Tujuh puluh dua. Bukan angka yang
kecil untuk usia sebuah Negara. Jika diibaratkan manusia, angka tujuh puluh dua menunjukkan betapa sepuhnya Indonesia. Seorang yang sudah sepuh sering dianggap kenyang pengalaman. Ia sudah menjadi saksi hidup dari perubahan zaman. Tidak ada lagi ego yang tertinggal. Yang ada hanya kebijaksanaan untuk diwariskan kepada anak cucunya kelak.
Negara sepuh ini, sudah melalui berbagai masa-masa sulit. Sebelum lahir ke dunia dengan nama Republik Indonesia, ia adalah puluhan ribu pulau yang tersebar di tenggara benua Asia. Kerajaan-kerajaan besar dan kecil timbul tenggelam silih berganti dan mewariskan sejarah dan tradisi yang terus dirayakan dari hari ke hari. Bukti-bukti eksistensinya terpahat rapi dan meninggalkan jejak peradaban yang masyur dan dikagumi.
Kemerdekaan Indonesia adalah kemerdekaan yang hakiki. Kemerdakaan yang bukan milik satu kelompok. Kemerdekaan Indonesia adalah kemerdekaan milik setiap anak bangsa yang telah berjuang menumpahkan keringat, darah dan air mata demi terciptanya sebuah negara yang damai dan merangkul berbagai perbedaaan. Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda namun satu jua.
Merayakan kemerdekaan adalah merayakan berbagai perbedaan. Setiap suku setiap budaya dan setiap bahasa pantas diberi ucapan selamat atas pengorbanannya. Kita harus mengenang jasa-jasa mereka yang melepas tahta demi berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mereka lah yang melepas semua status sosialnya demi tegaknya masyarakat yang adil dan beradab dan terciptanya persatuan Indonesia. Semuanya, tercatat dalam sejarah.
Saya adalah seorang pramuwisata. Seseorang bekerja menjamu mereka yang hendak merayakan perbedaan dengan berwisata. Dari Aceh hingga Papua mereka bertamu ke Istana saya. Berbagi cerita mengenai kampung halaman mereka yang indah dan melontarkan pujian untuk kampung halaman saya yang subur dan makmur. Tidak ada rasa iri dan dengki. Kami sama-sama bersyukur terlahir di Indonesia.
Berbicara dan bertatap muka dengan saudara-saudara sebangsa dan setanah air saya selalu menjadi pengalaman baru setap arinya. Kemarin saya bertemu dengan sahabat baru dari tanah Sunda, hari ini bisa saja saya berjabat tangan dengan saudara saya dari Sumbawa. Semakin saya berbagi kisah dengan mereka, semakin saya mencintai negara saya.
Saya pernah mendapat kunjungan dari adik-adik yang berasal dari Tanah Papua. Mereka berkunjung lewat program Siswa Mengenal Nusantara. Mereka dengan antusias mendengarkan penjelasan saya mengenai sejarah dan kebudayaan masyarakat Minangkabau dari periode Hindu-Buddha, Kolonial hingga akhirnya Indonesia merdeka. Antusiasme mereka menciptakan kepuasan tersendiri akan nikmatnya berbagai. Beberapa diantara mereka mengajukan pertanyaan mengenai perbedaan-perbedaan tradisi yang ada di dalam setiap suku di Minangkabau. Hal serupa juga ada dan nyata di kampung halaman mereka rupanya.
Dalam bekerja sebagai pemandu wisata, saya tidak hanya memberi. Seringkali saya menerima berbagai ilmu yang luar biasa dari orang-orang tak terduga. Dari seorang pelancong yang berasal dari Aceh saya mengetahui bahwa Minangkabau dan Aceh memiliki beberapa kesamaan. Sistem pewarisan kami nyaris sama. Hanya saja jika pada masyarakat Minangkabau rumah dan harta yang berstatus pusaka tinggi adalah milik kaum wanita, maka di Aceh sebuah rumah akan diwariskan kepada anak perempuan saja.
Pelancong lainnya juga berbagi kisah jika kami memiliki nenek moyang yang sama. Alkisah pada zaman dahulu kala, sekelompok masyarakat Minangkabau bermigrasi ke sebuah daerah di Sumatra Utara yang sekarang bernama Batu Bara. Sebuah kesultanan dulu pernah berdiri disana. Dan bahkan hingga sekarang mereka masih memakai nama-nama yang sama dengan nama-nama kami di dataran tinggi Sumatra Barat.
Lihatlah betapa indahnya Indonesia. Betapa agung dan luhurnya budaya kita. Rayakan perbedaan dengan saling menghormati dan enghargai. Rayakan perbedaan dengan mempelajari sejarah. Rayakan perbedaan dengan berwisata. Bersilaturahmi ke tempat-tempat indah di Nusantara. Kenali budaya mereka dan berbagilah kisah dari tanah kelahiranmu. Sesungguhnya dengan berwisata, kita menyukuri nikmat perbedaan yang dianugerahkan yang Maha Kuasa kepada bumi khatulistiwa.
Selamat Ulang Tahun, Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar