Minggu, 13 Januari 2013

Best Spots To Shoot In West Sumatera (So far ...) Part 1

Sebagai perantau yang budiman, saya baru menyadari kalo kampung halaman saya punya potensi wisata yang bagus justeru setelah saya tinggal di daerah lain. 

Ini terjadi setelah saya yang pulang kampung untuk pertama kalinya setelah merantau dan karena boring di rumah terus akhirnya memutuskan untuk menjelajah beberapa tempat di Sumatera Barat. Belum semua tempat eksotis yang saya jelajahi sih. Tapi lumayan lah untuk dibagi-bagi di blog ini. Khususnya buat kawan-kawan yang ada minat untuk berwisata ke Sumatera Barat.

Ok, kali ini saya mulai dengan lokasi yang dekat dengan rumah saya, Batusangkar.

1. Gedung Nasional
Ini adalah salah satu landmark kota Batusangkar. Dulu gedung ini bisa dibilang pusat segala event di kota kecil ini. Baru beberapa tahun yang lalu gedung ini mulai direnovasi, dan sekarang sudah jadi, menjadi lebih modern tanpa meninggalkan ciri khas Minangkabau. 

Pict source antarasumbar

Saya dan teman-teman mungkin ga hobby berfoto dengan latar segede ini, tapi kami suka duduk-duduk di gedung yang kalo g dipake sangat senyap ini sambil foto-foto narsis.

1
2
enaknya duduk-duduk sore disini adalah selain udara yang enak, plus nggak bising, bisa sambil menikmati burung bangau yang entah berapa ratus ekor menghuni pohon beringin tua yang tak jauh dari gedung ini. Ibaratnya macem di kolam burung Cemara Asri kalo di Medan. Tapi ini pohon Burung, hehe. Sayang lensa kamera nggak memadai. Walau udah beberapa kali mencoba, saya gagal mendapat gambar bangau bermanuver di atas pohon beringin tua tersebut.

2. Gedung Indo Jolito dan Lapangan Cindua Mato
Gedung Indo Jolito adalah gedung bekas peninggalan kolonial Belanda pada jaman perang Paderi. Dulunya gedung ini adalah rumah tinggal Van Der Capellen, petinggi Belanda di masa itu. Lokasinya tidak jauh dari Benteng yang dinamai Fort Van Der Capellen.  Bentengnya sendiri dulu difungsikan sebagai markas kepolisian, tapi sekarang bangunan tersebut difungsikan sebagai bangunan pusat informasi pariwisata Kabupaten Tanah Datar. 
Gedung Indo Jolito sekarang berfungsi sebagai rumah dinas Bupati Kabupaten Tanah Datar. Jadi ini bukan sembarangan area yang bisa dimasuki wisatawan, baik itu lokal sekalipun (seperti saya haha). Setelah puas foto-foto di Gedung Nasional, saya dan teman saya melanjutkan foto-foto di sekitar lapangan Cindua Mato. Setelah agak beranjak gelap, kami mampir ke Gedung Indo Jolito.

Lapangan Cindua Mato kala senja ^^
Ini kalo siang...
Ini kalo malam haha. Nah, jika kamu jeli maka di belakang gadis di foto ini tampak pohon besar dengan bintil putih. Itu bukan bunga, tapi gerombolan Bangau putih yang emang bersarang disana. Pohon tersebut adalah pohon beringin tua yang menurut saya salah satu icon kota ini. ^^

My Friend, Honesty (akhirnya saya perkenalkan ), di depan Gedung Indo Jolito.

Gedung Indo Jolito. Gambar ini saya ambil sekitar pukul 18.30-an karena emang sayup-sayup adzan Magrib udah terdengar. Terlihat cantik dari pada biasanya saya lihat hampir seperempat abad hidup :p

3. Istano Basa Pagaruyuang 
Nah, ini adalah objek wisata sejuta umat yang berkunjung ke Kabupaten Tanah Datar dan Sumatera Barat. Setelah sempat 3 kali terbakar habis ( kali pertama karena kerusuhan di tahun 1804, lalu dibangun lagi dan kembali terbakar di tahun 1966, dibangun lagi, dan kebakaran lagi deh tahun 2007 dan dibangun ulang dengan tata cara yang sama dengan pembangunan istano sebelumnya).

My Friend, Lucya, di depan Istano Pagaruyuang. 

Ini mungkin tiodak terlihat di istano, tapi ini masih di kawasan Istano ^^. Komplek Istano cukup luas. Selain terdiri memiliki bangunan tambahan berupa rangkiang, dapua, surau dll, di belakang istano terdapat kolam dan lapangan yang cukup luas. Lokasi Istano sendiri pas di depan perbukitan. Jadi kalau habis hujan pemandangan bukit berkabut sangat cakep buat jadi background foto hehe.
Foto ini masih saya ambil di belakang Istano. Sebagai orang lokal yang dari kecil sudah melihat bangunan tersebut, saya tidak begitu excited kalau musti berkunjung kesana sering-sering. Spot favorit saya bukan di depan bangunan utama yang kadang semak oleh penjual makanan dan snack. Saya lebih sering membawa teman-teman ke lapangan di belakangnya untuk bersantai dan melihat pemandangan perbukitan dan Istano di depan kami.

Di Istano ini juga disewakan pakaian tradisional Minangkabau. Dengan Rp 30000 kamu bisa foto-foto suka hati pake kamera sendiri. Tapi kalo kamera kamu nggak memadai kamu bisa minta difotoin dengan biaya tambahan tentunya. Biasanya dengan Rp 50000 dapat foto 1 biji buat dicetak. Foto di atas adalah my friend Friska Sagala. Dia adalah kawan di Medan nomer 3 yang berhasil saya bujuk buat berwisata ke kampung halaman saya ^^.

FYI, angkutan umum ke lokasi ini sangat jarang. Ada sih angkot putih Indomo, hanya saja jam operasinya sulit dipastikan. Cara cepat menuju Istano adalah dengan Ojek dari Pasar Batusangkar dengan tarif sekali jalan Rp 4000-5000. Kalo kamu rame-rame sama teman, mending carter Bendi bin kereta kuda, delman, andong etc. Sekali jalan tarifnya Rp 50000-Rp 40000. Namun kalo dicarter pulang-pergi bisa dapat harga Rp 60000 atau Rp 70000. Pinter-pinter nawar deh. Namun, kalo nggak bawa kendaraan pribadi, usahakan jam berwisata kamu selesai sebelum pukul 18.00 karena nantinya tidak ada ojek dan bendi beroperasi sama sekali. (saya sudah sering mengalami yang begini, sampe-sampe pulangnya diantar sama pemuda setempat yang nongkrong di depan Istano =) )

My lil bro dan salah satu sepupu kecil saya di depan Istano yang belum sepenuhnya selesai renovasinya. gambar ini diambil tahun lalu kayaknya deh...


4. Rumah Tuo Balimbiang
Saya kurang tau sejarah bangunan ini. tapi dari info yang saya dapat ini adalah bangunan paling tua di Tanah Datar yang masih berdiri kokoh. Konon usianya lebih dari 300 tahun dan dibangun tanpa menggunakan paku sama sekali. Memasuki rumah tua ini tidak dipungut biaya sama sekali (entah kalo hari libur besar seperti saat Idul Fitri ya). Namun yang pasti memasuki bangunan ini wajib hati-hati berhubung ini adalah bangunan tua.
Pertama kali saya mendatangi bangunan ini adalah karena diminta untuk bikin foto post-wedding sahabat abang saya. Dengan skill seadanya saya memotret mereka di bangunan tua ini.
1
2
3

berhubung saya dari sononya ga hobby foto landscape, image full rumah gadang tua bersejarah ini pun saya comot dari situs griyawisata


5. Puncak Pass & Danau Singkarak
Bagian terakhir dari post untuk kali ini adalah Danau Singkarak yang dinikmati dari ketinggian, yaitu dari Puncak Pass. Danau Singkarak mulai makin terkenal namanya setelah adanya event akbar tahunan, Tour De Singkarak. Event ini sukses menyedot wisatawan lokal dan mancanegara mengunjungi wilayah-wilayah eksotis di Sumatera Barat, khususnya Danau Singkarak. 
Puncak Pass berada di Nagari Padang Luar (lebih kurang 15 KM dari kota Batusangkar dan lagi-lagi nggak ada angkutan umum kesini). Jalan menuju lokasi ini bisa dibilang berliku-liku dan mananjak (kadang curam). 
Jika saya pulang kampung, Puncak Pass selalu ada dalam rute jalan-jalan lenje saya. Nggak pernah bosan deh kongkow disini. 

Jika ke Puncak Pass, jangan cuman nongkrong di pinggir jalannya. Spot berfoto asyik justru ada di lereng perbukitan puncak pass ini. Rumput-rumput liar setinggi nyaris setengah badan orang dewasa, pohon-pohonnya bikin adem dan eksotis. 

rumput liar, sahabat banci foto nan romantis kekeke

Me in puncak Pass... =)

And again, jeleknya kebiasaan sayah adalah jarang ambil foto landscape. Karena memang lebih doyan foto narsis. 

Setidaknya gambar ini sedikit mewakili pemandangan Singkarak dari atas Puncak Pass =)

Me with my Lil Sis dan kakak Sepupu =)

Puas foto-foto di Puncak Pass ayo turun ke danau buat ningkrong di rel kereta api (gyagaggagga) di dekat jembatan Ombilin, atau..

ke Tanjung Mutiara. Salah satu areal wisata di pinggiran Danau Singkarak.

Habis foto-foto ayo belanja oleh-oleh khas Danau Singkarak, ikan bilih =)


Happy Hunting and Traveling ^^/



























Tidak ada komentar:

Posting Komentar