Kamis, 16 Juni 2016

A Sweet Escape, Talago Gunuang



Sudah hampir 3 tahun sejak saya memutuskan untuk kembali ke kampung halaman di sebuah kota kecil bernama Batusangkar, Sumatera Barat. Selama kurun waktu tersebut saya berkesempatan untuk menjelajah keindahan tanah kelahiran saya yang menyimpan banyak pesona magis, alam yang indah dan sejarah yang memikat. Apalagi saya bekerja di industri pariwisata, saya semakin terpacu untuk mengenal lebih intim (caelah..) setiap sudut kampung halaman saya, rahasia yang tersembunyi dibalik perbukitan hijau rangkaian Bukit Barisan dan kisah-kisah yang tersimpan di dalamnya.

Nah, kisah perjalanan saya kali ini akan saya mulai dengan sebuah kampung kecil yang tersembunyi dibalik perbukitan, Talago Gunuang.



Talago Gunuang berlokasi di Desa Talago Gunuang, Nagari Sungai Ameh Kecamatan Tanjung Emas.Untuk menuju lokasi ini sebenarnya cukup mudah karena jalan yang ditempuh tidak rumit, hanya saja ketiadaan papan penunjuk jalan akan menjadi kendala yang cukup berarti bagi traveller luar yang tidak familiar dengan wilayah daerah ini. Oleh karena itu saya akan menuliskan cara menuju lokasi indah ini dengan dimulai dari objek wisata paling terkenal di Batusangkar, Istano Basa Pagaruyung.

Cara terbaik untuk menuju Talago Gunuang adalah dengan menggunakan kendaraan pribadi, baik itu roda dua maupun roda empat karena tidak ada kendaraan umum yang melayani rute Batusangkar - Talago Gunuang. pastikan kondisi kendaraan prima karena jalan yang ditempuh memiliki kerusakan di beberapa titik dan akan sangat sulit menemukan bengkel terdekat karena perjalanan akan melewati hutan pinus selama lebih kurang 30 menit. Oh ya, kendaraan jenis sedan ataupun yang ceper-ceper jangan dipakai kalau mau kesini.

Saya sudah dua kali ke Talago Gunuang. Ada dua lokasi cantik disini. Pertama adalah pemandangan perbukitan dan lembah serta keberadaan situs Megalitikum dari akhir abad ke-14 plus satu lagi adalah pemandangan Sungai atau Batang Ombilin yang mengalir meliuk-liuk disela perbukitan. Kali pertama saya hanya sampai situs megalitikum, setahun kemudian saya baru berkesempatan mengunjungi spot cantik ke-2. Kedatangan kali ke-2 saya adalah bersama dua orang adik dan juga seorang jurnalis  freelance dari Jakarta yang penasaran tentang wisata anti mainstream di Ranah Minang,

Nah, mari kita segera menuju Talago Gunuang!

Dari Istano Basa Pagaruyung traveller harus mengarahkan kendaraan menuju ke Nagari Saruaso hingga menemukan sebuah simpang tiga yang dinamai Simpang Pintu Rayo. Disini bereloklah ke kiri. Kira-kira setelah 200 meter berkendara terdapat sebuah persimpangan lainnya setelah mesjid Raya Saruaso dan sebelum Balai / Pasar Saruso, traveller harus berbelok ke kanan memasuki jalan desa Sungai Ameh. Terus arahkan kendaraan anda kedepan hingga melewati Jembatan Sungai Ameh. Dari sini perlahan kita akan melewati perkampungan penduduk Sungai Ameh hingga akhirnya pelan-pelan akan memasuki kawasan hutan Pinus sampai kita bertemu dengan pemukiman warga lagi, itulah dia Jorong Talago Gunuang. Sebelum memasuki desa tersebut kita akan disambut oleh komplek megalitikum Talago Gunuang. Situs pemakaman kuno masyarakat pedalaman Minangkabau ini konon berasal dari akhir abda ke-14 hingga awal abad ke-15 dimana masa ini adalah masa transisi masuk dan berkembangnya Islam di dataran tinggi Sumatera Barat. Sebenarnya sejak kita memasuki Nagari Saruso akan banyak ditemukan nisan-nisan kuno berbenuk tanduk pipih dan tinggi yang bervariasi, hanya saja komplek megalitikum Talago Gunuang ini terdapat nisan yang tingginya +/- 3 meter. Tertinggi diantara ratusan atau bahkan ribuan nisan yang tersembunyi di perbukitan ini. Nah, tidak jauh dari komplek ini traveller akan menemukan  persimpangan lainnya. Ambil jalan menurun ke kanan dan berbeloklah ke kiri pada persimpangan pertama. Dari persimpangan tersebut teruslah berkendara sampai kita bertemu dengan padang rumput hijau terbuka. Selamat datang di Talago Gunuang.

FYI, setelah berbelok di persimpangan terakhir jalan yang kita tempuh akan sangat bervariasi. Sebagian jalan sudah dibeton dan diaspal, akan tetapi makin dekat dengan Talago Gunuang, kita akan disambut jalan berbatu kasar khas pedesaan.

Tahapan selanjutnya adalah menuruni bukit. Setelah jalan pedesaan berakhir kita bertemu dengan alam terbuka dimana jalannya hanyalah jalan tanah yang licin dan menurun tajam. Tapi jangan khawatir, letih akibat perjalanan akan segera terobati begitu mata kita dimanjakan oleh perbukitan hijau dan Batang Ombilin yang mengalir jernih. Si jurnalis sampai menjuluki Talago Gunuang dengan New Zealand-nya Sumatera Barat. Biar lebih afdol, langsung nikmati foto-foto saya dibawah ya.


Happy Travelling people!


Jalan kecil beraspal di Talago Gunuang. Selama trip saya lupa mendokumentasikan kondisi jalan, beberapa titik jalan ada yang terban dan memiliki lubang yang cukup dalam.

Ini sudah mulai masuk jalan tanah dan berbatu

Ini adalah jalan tanah yang licin dan dibeberapa titik cukup curam. Harap berhati-hati menuruni jalan ini ya.

Setelah perjalan yang penuh goncangan, istirahat dulu sambil menikmati udara, Oh ya, kawasan ini benar-benar wilayah yang masih cukup alami. Fasilitas satu-satunya untuk pengunjung hanyalah tempat duduk sederhana dari bambu. Tidak ada tempat berteduh dikala hujan dan panas. Bekali diri dengan makanan dan minuman yang cukup karena disini juga tidak ada pedagang. Sampah-sampah sisa makanan dan kemasan harap dibawa pulang ya, jangan dibuang sembarangan.

Dan, inilah pemadangan ikonik Talago Gunuang. Bagaimana? Cantik bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar