Jumat, 20 Januari 2017

Wajah Baru Panorama Tabek Patah



Panorama Tabek Patah adalah salah satu objek wisata andalan Kabupaten Tanah Datar sejak tahun 90-an. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan kurangnya inovasi, perlahan objek wisata ini mulai kehilangan pesonanya.


Saya sempat mengunjungi Panorama Tabek Patah beberapa tahun yang lalu. Saat itu yang saya dapati adalah beberapa gazebo yang kusam dan tidak terawat, taman-taman yang tidak tertata, dan sampah berserak dimana-mana. Bapak yang menemani saya waktu itu bercerita kalau dulu tempat ini terlihat lebih baik, entah mengapa sekarang terlihat semakin menyedihkan. 

Mungkin karena zaman sudah berubah, kata saya sih. Kalau dulu hal-hal yang sederhana sudah cukup menjadi daya tariknya. Pemandangan yang indah, udara yang bersih dan sejuk dan bisa menghabiskan waktu bersama-sama keluarga dengan mudah dan murah. Nah, kalau sekarang? Blame it on the smartphone and social media. Sederhana tidaklah cukup. Harus kekinian! harus Instagramable. Kalau tidak, objek wisata yang tidak berbenah hanya akan disambangi oleh pasangan-pasangan yang mencari tempat mojok.

Suatu hari, kira-kira 2 minggu yang lampau, saya melihat beberapa foto penampakan rumah pohon diantara pohon-pohon pinus yang tinggi menjulang. Awalnya saya pikir foto-foto tersebut adalah rumah pohon di suatu tempat jauh dari kampung halaman saya. Mungkin rumah pohon Aripan atau Abdul yang beberapa kali pernah saya dengar namanya dan lihat fotonya di instagram, namun sayanganya sampai postingan ini dibuat dan dipublish belum pernah saya kunjungi, hehehe. Apa yang terjadi ketika saya mengetahui bahwa rumah pohon yang saya sedang lihat fotonya berlokasi di Tabek Patah? Saya girang bukan kepalang. Senang mengetahui objek wisata semakin berbenah, semakin mempercantik diri, bukannya berleha-leha dengan gelar dan tahta yang sudah dimiliki kayak objek wisata itu tuh...

Saya langsung mengajak adik perempuan teman jalan sekaligus teman makan saya untuk mampir kesini saat kami berencana ke Bukittinggi esoknya. Niat pertama kami gagal karena langit gelap dan sepertinya mau hujan. beberapa hari kemudian justru rekan guide di Istana Pagaruyung yang sudah terlebih dahulu melancong kesini. Saya jadi semakin termotivasi. Konon kamu belum hits kalau belum main kesini, haha. 

Oh ya, saya dan adik sering berkunjung ke Bukittinggi yang hanya berjarak 1 jam 30 menit perjalanan ini dari kota Batusangkar. Paling tidak dalam sebulan kami bisa 4 kali bolak balik Bukittinggi untuk mengunjungi Abang sulung saya dan keluarganya yang memang berdomisili disana. Seringkali juga misi saya ke Bukittinggi adalah untuk membeli beberapa barang sehubungan dengan side job yang belakangan saya lakukan, will post it next time. Dalam perjalanan pulang, kami sering melihat sebuah puncak bukit dari kejauhan yang memiliki gazebo putih. Kami sudah menduga itu adalah panorama Tabek Patah. Namun hati ini tidak terpanggil juga untuk singgah. 

Hari bersejarah itu akhirnya tiba. Saya dan adik memutuskan untuk berangkat ke Bukittinggi lebih awal dari biasanya. Kami berencana mampir terlebih dahulu ke Rumah Pohon hits ini mengingat cuaca bulan Januari sedikit kurang bersahabat. Ketika kami memasuki gerbang panorama Tabek Patah, saya dan adik menduga kami akan memasuki areal Panorama Tabek Patah yang itu, iya yang itu dulu pernah kami kunjungi dan ternyata banyak sampah dan kurang terawat dan nggak cocok untuk masuk instagram. Rupanya kami salah. Tepat sebelum gerbang masuk panorama, ada papan nama yang menginformasikan kami untuk belok kanan menuju Rumah Pohon Keputusan. Yup, namanya Rumah Pohon Keputusan (Awalnya saya pikir Pamutusan -nama pulau itu lho- barulah ketika pulang dan melintasi papan nama itu lagi adik mengoreksi saya). Jalan yang kami lalui belum lagi diaspal atau dibeton. Nggak kebayang kalau hujan becek dan licinnya gimana. Terima kasih Tuhan, pagi itu cukup cerah. Areal parkir yang disediakan juga masih sederhana, disamping kebun warga.

Kami disambut oleh tiga orang pria yang masih bersantai menikmati sarapan dan kopi pagi mereka. Walau tanpa basa basi a la Customer Service Bank, mereka menyambut kami dengan ramah. Kami langsung diarahkan untuk memarkir sepeda motor dan diberitahu mengenai tarif masuk dan tarif parkir. Satu orang dikenakan biaya Rp 5000 dan untuk parkir sepeda motor kami dikenai Rp 2000. Uang parkir langsung dibayar saat itu juga. Setelah membayar uang parkir kami langsung ditemani menuju rumah pohonnya. Jalan menuju rumah pohon diapit oleh kebun warga, atau mungkin kebun masih milik yang empunya rumah pohon Keputusan ini. Di sebelah kanan ada ladang cabe yang mengundang tangan anak gadis rumah tangga ini untuk menjamah dan memetiknya (harga cabe masih mahal soalnya) dan di sebelah kiri kami ada ladang lobak.







Setelah melalui jalan menanjak dengan beberapa petak di kiri dan kanannya, kami sampai di gerbang masuk Rumah Pohon Keputusan. Rupanya kami adalah pengunjung pertama hari itu. "Kalau hari biasa pengunjung baru akan ramai setelah jam satu siang," jawab si Abang yang memandu kami masuk. Rumah Pohon ini biasanya bukan pukul 9 pagi setiap harinya, dan kami datang tepat pada pukul 09.00 WIB. Alhasil, hanya ada kami bertiga yang ada di areal rumah pohon tersebut. Hore! kami tidak perlu jaga imej kalau mau berfoto.



Saya dan adik tidak menyianyiakan kesempatan tersebut. Spot sasaran pertama kami adalah sebuah pohon yang batangnya meliuk, pohon inilah yang pertama kali menarik perhatian kami begitu memasuki kawasan Rumah Pohon Keputusan. Posisinya pas di gerbang masuk dan rupanya disediakan tangga untuk menaikinya. Awalnya saya meminta adik untuk berpose disana, tapi karena cukup tinggi, ia ragu. Saya sebagai kakak yang baik hati memutuskan untuk memberikan contoh terkece.

                                                           Gimana, udah kece belum?

Selanjutnya jangan ditanya, kami yang awalnya hanya ingin mengambil beberapa foto dan langsung melanjutkan perjalanan menuju Bukittinggi berakhir menghabiskan waktu satu jam lebih disini. Sayangnya Kafe yang berada di lokasi ini belum buka sehingga saya tidak tahu apa makanan dan minuman yang ditawarkan disini. Tapi saat akan pulang, di areal parkir sang juru parkir menyebutkan bahwa kami bisa memesan kawa daun (kopi daun) untuk dinikmati disini.

Selanjutnya silahkan dinikmati jepretan kami yang seadanya. Kalau berkunjung ke Tanah Datar, jangan lupa mampir ke Rumah Pohon Keputusan ya. 


Pengumuman yang dipasang di areal ini, isinya agar pengunjung menjaga sopan santun (baik itu bersikap maupun berpakaian), tidak melakukan tindakan vandalisme, dan memarkir kendaraan di lokasi yang telah disediakan. Budayakan membaca ya, dan selalu patuhi peraturan dan himbauan pengelola objek wisata.

Titanic, saya rasa siapa pun yang melihat spot seperti ini langsung meniru Jack dan Rose. Oh ya, kalau mau menaiki rumah pohon ini perhatikan batas maksimum jumlah pengunjung yang diperbolehkan ya, pastikan juga untuk terlebih dahulu membuka alas kakinya agar tidak mengotori dan merusak material kayu yang dipakai untuk rumah pohon ini.



 Bangku kayu yang disediakan langsung menghadap ke pemandangan Gunung Marapi.

 Baru ada dua rumah pohon di lokasi ini dan FYI, rumah pohon Keputusan ini dikelola oleh pribadi alias bukan milik pemerintah Nagari atau pun jorong. 


Dijaga ya kebersihannya. Take nothing but picture, kalau bisa jejak kaki pun jangan tertinggal. Cukup kesan yang baik yang kita tinggalkan. 




Pemandangan ke arah lembah dibawahnya, terlihat gunung Sago dikejauhan tertutup awan. 

Well, happy travelling people!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar