pict source: storynina.blogspot.com
Melanjutkan
posting sebelumnya, kali ini saya mau
menulis tentang sekuel dari The Story
Girl.
Masih menampilkan
karakter-karakter yang ada di buku pertama, Bev dan adiknya yang masih gendut,
Felix, masih melewati hari-hari mereka di Carlisle bersama sepupu mereka Dan, Felicity,
Cecily dan ‘The Story Girl’ Sara Stanley. Tidak ketinggalan anak laki-laki yang
bekerja pada Paman Roger mereka, Peter Craig dan tetangga mereka yang cengeng
Sara Ray.
Hari-hari Bev
tetap diisi dengan menjelajahi kebun keluarga King, memetik apel, mendengarkan
cerita baru dari The Story Girl dan
mulai menyadari bahwa ia memiliki perasaan khusus terhadap gadis yang memenuhi
imajinasinya dan sahabat-sahabatnya dengan kisah-kisah hebat. Ya, di Golden
Road para anak-anak di kisah sebelumnya telah berkembang menjadi remaja.
Karakter-karakter dalam novel ini mulai mengalami perkembangan emosi dan cara
berpikir mereka. Selain Bev yang sedang jatuh cinta pada Sara Stanley, ada
Cecily yang dikejar-kejar teman sekelasnya dengan sangat fanatik Cyrus Brisk,
dan Felicity yang mulai melunak dan menerima uluran tangan Peter Craig yang
tergila-gila padanya. Bayangkan, seorang gadis angkuh dan sadar status seperti
felicity yang di buku pertama berkoar-koar soal ia tidak akan mau merendahkan dirinya dengan berjalan atau
pun duduk di dalam gereja berdekatan dengan seorang pekerja upahan seperti
Peter Craig, di buku kedua mulai menikmati momen-momen romantis berdua dengan
bocah itu.
Di buku kedua ini
juga banyak peristiwa penting yang mengubah jalan hidup masing-masing karakter.
Kepulangan Ayah Bev dan Felix dari Rio De Jenairo dan kepulangan Ayah Sara
Stanley yang eksentrik dari daratan Eropa nun jauh. Namun meski banayk
peristiwa yang cukup membuat mereka pusing tujuh keliling, the Kings dan
kawan-kawan tidak lupa untuk bersenang-senang. Kali ini mereka menerbitkan
majalah kreasi mereka sendiri yang bernama Our
Magazine. Awalnya ini adalah ide dari Sara Stanley sang gadis dongeng, tapi
berhubung ia cemas Felicity akan menolaknya dan ini akan di ikuti oleh Peter Craig
yang selalu memujanya, plus Dan yang tentunya tidak suka sesuatu yang
membuatnya kerepotan maka Sara Stanley memaksa Bev untuk mengungkapkan ide
tersebut sebagai idenya. Dengan tak tik cerdas, Sara Stanley pura-pura
menentang ide tersebut di awalnya, Felicity menjadi excited dan tentu saja
dengan sikap bossynya dia akan diikuti oleh dua saudaranya Dan dan Cecily.
Peter sang pemuja tidak perlu disinggung lagi deh.
Majalah mereka
akhirnya terbit dengan Bev sebagai editor, Felix sebagai penanggung jawab kolom
humor dan informasi, Felicity membawahi kolom rumah tangga, Dan yang
serampangan mengurus kolom etiket, Cecily yang pemalu menjadi penulis fashion,
Peter menjadi penanggung jawab Fiksi dan Sara Ray yang dilibatkan belakangan
karena tidak ikut dalam pertemuan pembentukan tim Our Magazine menjadi manejer iklan. Oh ya, Si Gadis Dongeng
menajadi penanggung jawab kolom rupa-rupa.
Selain mengurusi
majalah baru mereka, Bev cs juga mengalami petualangan yang mencekam saat
terjebak di badai salju dan terpaksa bermalam di rumah Peg Bowen yang sinting.
Mereka harus melewati malam mencekam dengan pura-pura menikmati hidangan makan
malam dari Peg yang tidak enak sambil dipandangi kucing-kucing kuma
peliharaannya dan pajangan tengkorak manusia di dindingnya.
Bagian yang saya
sukai di buku ini adalah petualangan Sara Stanley dan Bev beserta ayah si gadis
dongeng menjelajah hutan-hutan Carlisle. Saya menyukai bagaimana Bev dan Sara Stanley
menikmati masa-masa kebersamaan mereka menikmati kenangan-kenangan lingkungan
tua yang penuh nilai historis dari keluarga King turun temurun. Walau tidak
dijelaskan bagaimana akhir kisah mereka berdua, tapi saya cukup puas bahwa
felicity ternyata akan menikah dengan Peter, sesuai dengan yang diramalkan Sara
Stanley.
Sudut pandang
penceritaan novel ini masih dipegang oleh Bev. Tapi Bev yang bercerita di
Golden Road adalah Bev yang menceritakan kisah kanak-kanaknya di pulau Prince
Edward. Jadi tidak heran akan ada beberapa kisah yang dikonfirmasi kelanjutannya
di masa depan oleh Bev dewasa, salah satunya adalah kisah cinta Si Pemuda
Canggung dan guru musik cantik yang baru pindah ke Carlisle, Miss Alice Reade.
Akhir dari buku
ini menurut saya indah dan mengharukan. Walau tidak atau kurang secerdas dan
menggigit seperti di buku pertama, saya puas membaca kelanjutan kisah keturunan
King dari pulau Prince Edward ini. Karakter favorit saya, Peter, tetap menjadi
sosok yang eksentrik dan lugas sekaligus lucu. Senang mengetahui bahwa ia
akhirnya berhenti menjadi pekerja upahan dan Ayahnya telah bertobat kembali ke
rumah untuk bertanggung jawab terhadap keluarga. Dan di masa depan ia akhirnya
memiliki profesi yang sepertinya sangat cocok dengan pribadinya yang lurus dan
lugas (walau tetap saja mistis).
Oh ya, walau belum mebaca karya-karya LM Montgomery yang lain, saya jadi penasaran dengan award winning Canada TV series, Road to Avonlea. Dari informasi yang saya dapatkan dari internet, cerita ini diinspirasi dari karakter-karakter dalam novel Montgomery, khususnya The Story Girl dimana Sara Stanley menjadi karakter sentral disini. Nama Felix, Felicity, bibi Janet dan Paman Alec juga muncul. Begitu juga Bibi Olivia dan Paman Roger. Apakah Road to Avonlea pernah ditayangkan di TV Indonesia? Saya jadi penasaran, dimana saya bisa mendapatkan akses murah meriah untuk menontonnya secara lengkap, hehhehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar