Senin, 11 Desember 2017

Mato Aia Coffee, A New Coffee Truck in Town



kota kelahiran saya, Batusangkar, bukanlah kota yang sophisticated. Hanya sebuah kota kecil di dataran tinggi Sumatera Barat yang berudara sejuk dan berpenduduk konservatif. Sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Sisanya adalah pedagang, pegawai di lembaga pemerintahan dan wiraswasta. Hanya sedikit perusahaan swasta di sini, itu pun baru mulai tumbuh dan berkembang beberapa tahun belakangan. Home Industries juga ada, lumayan lah. Mereka biasanya memproduksi kue dan penganan tradisional khas Ranah Minang.

Dahulu sekali, ketika saya masih berstatus mahasiswi, pulang kampung adalah hal yang menyenangkan sekaligus meresahkan. Apa pasal? Saya senang bisa temu kangen keluarga. Berleha-leha di rumah menggemukkan badan dengan asupan makanan melimpah bikinan emak saya, namun saya bingung dan kecewa ketika harus keluar rumah. Tidak ada tempat asyik untuk dituju. Oke, ada beberapa tempat wisata, tapi yang ingin saya lakukan hanyalah bertemu kawan lama untuk duduk dan berbagi cerita. Makan dan minum nomer dua. Idealnya, tempat yang kami cari adalah seperti cafe-cafe di kota tempat kami kuliah, tapi apa daya, di Batusangkar hanya ada kafe yang menawarkan cappucino sachetan dan menu makanan yang melulu nasi goreng, mie goreng dan mie rebus. 

Selasa, 12 September 2017

Payakumbuh & Lima Puluh Kota One Day Trip Part 3 : Lereng Ngalau


Destinasi terakhir kami pada One Day Trip di Payakumbuh dan Lima Puluh Kota adalah Lereng Ngalau. Awalnya, Lereng Ngalau menjadi yang pertama kami tuju pada rute jalan-jalan kami saat itu, namun dengan berbagai pertimbangan, kami pun memilih untuk mengunjungi objek wisata yang paling jauh terlebih dahulu, Padang Mangateh.

Setelah sempat diwarnai oleh peristiwa apes sejagad, kena tilang di simpang Kencana Pasar Payakumbuh, kami terlebih dahulu singgah di warung Naha Brownies & Chocolate. Warung kecil favorit saya ini dulunya ada di depan Istano Basa Pagaruyung. Tempat dimana saya sering menghabiskan waktu istirahat makan siang sambil ngobrol ngalor ngidul dengan crew Naha, Ezi, kadang-kadang dengan owner-nya sendiri Kak Ima dan Uda Novit. Setelah mereka pindah ke Payakumbuh, Naha sempat mempertahankan konsep awal, Brownies & Coffee, namun akhirnya Kak Ima dan Uda Novit memilih fokus ke camilan. Naha pun menjadi Brownies & Chocolate saja, tidak ada lagi coffee-nya. Beberapa hari sebelumnya saya sudah sempat mampir ke Naha saat menemani sesepuh Don'tcha dan Yulin bertandang ke kedai-kedai kopi di Payakumbuh. Saat itu saya pun akhirnya mengetahui kalau Naha sekarang jadi pemasok cemilan teman minum kopi di beberapa coffee shop di kota yang menjadi perlintasan Provinsi Riau dan Sumatera Barat ini. Dan Uda Novit sebagai part time CEO dan part time deliveryman pun mendapat titel baru, Uda Jeco (plesetan dari J-Co).

Setelah puas kangen-kangenan dengan Kak Ima dan klapetartnya, kami pun segera memacu kendaraan menuju Lereng Ngalau. Pada saat itu, jam sudah menunjukkan hampir pukul lima sore, kami tidak ingin sampai di Batusangkar kemalaman. Niatnya sih cuman mau duduk dan pesen makanan sekedarnya dan foto-foto. 

Minggu, 03 September 2017

Payakumbuh & Lima Puluh Kota One Day Trip Part 2 : Kapalo Banda Taram


One day trip kami pada 30 Juli silam kembali berlanjut. Dari padang rumput luas tempat sapi-sapi unggul diternakkan, kami meneruskan perjalanan menuju destinasi ke-2 di hari itu, Kapalo Banda Taram. Kedua lokasi ini tidak jauh, namun tidak bisa juga dibilang dekat. Yang jelas keduanya sama-sama harus ditempuh melalui jalan raya Payakumbuh - Lintau.

Jumat, 01 September 2017

Gempa!


Saat itu saya belum lagi tertidur. Sepulang kerja saya langsung menyibukkan diri menyelesaikan pesanan ilustrasi dari mantan senior di kampus, Kak Debby. Ilustrasi tersebut selesai sebelum pukul sebelas malam. Namun mata saya masih  belum mau diajak beristirahat sehingga saya menyibukkan diri dengan game di smartphone. Tanpa saya sadari, waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 WIB. Game saya mandeg, saya kehabisan clue dan hints. Akhirnya saya memutuskan untuk tidur setelah sebelumnya menyempatkan diri ke kamar mandi. 

Saya masih berusaha menemukan posisi enak untuk tidur ketika mendengar suara bergemuruh yang terdengar seperti kucing liar bermain kejar-kejaran dengan tikus di loteng rumah. Setengah mengutuk saya berusaha menutup kuping dan memejamkan mata. Namun gemuruh itu tidak berhenti, bunyi derit sendi-sendi rumah mulai terdengar. Oh, ini gempa. 

Selasa, 29 Agustus 2017

Flash Blogging bersama Kemkominfo ~ And a Quick Look on My Writing Habbit



Saya sudah menulis sejak Sekolah Dasar. Bener, sejak sekolah Dasar kelas 5. Saat itu saya dan teman-teman sedang tergila-gila dengan kisah Detektif Conan dan Petualangan Lima Sekawan. Tidak hanya itu, kelas lima SD juga menjadi awal saya menjadi penggemar berat komik Jepang. Walaupun saat itu uang jajan saya belum mencukupi untuk membeli sebuah komik baru di Gramedia, saya selalu rajin menyambangi lapak buku bekas kecil yang dulu pernah ada di kota kelahiran saya, Batusangkar. Apa pun judulnya, asal komik Jepang pasti saya beli. Saya membaca berbagai komik mulai dari genre shounen hingga akhirnya jatuh cinta dengan shoujou manga

Jumat, 25 Agustus 2017

Tujuh Puluh Dua Tahun Indonesia, Rayakan Perbedaan dengan Pariwisata





Tujuh puluh dua. Bukan angka yang kecil untuk usia sebuah Negara. Jika diibaratkan manusia, angka tujuh puluh dua menunjukkan betapa sepuhnya Indonesia. Seorang yang sudah sepuh sering dianggap kenyang pengalaman. Ia sudah menjadi saksi hidup dari perubahan zaman. Tidak ada lagi ego yang tertinggal. Yang ada hanya kebijaksanaan untuk diwariskan kepada anak cucunya kelak. 

Rabu, 23 Agustus 2017

Payakumbuh & Lima Puluh Kota One Day Trip Part 1 - Padang Mangateh



Bekerja sebagai pramuwisata bukan berarti untuk urusan berlibur saya selalu lancar jaya. Pramuwisata lokal di kota kecil yang bekerja di instansi pemerintah bukanlah pekerjaan fleksibel yang memungkinkan kamu bisa menjelajah kemana-mana. Saya adalah seorang pramuwisata lokal yang bekerja enam hari dalam seminggu, sembilan jam sehari, dan tidak memiliki jatah cuti tahunan. Haha.

Selasa, 22 Agustus 2017

Terpukau Gagauan


Gagauan atau Gagoan? Ada dua penyebutan untuk lokasi wisata yang tengah hits di kalangan anak muda Sumatera Barat ini. Ada yang menyebut Gagoan, karena sebagian besar warganet di laman sosial media menyebutnya demikian, namun sebenarnya masyarakat setempat menyebutnya Gagauan. Mengapa bisa seperti itu?

Sabtu, 19 Agustus 2017

Jelajah Rumah Gadang di Nagari Sumpu


Apa yang ada dipikiran kamu kalau mendengar kata Minangkabau? Sumatra Barat atau Padang? Rendang, Jam Gadang, Malin Kundang dan Rumah Gadang. Keempat hal tersebut seolah sudah menjadi ikon dari kampung halaman saya, Sumatera Barat. Ketika travelling ke Ranah Minang kamu akan disuguhi rendang, main ke pantai pastinya nggak akan jauh-jauh dari pantai Air Manis dengan kisah Malin Kundangnya, singgah di Bukittinggi pasti nggak akan melewatkan berfoto di depan jam Gadang. Nah, kalau berkeliling Sumatra Barat pasti nggak absen deh pemandangan rumah-rumah tradisional berarsitektur unik dengan atap ba-gonjong-nya. Yup, itulah dia rumah gadang.

Jumat, 18 Agustus 2017

Jelajah Pariangan Part 7 : Makam Tantejo Gurhano & Rumah Gadang Dt Kayo


One Day Trip kami di Pariangan ditutup dengan mengunjungi makam Datuak Tantejo Gurhano, atau yang lebih dikenal dengan sebutan kuburan panjang. Kuburan panjang, sesuai dengan namanya, merupakan sebuah kuburan tua berukuran panjang yang konon hingga saat ini tidak dapat diketahui dengan pasti berapa panjanganya. Menurut cerita yang pernah saya dengar, pengukuran makam ini selalu menghasilkan panjang yang berbeda. Panjangnya berkisar antara 23 hingga 29 meter. Makam ini disebut masyarakat sebagai makam Datuak Tantejo Gurhano. Beliau dikenal masyarakat Minangkabau sebagai arsitek yang membangun Balairung Sari, sebuah bangunan untuk bermusyawarah pelbagai suku di Minangkabau dan berlokasi di Nagari Tabek. Kisah lain menyebutkan bahwa Datuak Tantejo Gurhano merupakan arsitek pertama yang membangun rumah gadang dengan atap bergonjongnya.

Selasa, 14 Februari 2017

Jelajah Pariangan Part 6 : Jembatan Tua, Rumah Kecil nan Elok dan Balai Saruang


Satu hari rasanya tidaklah cukup untuk menjelajah Nagari Tuo Pariangan. Itu lah yang kami rasakan ketika hari beranjak sore di Pariangan. Masih ada banyak tempat-tempat menarik yang belum kami kunjungi seperti Kincia Tuo dan Lubuak Dabua. Untuk mempersingkat waktu, kami putuskan melihat dan memotret hal-hal menarik yang kami temukan di sekitar Mesjid Ishlah, Mesji Tua Minangkabau.

Jelajah Pariangan Part 5 : Mesjid Ishlah


Mesjid Ishlah Nagari Tuo Pariangan adalah tujuan kami berikutnya setelah puas berfoto-foto singkat di komplek rumah gadang suku Piliang. Dari Komplek rumah gadang suku Piliang, lokasi mesjid ini tidaklah jauh. Kami mengambil jalan menurun menuju lokasi makam Datuak Tantejo Gurhano dan berbelok ke  kanan didepannya. Jalan tembok yang cukup lebar tersebut menuntun kami langsung ke halaman mesjid yang sudah berusia ratusan tahun ini.

Minggu, 12 Februari 2017

Jelajah Pariangan Part 4 : Rumah Gadang Dt Rajo Lelo


Penjelajahan kami di Nagari Tuo Pariangan terus berlanjut. Setelah berkunjung ke Rumah Gadang Datuak Maharajo Depang, menikmati panorama alam yang menakjubkan dari view point Jorong Guguak dan berpetualang di hutan dan sungai mencari Aia Najun Batang Bangkaweh, kami kemudian mendatangi sebuah komplek rumah gadang yang belakangan menjadi sangat populer setelah muncul di film 'Surga Di Telapak Kaki Ibu' yang dibintangi oleh aktor dan aktris populer Indonesia yaitu Jessica Mila dan Kevin Julio. Dijajaran aktor dan aktris senior terdapat nama-nama seperti Unique Priscilla, Dewi Hughes dan Tasman Taher yang turut serta membintangi film yang syutingnya sebagian besar dilakukan di Sumatera Barat ini. 

Kamis, 09 Februari 2017

Jelajah Pariangan Part 3 : Aia Najun Batang Bangkaweh


"Indak jauah do, paliang saratuih meter dari mushola tampek mamarkir onda beko."

"Tidak jauh kok, paling hanya seratus meter dari mushola tempat memarkir sepeda motor nanti."

Kalimat si Bapak pemilik warung di Puncak Mortir lah yang mendorong kami bersemangat untuk menyambangi air terjun yang menjadi andalan pariwisata Jorong Guguak selain panoramanya yang indah. Hanya seratus meter, bayangkan. Jika sedekat itu akan sangat sayang sekali jika kami tidak mampir. Walau awalnya kami terburu-buru mengingat waktu sudah hampir menunjukkan pukul 12.00 WIB siang dan trekking ke air terjun tidak termasuk dalam daftar jelajah kami hari itu, toh kami akhirnya mengubah rencana dan mengarahkan sepeda motor kami menuju lokasi air terjun yang berada semakin ke dalam Jorong Guguak, dimana pemukiman penduduk semakin jarang dan yang kami temui hanya kebun dan sawah milik warga. 

Jelajah Pariangan Part 2 : Panorama Jorong Guguak


Jorong Guguak adalah perkampungan tertinggi di Nagari Tuo Pariangan. Dari dusun ini kita dapat menikmati pemandangan lembah di kaki gunung Marapi berikut pemukiman dan areal pertanian penduduknya. Sawah berjenjang dan perbukitan hijau memanjakan sejauh mata memandang. Guguak menjadi best view point untuk melihat keindahan alam ranah Minang yang telah termasyur.

Rabu, 08 Februari 2017

Jelajah Pariangan Part 1 : Rumah Gadang Dt Maharajo Depang




Sejak Desa Pariangan dinobatkan sebagai salah satu desa terindah di dunia, makin banyak saja orang yang penasaran untuk membuktikan kebenarannya. Tidak hanya mengundang penasaran pelancong dari luar Sumatera Barat, tapi juga mamancing rasa ingin tahu masyarakat yang hidup tidak jauh dari Nagari ini namun belum sekalipun menjejakkan kaki dan mencicipi sekeping surga di lereng gunung Marapi tersebut. Apalagi semenjak digelari salah satu desa terindah, sepertinya Pariangan menyedot perhatian berbagai media, baik itu cetak dan elektronik. Popularitas Pariangan semakin meroket, dan momentum tersebut dimanfaatkan oleh berbagai pihak, baik itu pemuda dan pemerintah Nagari bersama Pemerintah Daerah Tanah Datar melalui instansi-instansi terkait.

Senin, 06 Februari 2017

Aua Sarumpun, Quietly Beautiful


Aua Sarumpun adalah nama dari sebuah bukit yang berlokasi di Jorong Siturah, Nagari III Koto, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar. Bukit ini dinamakan Aua Sarumpun sesuai dengan keberadaan serumpun aua (aur / bambu) di puncak bukit. Lokasi ini sebenarnya bukanlah objek wisata dadakan atau baru. Keberadaannya sudah lama diketahui oleh para pecinta alam, peminat olahraga ekstrem dan para penggemar buru babi. Namun, karena akses lokasi yang cukup sulit dengan jalan tanah berbatu, tempat ini kalah populer dari Puncak Pass Padang Lua yang sudah dilalui oleh jalan beraspal. Pelan tapi pasti Aua Sarumpun mulai merebut popularitasnya yang tertunda, quietly and beautifully. 

Kamis, 02 Februari 2017

Ketika Kincir Air Jadi Objek Wisata


Internet memang sering menciptakan keajaiban. Bukan, bukan keajaiban macam dunia saga Harry Potter, tapi keajaiban mengubah sesuatu yang biasa menjadi luar biasa. Ketika kamu mengunggah sesuatu di dunia maya, social media khususnya, kamu tidak akan pernah tahu sejauh mana unggahan kamu akan mempengaruhi kehidupan orang banyak. Mungkin dulunya remaja-remaja Jorong Padang Data yang iseng berfoto dengan kincir air di kampungnya tidak akan pernah menyangka bahwa foto unggahan mereka akan mampu mengubah desa yang awalnya sepi menjadi ramai dan dibicarakan dimana-mana. Desa yang awalnya sunyi mendadak menjadi objek wisata yang disambangi oleh wisatawan dari berbagai daerah. Itu lah cerita yang saya dapatkan dari pemilik warung bernama Upik ketika berkunjung ke objek wisata baru yang sedang ramai dibicarakan di Kabupaten Tanah Datar, Kincia Aia Kamba Tigo (Kincir Air Kembar Tiga).

Selasa, 24 Januari 2017

Ketika Saya Jadi Fotografer Dadakan, Lagi



Jadi, kemarin saya baru jadi fotografer (dadakan) lagi. Kali ini saya dimintai memotret produk. Wah, jauh berbeda dengan job-job motret yang terbiasa saya lakukan sebagai asisten dulunya semasa masih di Trotoa Photography maupun ketika going solo buat bantu-bantu teman dekat saya. Ini sebenarnya kali kedua saya motret produk, sebelumnya saya motret produk berupa makanan atas permintaan Ibunda dari teman pas masih di Medan. Hasilnya sangat tidak memuaskan sebenarnya, bagi saya ya, tapi bagi Ibunda teman saya masih dalam taraf acceptable lah, walau maunya exceed expectation (lu kate lagi ujian OWL, and i am not Harry Potter huhuhu).  

A Not-So-Secret Garden Now, Lezatta Green House


Pariwisata di tanah kelahiran saya semakin berkembang dan semakin beragam. Objek-objek wisata semakin banyak yang berbenah dan mepercantik diri dan juga tidak lupa berinovasi. Memanfaatkan derasnya arus informasi dan semakin meningkatnya penggunaan smartphone di berbagai lapisan masyarakat memungkinkan promosi objek wisata baru semakin mudah, it's just one post, one click and one share anyway.

Minggu, 22 Januari 2017

Ke Yatai Ramen Lagi



Seseuai judulnya, saya dan adik saya akhirnya ke Yatai lagi. Yatai Ramen, kedai ramen yang ada dipinggir jalan Garegeh, Bukittinggi. Kalau kita datang dari arah Baso atau Payakumbuh, kedai ramen ini ada disebelah kiri setelah hotel Nikita.

Jumat, 20 Januari 2017

Wajah Baru Panorama Tabek Patah



Panorama Tabek Patah adalah salah satu objek wisata andalan Kabupaten Tanah Datar sejak tahun 90-an. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan kurangnya inovasi, perlahan objek wisata ini mulai kehilangan pesonanya.