Rabu, 20 Juni 2018

Libur Lebaran di Sawahlunto Part 2


Destinasi pertama saya begitu melewati gerbang masuk Sawahlunto adalah makam salah satu Pahlawan Nasional Indonesia, Prof. Mr. Mohammad Yamin. Mohammad Yamin adalah seorang putra Minangkabau kelahiran Talawi, Sawahlunto, 22 Agustus 1903. Saya sempat salah menuliskan tanggal lahir beliau saat menulis caption di akun Instagram. Menurut wikipedia, Yamin dilahirkan pada tanggal 24 Agustus 1903, akan tetapi di makam beliau yang saya lihat malah 22 Agustus 1903. 


Yamin terlahir di keluarga besar. Ayahnya, Tuanku Oesman gelar Baginda Chatib, memiliki lima orang istri dan 16 orang anak. Anak-anak dari Oesman gelar Baginda Chatib banyak yang menjadi sosok berpengaruh di Indonesia. Selain Yamin yang menonjol di bidang hukum, sastra dan politik, saudara lain ibunya, Djamaludin Adinegoro, merupakan seorang wartawan kawakan. Bahkan nama Adinegoro diabadikan sebagai nama anugerah jurnalistik tertinggi di Indonesia yang diberikan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Hadiah Adinegoro.

Mohammad Yamin ( wikipedia.com )

Lokasi makam Mohammad Yamin tidaklah sulit ditemukan. Makam ini berada di pinggir jalan lintas Talawi - Sawahlunto. Areal makam sangat luas dan bersih. para pengunjung juga bisa memarkir kerndaraan dengan aman dan nyaman di dekat gerbang masuknya. Memasuki kawasan makam tidak dipungut biaya apa pun. Biaya parkir pun tidak. 



Hanya ada dua makam di komplek ini. Makam Mohammad Yamin dan makam ayahnya. Yamin memang berwasiat di saat-saat terakhirnya agar dimakamkan di kampung halamannya, Talawi, di sebelah makam ayahnya. Makam keduanya dinaungi atap bagonjong khas rumah tradisional Minangkabau. Di depannya berdiri gagah patung sosok Yamin menapat ke arah timur. 





Mohammad Yamin memberikan kontribusi yang luar  biasa bagi Republik Indonesia. Karya-karyanya tidak hanya di bidang hukum, namun juga kepemudaan, sastra dan pendidikan. Karir politik Yamin sendiri dimulai ketika ia terlibat dalam organisasi pemuda Jong Sumatranen Bond. Tidak hanya itu, Yamin jugalah yang menyusun ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 dan mamasukkan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu dan bahasa nasional.

Sebagai seorang negarawan, Yamin sempat menduduki beberapa jabatan menteri diantaranya Menteri Penerangan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Mentri Kehakiman. Selama menjabat sebagai Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Yamin mendorong pendirian univeristas-universitas negeri dan swasta di Indonesia. Salah satunya adalah pendirian Sekolah Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) di kota kelahiran saya, Batusangkar, pada tahun 1954. PTPG kemudian berkembang menjadi Universitas Negeri Padang.

Salah satu artikel yang saya baca di internet juga menyebutkan Yamin sebagai seseorang yang mendukung dan memperjuangka Hak Asasi Manusia di Indonesia. Yamin bersikukuh bahwa deklarasi HAM harus diatur oleh konstitusi. Salah satu tindakannya yang paling mendapat sorotan saat menjadi Mentri Kehakiman adalah pembebasan 950 tahan politik yang dipenjarakan tanpa melewati pesidangan.

Yamin menikah dengan RA Siti Sundari, seorang putri bangsawan Demak. Dari pernikahannya itu, ia memiliki seorang putra tunggal bernama Rahadian Yamin. Walau Yamin memproyeksikan putranya untuk mengikuti jejaknya dengan mengirim putra tunggalnya berkuliah di Univeristas Filipina, pada kenyataannya Rahadian Yamin lebih dikenal sebagai salah satu pelopor Mode Indonesia. 

Muhammad Yamin meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar