Senin, 28 Januari 2013

North Sumatera's Melayu Wedding Ceremony

Pada 26 Januari 2013, saya berkesempatan mengabadikan momen-momen sakral upacara pernikahan adat Melayu. Ini kali pertama saya melihat prosesi adat Melayu di Sumatera Utara. Kalau prosesi Batak dan Karo sudah sering, apalagi Minang.

Prosesi pernikahan dengan adat Melayu ternyata cukup unik dan semarak. Warna kuning mendominasi dekorasi acara. Sanking kuningnya, mata saya sampai silau dan berkunang-kunang kalau ngeker di kamera terlalu lama, haha.

Karena prosesi akad nikah sudah dilakukan sebelumnya dengan adat Jawa (pengantin perempuan adalah keturunan Jawa, manten laki adalah pria Melayu) maka upacara adat Melayu yang dilaksanakan melanjutkan prosesi setelah akad nikah. Berhubung yang bersuku Melayu adalah pihak laki-laki jadi, dalam prosesi ini kedua mempelai bertukar posisi sementara. 

Awal dari prosesi ini adalah kedatangan mempelai pria di rumah pengantin wanita. Si pengantin wanita akan menunggu di pelaminan sementara pengantin pria diarak oleh rombongannya.

1
2

Kira-kira 100-200 meter dari rumah pengantin perempuan, rombongan pengantin pria diwakili oleh pemuka adat akan mengumumkan kedatangan mereka agar pihak pengantin perempuan bersiap-siap. Prosesi ini melibatkan berbalas pantun yang kadang sangat jenaka dan memancing tawa, khas budaya Melayu Sumatera.


Perjalanan pengantin pria tidak akan mulus karena pihak pengantin perempuan telah mempersiapkan berbagai rintangan yang memerlukan 'kunci' untuk membukanya. Pertama pengantin pria akan menghadapi hempang batang berupa sebatang pohon pisang kecil (mungkin dulunya ukuran asli dewasa, tapi karena dunia makin dipermudah teknologi jadinya memakai batang pisang yang masih kecil hehe). Setelah berbalas pantun dan mengajukan syarat, maka pengantin pria wajib menyerahkan kunci emas sebagai pembuka jalan yang dihadang hempang batang tadi. Secara simbolis, salah satu dari rombongan pria akan menebas putus batang tersebut dan mereka melanjutkan perjalanan.


Lewat hempang batang, selanjutnya adalah bertukar tepak , dimana kedua belah pihak bertukar kotak kayu emas yang isinya saya nggak tahu apa :p


Setelah prosesi ini selesai, pengantin pria akan menghadapi hempang pintu, dimana dua orang dari pihak pengantin perempuan akan membentangkan selembar kain panjang menutupi jalan. Setelah berpantun dan menyerahkan syarat, hempang pintu dibuka dan pengantin pria masuk ke dalam rumah.


Sesampainya di depan pelaminan dimana pengantin perempuan yang cantik sudah menunggu, masih ada cobaan yang menghadang. Hempang kipas. Disini dua orang perempuan menutupi pengantin perempuan dengan selembar selendang. Lagi-lagi berpantun dan membayar syarat menjadi solusi. 


Setelah hempang kipas dibuka kedua pengantin dipersandingkan di pelaminan untuk selanjutnya dilaksanakan acara tepung tawar.



Setelah tepung tawar, acara selanjutnya adalah makan bersama berhadap-hadapan. Disini sebelum makan, pasangan pengantin akan melakukan serangkaian prosesi diantaranya mencabut bunga bon-bon (disini dilihat siapa paling cepat dan paling banyak, seperti di adat Jawa dimana pengantin menarik ayam. Barang siapa yang mendapat lebih banyak atau besar berarti rejekinya yang lebih baik ), mencari barang tersembunyi dalam nasi  dan sebagainya. Setelah saya browsing sana sini rupanya maknanya adalah tentang bagaimana pasangan pengantin tersebut akan senantiasa saling menopang dalam kehidupan berumah tangga.









Saya bukan pakar kebudayaan Melayu, jadi apa yang saya jabarkan disini adalah segala sesuatu yang saya lihat dari sudut pandang awam saya. Prosesi pernikahan adat Melayu Sumatera Utara sangatlah unik dan meriah. Kebahagiaan jelas terpancar dimana-mana belum lagi acara bertukar pantun yang sukses memancing gelak tawa di setiap tahapan acara. Bagi saya ini adalah sebuah kesempatan menjadi bagian dari peristiwa budaya. Semoga para calon pengantin di masa depan tidak kapok menjalankan ritual kebudayaan. Karena satu hal yang pasti, pernikahan memegang peranan penting dalam memelihara adat istiadat. Di dalam sebuah pernikahan, berbagai unsur kebudayaan terlibat di dalamnya. Kuliner, sandang, sistem kemasyarakatan, bahasa, seni  dan lain-lain memegang peranan penting di setiap tahapan. Dalam pesta pernikahan ini, saya menyaksikan bentuk kebudayaan Melayu utuh dalam satu hari. 

Terakhir saya mendoakan kebahagiaan untuk pasangan pengantin Wira dan Diyah yang foto-fotonya saya unggah di atas. Semoga segera mendapat momongan dan membina keluarga SaMaRa ^^/.

1 komentar: