Ini perasaan saya saja atau memang harga-harga buku dan majalah bekas di Titi Gantung tu semakin melangit?
Titi Gantung atawa Lapangan Merdeka udah jadi spot favorit saya sejak pertama kali menjadi anak gaul di kota Medan. Awalnya beli-beli komik dan kamus bahasa Jepang bajakan, lama-lama saya merasa betah sekedar sight seeing disana apalagi sudah punya tempat langganan yang doyan traktir teh botol kalau saya mampir, hehehe.
Puncak aktivitas saya di Titi Gantung terjadi saat bekerja sambilan disebuah Toko buku merangkap rental buku dan sempat berekspansi menjadi kafe sebelum akhirnya gulung tikar, Rumah Buku Medan. Karena Boss Woman tahhu saya sering nyatronin lapangan merdeka buat hunting2 komik, novel dan majalah.. boss woman akhirnya sering mempercayakan pembelian novel dan komik baru untuk barang jualan kepada saya. Kadang saya ditemani oleh sang boss women, lebih sering sendiri karena boss women sibuk dengan kerjaannya yang lain.
Masa-masa mengerjakan sekeripsi juga merupakan waktu dimana saya nyaris tiap minggu ke Titi Gantung -untuk selanjutnya disebut Tigan-. Galau sedikit dengan dosen saya ke Tigan nyari komik dan novel. Sekeripsiong di corat coret disuruh revisi saya tersesat ke Tigan dan malah makan mie ayam. Sidang saya terus menerus ditunda saya kabur ke setasiun kereta api di depan tigan buat menenangkan diri ke Perbaungan.
Mungkin karena keseringan, saya sampai nggak sadar bahwa pelan naik dan semakin naik. Jika dulunya novel-novel bekas masih bisa dapet 10000, sekarang 25000 dan kalo nawar pasti dicuekin. Novel baru yang biasanya masih bisa kita bei dengan harga 15000 sekarang berganti gaya penjualan.
Saya : Bang, berapa nih? *nunjukin novel karya penulis Jepang yang nggak begitu populer*
Abang Tigan : 40 (ribu maksudnya), dah korting 30% tuh dari harga aseli.
Saya : Mata melotot dan hidung mengembang *Serius Lo ?*
So, Tigan sekarang udah menjadi layaknya toko buku diskon yang ga murah-murah amat. Beda harga antara di Toko Buku besar dengan Tigan sekarang berdasarkan korting 30 %. Yang bikin sebal tu, pernah saya menjumpai sebuah buku yang menarik minat,
Saya : Berapa ni bang?
Abang Tigan : 50 ribu dek, baru masuk itu.
Saya : Mahal amatttt ! Ini Gr*media atau Titi Gantung sih?
Karena kemahelan saya nggak jadi beli. Tanpa direncanakan saya si hari yang sama setelah dari Tigan mampir ke ATM Gr*media Gajah Mada dan menemukan bahwa disana lagi ada cuci gudang buku-buku Gramedia. And You know wattttt? Buku yang kate si pedagang buku Tigan harganya 50 rebu dijual seharga 25 RIBU saja di parkiran belakang Gr*media Gajah Mada !
Dan siang ini saya kembali ke Tigan untuk mencari buku mengenai microsoft excel. Namun buat jaga-jaga saya juga berniat mencari novel-novel bagus untuk dikoleksi *apa hubungannya coba?* dan yah... Untuk 2 novel saya kenak charge 65 rebu, 2 majalah Harper's Bazaar Indonesia keluaran tahun 2011 dan Vogue Australia keluaran 2011 saya kenak 25 rebu, satu buku Microsoft office 2010 saya kenak 25 rebu, dan dua mini ensiklopedi fashion saya kena 25 rebu...
Tapi memang tidak ada tempat lain yang lebih menyenangkan dari pada Tigan. Walau harganya makin naik, dan gosipnya juga pemerintah kota Medan mau merelokasi usaha para pedagang buku disana saya merasa harus maklum juga. Harga buku di toko buku aja sudah meroket dari kemaren-kemaren, rasanya wajar juga kalau harga buku di Tigan ikut-ikutan naik. Tapi tetap saja sedihnya saya adalah harga komik baru yang biasanya cuman 7000 dan kadang malah 20 rebu dapat 5 bijik sekarang harga satuannya sudah 10000 !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar