Sabtu, 17 September 2016

Let's go, WEGI!


alkisah, saya mendapkan kesempatan untuk ikutan bertualang bersama komunitas WEGI bulsn Maret silam. Maret? Iya Maret. Sudah lama sekali ya. Tapi baru sekaranglah saya berkesempatan menuliskan kisah perjalanan seru yang mempertemukan saya dengan banyak teman baru dari dalam dan luar Sumatera Barat. Mereka hadir sebagai influencer, selebgram, blogger dan pekerja kantoran biasa.

Oh ya, saya bisa ikutan ini tentunya nggak terlepas dari informasi Catur, aias M Catur Nugraha. Anak muda inia dalahsaalh satu D'traveller alias anggota komunitas Detik Travel. Dalam sebuah percakapan via WA ia berbagi informasi kegiatan ini. Si Catur sendiri berencana mendaftar sebagai blogger luar Sumbar dan ia menyarankan saya mendaftar sebagai peserta dalam Sumbar. Singkat cerita saya lolos, dia enggak. Maaf ya tur, dan terima kasih banyak.

WEGI adalah singkatan dari Wisata Edukasi Green Industry yang merupakan sebuah program dari Komunitas We-Green Industry. Program ini di tahun 2016 sudah memasuki pelaksanaan ke-5. Dalam pelaksaannya WEGI mengajak komunitas masyarakat untuk melihat lebih dekat bagaimana praktik-praktik green industry atau industri ramah lingkungan diimplementasikan. Hal ini juga menjembatani komunikasi antara pelaku industri dan masyarakat umum untuk saling memahami bagaimana usaha-usaha yang telah dilakukan pelaku industri tidak demi keuntungan semata.


Nah, pada program WEGI ke-5 ini para peserta diajak berkeliling beberapa objek Wisata andalan Sumatera Barat dan tentunya berkunjung ke pabrik Semen Padang di Indarung. Ada 52 peserta yang tercantum dalam undangan, 9 diantaranya berasal dari luar provinsi Sumatera Barat dan sisanya adalah anak muda lokal dengan berbagai latar belakang profesi dan komunitas.

Untuk peserta dari luar Sumbar mereka mendapatkan kesempatan untuk jalan-jalan ke beberapa objek wisata kece di hari pertama, 18 Maret 2016, sementara untuk peserta dalam provinsi mulai berpartisipasi di hari kedua saja. 19 Maret 2016, semua peserta berkumpul di Wisma Indarung terlebih dahulu. Setelah registrasi ulang dan mendapatkan goodie bag berisi merchandise Semen Padang dan kaos WEGI untuk langsung dikenakan kami sarapan dan mengikuti sedikit briefing.  Selanjutnya kami menuju Bus Semen padang untuk menuju Gor Haji Agus Salim guna menjemput sisa peserta lainnya.






GOR Haji Agus Salim sendiri merupakan markas dari dua klub sepak bola Sumatera Barat, PSP dan tentunya Semen Padang FC. Disini saya bertemu banyak rekan-rekan bogger lainnya. Kami mulai berkenalan dan bertukar cerita dan saling follow instagram, hahaha. Dari GOR Haji Agus Salim kami bergerak menuju kota tua dan Museum Bank Indonesia, sayangnya cuman lewat. Nggak Singgah. Kecewa. Tapi nggak apa-apa, Padang kan cuman 3 jam. Lain waktu saya bisa datang sendiri (dan sampai saya nulis ni saya belum juga main ke Padang lagi).



Pemberhentian ke-2 kami adalah batik tanah liek Ayesha. UKM ini adalah binaan dari Semen Padang. Alkisah batik tanah liek adalah batik khas ranah Minang. Dahulunya batik dibawa oleh Adityawarman ketika berkuasa sebagai Maharaja Diraja Suwarnabhumi, kerajaanya bernama Malayupura. Namun proses pengerjaan batik di Minangkabau pun beradaptasi sesuai dengan selera dan bahan baku lokal. Sesuai namanya, batik tanah liek berarti batik tanah liat. Tanah liat digunakan sebagai pewarna dasar kain. Kain putih polos, katun dan sutera, direndam dengan air tanah liat semalaman. setelah dibilas dan dikeringan akan menyisakan warna kekuningan yang khas dan klasik. Selanjutnya batik akan digambari motif. Motif-motofnya baisanya berasal dari motif ukiran dan motif tenunan khas Minangkabau. Namun ada juga motif kreasi baru yang tetap berdasarkan kebudayaan lokal seperti motif Malin Kundang. 




Di UKM Batik Tanah Liek Ayesha, kami nggak hanya dibuat kagum dengan koleksi batik tanah liek yang anggun dan indah. Pemimpin UKM dengan senang hati membawa kami melihat dan mencoba langsung bagaimana memproduksi batik ini di workshop yang berada tidak jauh dari galerrynya. 

Setelah dari batik tanah liek, kami menuju ke Bukit Batu Karang Putih untuk menyaksikan proses blasting, atau peledakan material pembuatan semen. Oh ya, dulu ketika masih kanak-kanak saya beberapa kali berkunjung ke rumah Amai, sebutan untuk istri Mamak (Paman dari pihak Ibu), di Indarung. Mereka memiliki kedai nasi yang berlokasi di areal parikir truk semen. pertama kali kesana saya dibuat shock dengan bunyi ledakan tambang. kali ini pun saya sudah deg-deg-an akan berteriak latah atau bereaksi berlebihan mendengar suara keras. Tapi, disinilah saya mulai memahami konsep Green Industry yang sebelumnya dibicarakan. Proses Blasting yang dilakukan sama sekali tidak menimbulkan polusi suara. Ekspektasi peserta nih, kayaknya bakal kayak film action. 




Setelah menyaksikan proses blasting, selanjutnya kami menuju bangunan pabrik pertama Semen Padang. Disini kami menyaksikan pabrik semen tertua di Asia Tenggara yang telah berusia lebih dari seratus tahun! Pabrik pertama ini sudah tidak beroperasi lagi karena sudah tidak memenuhi standar kelayakan terkini. Akan tetapi bangunan pabrik ini tetap berdiri dan dibiarkan apa adanya guna dijadikan industrial heritage. Kelak areal pabrik pertama ini akan menjadi saran wisata edukasi bagi masyarakat Indonesia, nggak tertutup dunia. Disini panitia WEGI menyiapkan kejutan lho, kostum meneer dan mevrouw Belanda. Beberapa peserta berkesempatan mencoba dan berfoto dengan kostum ini, saya sih lebih tertarik mengeksplore setiap sudut bangunan yang aman dipijaki.






Tujuan kami selanjutnya adalah taman reklamasi. Taman reklamasi ini dulunya adalah lahan tambang material semen. Setelah tidak dipergunakan lagi, lahan ini direhabilitasi menjadi taman yang indah. Ada banyak tanaman-tanaman langka disini seperti pohon andalas dan pohon indarung. Baru tahu saya kalau Indarung itu adalah nama sebuah pohon. Sayangnya karena hujan, saya dan peserta lainnya tidak sempat menjelajah keseluruhan taman. Kami cukup puas menikmati pemandangan hijau dan udara yang segar. Sulit dipercaya, namun pemandangan indah di depan kami ini dulunya adalah lahan tambang. Green Industry changes it all.



Okeh, segitu deh dulu ceitanya jalan-jalan barengWEGI. Seru dan menambah banyak ilmu. Tentunya semua ilmu dan pengalaman ini bisa saya bagikan kembali kepada teman-teman seprofesi dan para tamu-tamu kami dari berbagai belahan dunia. Thank you WEGI, dan terima kasih Semen Padang! Oh ya, 18 Maret bertepatan dengan hari lahirnya Semen Padang pada tahun 1910 silam.



Oh ya, saya akan menulis tentang batik tanah liek di postingan selanjutnya. Rasanya tidak cukup kalau digabung dalam postingan ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar