Rabu, 23 Agustus 2017

Payakumbuh & Lima Puluh Kota One Day Trip Part 1 - Padang Mangateh



Bekerja sebagai pramuwisata bukan berarti untuk urusan berlibur saya selalu lancar jaya. Pramuwisata lokal di kota kecil yang bekerja di instansi pemerintah bukanlah pekerjaan fleksibel yang memungkinkan kamu bisa menjelajah kemana-mana. Saya adalah seorang pramuwisata lokal yang bekerja enam hari dalam seminggu, sembilan jam sehari, dan tidak memiliki jatah cuti tahunan. Haha.



Oleh karena itu, ketika mendapatkan kesempatan berlibur, meski hanya satu hari saya selalu berusaha untuk memanfaatkannya semaksimal mungkin. Bepergian keluar provinsi adalah hal yang mustahil dilakukan dalam kurun waktu kurang dari 24 jam. Perjalanan antar kota menjadi satu-satunya pilihan. Alangkah beruntungnya saya tinggal di provinsi yang dikaruniai alam dan kebudayaan yang indah. Jalan ke kampung sebelah saja, saya nemu objek wisata.

Strategi jalan-jalan saya selalu one day trip yang memungkinkan saya berkunjung ke beberapa objek wisata sekaligus. Sasaran saya sih nggak jauh-jauh. Payakumbuh, Sawah Lunto, Solok dan Bukittinggi adalah yang paling memungkinkan untuk disambangi. Potensi wisata ke-4 daerah ini juga sepertinya nggak ada habisnya untuk dieksplorasi.

One day trip saya kali ini saya lakukan pada 30 Juli 2017 silam. Bersama dua orang adik dan rekan pramuwisata, kami mengnjungi 3 objek wisata yang ada di Payakumbuh dan 50 Kota. Cuman 3? Sedikit ya. Iya, karena kami berangkatnya sudah kesiangan. 

Tujuan pertama kami awalnya adalah Ngalau Indah. Namun karena lokasi lainnya yang paling ingin kami datangi, Padang Mangateh, lokasinya paling jauh diantara yang lain, kami memutuskan untuk menuju Padang Mangateh terlebih dahulu.

Padang Mangateh atau yang lebih dikenal dengan Padang Mangatas bukanlah sebuah objek wisata sebenarnya. Keberadaannya populer dengan julukan New Zealand-nya Minangkabau. Padang rumput hijau yang luas di lereng Gunung Sago serta sapi-sapinya yang montok mengingatkan kita kepada peternakan sapi di Eropa dan cuacanya yang sejuk di ketinggian 700 - 900 mdpl menyerupai New Zealand, katanya. Dari kota Payakumbuh kami mengarahkan kendaraan ke arah pasar Ibuh dan terus berkendara di jalan lintas Payakumbuh - Lintau sejauh lebih kurang 12 KM.

Kawasan seluas 280 ha ini merupakan milik Balai Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak (BPTU HPK) Padang Mengatas, sebuah peternakan milik negara yang memiliki sejarah panjang. Dari beberapa sumber yang saya baca, kawasan ini dulunya adalah peternakan yang didirikan oleh pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1916. Pada awalnya hewan yang diternakkan hanya kuda, baru kemudian pada tahun 1935 pemerintah Hindia-Belanda mendatangkan sapi dari Benggala, India. Peternakan ini mengalami pasang surut yang cukup dramatis. Peternakan ini vakum selama periode perang kemerdekaan 1945 - 1949 sebelum akhirnya dihidupkan kembali oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta. Sempat menjadi peternakan terbesar di Asia Tenggara pasca kemerdekaan, Padang Mangateh harus mengalami kemunduran pada saat terjadinya pergolakan PRRI di tahun 1958 - 1951 dimana kawasan ini menjadi basis pertahanan PRRI. Setelah dibangun kembali di era Soeharto, lagi-lagi Padang Mangateh harus menelan pil pahit ketika era Reformasi baru bergulir. Ribuan hewan ternak dijarah oleh warga. Tidak hanya itu, fasilitas-fasilitas yang ada juga mengalami kerusakan yang parah. Lebih lengkap lagi silahkan baca di sumbernya di link berikut ini Peternakan Padang Mangateh .

Setelah menjadi viral dan mendadak dikunjungi ribuan wisatawan pada  tahun 2015 lalu, Padang Mangateh terpaksa harus membenahi izin berkunjung ke areal peternakannya. Tidak sembarangan orang bisa 'berwisata' ke areal peternakan yang berlokasi di Nagari Mungo, Kabupaten Lima Puluh Kota ini. Sejak akhir tahun 2015, BPTU HPK Padang Mangateh telah mensosialisasikan bahwa kunjungan yang diterima hanya kunjungan resmi dan telah mengajukan surat minimal 2 hari sebelumnya. Di gerbang masuk, terpampang spanduk yang mencantumkan alamat website, e-mail dan fax yang dapat diakses dan dihubungi oleh masyarakat jika hendak mengajukan permohonan izin berkunjung. Syarat utamanya tentunya bukan berkunjung untuk berwisata ya. 

Sebelum berkunjung ke BPTU HPK, silahkan mengajukan surat permohonan melalui email dan fax. Alamat emailnya adalah bptu-patas@yahoo.com dan nomor faxnya (0752) 759369 . Formulir kunjungan, pelatihan dan magang dapat diakses di bptupadangmengatas.com/kunjungan  .


Melewati pos keamanan di gerbang masuk BPTU HPT kami langsung dihadapkan ke jalan mananjak yang dikawal oleh padang rumput hijau. Cuaca saat itu kurang mendukung karena awan hitam terus mengiringi kami sejak memulai perjalanan dari Batusangkar. Karena Niat saya dan Kuntum adalah untuk survey lokasi-lokasi wisata yang sedang diminati wisatawan, kami memutuskan untuk tidak berlama-lama. Kami berhenti di beberapa lokasi dan mengambil foto sembari berkendara.


Perhentian pertama kami adalah bangunan ini. Rumah ini adalah rumah peristirahatan Bung Hatta, Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama. Beliau juga adalah orang yang berjasa menghidupkan kembali peternakan yang sempat mati suri selama perang kemerdakaan. Setelah mengambil cukup gambar, kami pun menuju ke kantor BPTU HPT untuk memarkir kendaraan.


Setelah memarkir kendaraan, kami diarahkan oleh petugas menuju kawasan padang rumput tempat sapi-sapi berada. Disini kami harus berjalan kaki, karena kendaraan selain kendaraan operasional peternakan tidak diperkenankan masuk. 






Hijau. Sejauh mata memandang padang rumput terhampar luas. Sapi-sapi merumput dengan tenang walau sesekali beberapa pengunjung beraksi dengan kameranya. Ada yang kalem ada yang norak. Saya pun memahami mengapa kawasan ini tidak dapat dikunjungi sembarangan orang, lah dengan pengunjung terbatas saja sampah masih dapat ditemukan tergeletak tidak pada tempatnya. Mungkin kita dengan gampang bisa berkata sediakan tong sampah, lah buat apa? Sapi dan para staff disini nggak doyan nyampah. Pengunjung yang tidak berkepentinganlah yang membuang sampah sembarangan (jadi malu sendiri).

Sadar akan hal itu, kami pun segera menyudahi kunjungan. Toh informasi yang kami cari sudah didapatkan. Saatnya berpamitan kepada sapi-sapi. Semoga BPTU HPT terus berkembang menjadi yang terbaik di Indonesia, kalau perlu dunia //^^//




Be a wise traveller, people.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar