekolah Dasar kelas 5. Saat itu saya dan teman-teman sedang tergila-gila dengan kisah Detektif Conan dan Petualangan Lima Sekawan. Tidak hanya itu, kelas lima SD juga menjadi awal saya menjadi penggemar berat komik Jepang. Walaupun saat itu uang jajan saya belum mencukupi untuk membeli sebuah komik baru di Gramedia, saya selalu rajin menyambangi lapak buku bekas kecil yang dulu pernah ada di kota kelahiran saya, Batusangkar. Apa pun judulnya, asal komik Jepang pasti saya beli. Saya membaca berbagai komik mulai dari genre shounen hingga akhirnya jatuh cinta dengan shoujou manga

Kecintaan saya membaca komik juga diikuti dengan hobi menggambar yang semakin menjadi-jadi. Keseringan mengkhayalkan sambungan cerita dari komik-komik yang saya baca, komik-komik bekas yang saya beli nomernya cabutan, membuat saya mulai suka menuliskan kisah-kisah yang berbau fan fiction awalnya baik itu dalam bentuk komik atau pun cerita bersambung. Tulisan-tulisan saya sering dibaca oleh teman-teman sekelas. Bersama teman-teman lainnya, Desi dan Wulan kami menuliskan kisah petualangan detektif versi kami sendiri yang disebut D'Acacia Detective. Berlanjut ke Sekolah Menengah Pertama, saya masih rajin menulis dan menggambar ilustrasi, kali ini saya memiliki showcase dengan pembaca yang lebih banyak, majalah dinding. Bahkan hingga zaman berseragam putih abu-abu dan kuliah pun saya masih lekat dengan aktifitas majalah dinding alias mading. Mulai dari mading OSIS hingga mading rohis.

Perkenalan dengan teman-teman yang suka membaca dan menulis membuat saya akhirnya membuat sebuah blog untuk diri sendiri. Awalnya, saya dan teman-teman satu geng ( kumpulan mahasiswa error yang doyan main truth or dare ) mulai menulis jurnal bersama yang kami sebut Buku Dosa. Sesepuh dari geng kami pun akhirnya mengusulkan untuk menulis blog bersama-sama. Sayangnya saya sudah lupa apa nama blognya. Tiba-tiba saat menulis ini saya kangen dengan kenangan-kenangan konyol masa-masa menjadi mahasiswa.

Selama kuliah saya juga sempat bergabung dengan Pers Mahasiswa Suara USU sebagai illustrator . Walau hanya sebentar, selama bergabung bersama Suara USU saya mendapatkan banyak pengalaman dan pelatihan menulis dan fotografi. Bahkan beberapa senior yang saya kenal di Suara USU kemudian menjembatani saya untuk bekerja di tabloid dan menjadi asisten fotografer.

Kembali ke blog, saya membuat blog ini pada tahun 2010. Pada saat itu saya tengah berjuang mengerjakan skripsi di Departemen Sastra Jepang, Universitas Sumatra Utara. Di tahun-tahun terakhir saya kuliah, saya malah memiliki dua pekerjaan sampingan, kasir di Rumah dan Kafe Buku serta marketing plus reporter di Tabloid Youngs Medan. Saya akhirnya melepaskan perkerjaan di Youngs Medan dan Rumah dan Kafe Buku pun gulung tikar. Fokus mengerjakan skripsi, Oktober 2011 saya finally berhasil lulus ujian skripsi. Isi blog saya kembali semarak dengan curahan hati fresh graduate pencari kerja. Saat bekerja freelance sebagai asisten fotografer di TROTOA, saya cukup rajin mengupdate blog dengan sesi-sesi pemotretan.

Seperti biasa, semangat saya menulis di blog itu selalu turun naik ga keruan. Setelah memutuskan untuk mengubur semua mimpi dan obsesi di Medan, saya kembali ke kota kelahiran saya untuk memulai semuanya dari awal lagi di akhir tahun 2013. Jika melihat blog archive saya, 2012 dan 2013 adalah tahun dimana saya cukup produktif ngeblog. Postingan blog ditahun tersebut menyentuh angka 50 - 60 posts setahun. Tahun 2014? Hanya 5 posts. Selain malas menulis, saya rupanya lagi asyik-asyiknya main instagram. Tahun 2015 mulai naik sedikit jadi 15 posts, itu pun karena smartphone saya akhirnya rusak dan mati total. Saya akhirnya kembali ngeblog dan menuliskan pengalaman 30 hari tanpa smartphone yang terhenti di hari ke-15. Akhirnya di tahun 2016 saya berkenalan dengan teman-teman dari komunitas blogger Sumatra Barat, Palanta, di acara Wisata Edukasi Green Industri yang diadakan oleh Semen Padang di awal 2016. Setelah Wegi berakhir dan saya bergabung di grup Palanta bukan berarti saya lanjut menulis  lagi. Masih macet. Di akhir tahun 2016 barulah semangat menulis saya kembali muncul. Walau tahun 2016 saya hanya menulis 8 posts, sebagian besar ditulis di bulan November, setidaknya di tahun 2017 jumlah posts saya semakin meningkat.

Perkenalan saya dengan teman-teman dari komunitas Palanta juga yang kemudian membawa saya mengikuti acara Flash Blogging yang diadakan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia di Padang, 25 Agustus 2017 silam. Kegiatan ini bertema HUT RI ke 72 Dari Perspektif Blogger. Selain diisi oleh materi Creative Writing dari blogger senior Budi Putra dan Sudut Istana Menyapa  Daerah yang dibawakan oleh Bapak Handoko dari Tim Komunikasi Presiden RI, para blogger pun diminta untuk menulis blog post di tempat dengan tema HUT RI ke 72 Dari Perspektif Blogger. Nah, setelah browsing kemana-mana saya baru ngeh kalau flash blogging berarti ngeblog di tempat, haha.

Materi yang disampaikan oleh Budi Putra cukup singkat namun padat. Tips menulis dari Budi Putra juga singkat, padat dan jelas. Just write! Namun ada hal yang cukup menggelitik ketika muncul sebuah pertanyaan dari rekan blogger saat sesi tanya jawab, UU ITE dan blogger. Jawaban Budi Putra saat itu lugas, blogger menulislah sebagai blogger. Jika ingin menulis reportase atau investigasi mengapa tidak sekalian jadi wartawan saja. Saya pribadi kurang puas dengan jawabannya, seolah-olah nulis blog itu yang remeh-temeh aja, nggak usah berat-berat, nggak usah ngusik-ngusik dengan kritik. But somehow, point yang dia sampaikan ada benarnya juga sih. A blogger is an independent writer, apa yang dia tulis menjadi tanggung jawab dia pribadi. Jika tidak siap dengan kritikan dan gugatan jangan menulis. Write at your own risk. Ini juga jadi pembelajaran bagi saya, kemaslah kritik dengan cerdik, and be creative.



Selanjutnya ada Handoko dari Tim Komunikasi Presiden RI membawakan Sudut Istana Menyapa Daerah. Presentasi beliau sangat singkat. Tidak banyak bicara, lebih banyak menampilkan video-video berdurasi 60 detik mengenai pencapaian-pencapaian pemerintahan Jokowi - JK. Sebagai seseorang yang jarang baca dan nonton berita, saya dibuat kagum dengan apa yang telah dilakukan pemerintah untuk membangun daerah-daerah tertinggal, khususnya daerah perbatasan. Ada rasa haru menyeruak begitu menyaksikan kebahagiaan penduduk-penduduk di perbatasan dan daerah tertingal yang akhirnya bisa menikmati listrik setelah 72 tahun Indonesia merdeka. Akhirnya. Oh ya, diawal materi Handoko sempat meminta dua blogger yang memiliki keterkaitan dengan Aceh dan Papua untuk maju dan menghadiahi mereka dengan payung biru presiden yang sempat viral. Dua payung yang tersisa kemudian diberikan kepada blogger yang peling cepat me-retweet tweet terbaru Presiden. Kecewa. Saya nggak main twitter. Padahal naksir abis dengan payungnya.

Setelah Istirahat dan sholat, acara flash blogging yang utama dimulai. Ngeblog di tempat. Saya dan rekan pramuwisata Istano, Kuntum, menyempatkan diri untuk mempir ke Museum Adityawarman saat istirahat siang sehingga kami sedikit terlambat saat kembali ke ruangan. Melihat para blogger lainnya sudah sibuk dengan laptopnya masing-masing, saya dan Kuntum pun langsung ngebut menulis postingan kami. Sempat diganggu oleh sinyal hot spot wifi dari smartphone saya yang berulah, akhirnya postingan saya dengan tema merayakan perbedaan lewat pariwisata selesai juga diunggah setelah dua kali perpanjangan lima menit. Silahkan cek tulisan acak kadut saya pada postingan sebelumnya ya.

Dan akhirnya acara  ini ditutup dengan pengumuman pemenang Flash Blogging Padang. Jika di event Flash Blogging sebelumnya hanya ada empat pemenang, maka di Padang panitia memutuskan untuk menambahkan satu pemenangnya lagi. Ada juara pertama, kedua dan ketiga serta juara harapan. Dan akhirnya, inilah para pemenangnya. Congratulation!


Kejutannya, Bapak Sukardi Rinakit dari Tim Komunikasi Presiden datang dan menutup acara. Beliau berbicara santai dan melontarkan beberapa pengalaman lucunya selama menjadi orang dekat 3 presiden Republik Indonesia, Gus Dur, Megawati Soekarno Putri dan Joko Widodo. Beliau juga berpesan agar para blogger bisa menjadi perpanjangan tangan pemerintah dalam memberantas hoax. Mengakhiri speechnya, Sukardi Rinakit menyampaikan kalimat sakti untuk membangkitkan nasionalisme di dalam diri para blogger, Jangan Pernah Lelah Mencintai Indonesia.

And here are some photographs from the event, some are taken from Kuntum's smartphones.

Wefie dengan kaos Netizen 2020, souvenir dari acara Flash Blogging HUT RI ke 72 with Kuntum. Kuntum baru-baru ini mulai ngeblog lho. Cek blognya di sini .

Teman baru, Rahmi Nadhilah. Ternyata dari Batusangkar/ Tanah Datar juga. She writes poems and fiction on her blog, go visit her blog here .

Pak, foto dulu boleh? hehe. With Bapak Sukardi Rinakit dari Tim Komunikasi Presiden. Browsing mengenai Bapak ini di google dan menemukan keterkaitan beliau dengan Soegeng Sarjadi Syndicate, acara bincang-bincang serius yang sempat  saya tonton di TVRI saat  zaman masih jadi mahasiswa.

And finally, with Palantas. Terima kasih bloggers, apalah dunia kecil saya yang membosankan ini tanpa kalian. Foto dapat dari Awin, blogger dengan hijab oranye yang mendapatkan payung presiden di awal acara.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar