Minggu, 12 Februari 2017

Jelajah Pariangan Part 4 : Rumah Gadang Dt Rajo Lelo


Penjelajahan kami di Nagari Tuo Pariangan terus berlanjut. Setelah berkunjung ke Rumah Gadang Datuak Maharajo Depang, menikmati panorama alam yang menakjubkan dari view point Jorong Guguak dan berpetualang di hutan dan sungai mencari Aia Najun Batang Bangkaweh, kami kemudian mendatangi sebuah komplek rumah gadang yang belakangan menjadi sangat populer setelah muncul di film 'Surga Di Telapak Kaki Ibu' yang dibintangi oleh aktor dan aktris populer Indonesia yaitu Jessica Mila dan Kevin Julio. Dijajaran aktor dan aktris senior terdapat nama-nama seperti Unique Priscilla, Dewi Hughes dan Tasman Taher yang turut serta membintangi film yang syutingnya sebagian besar dilakukan di Sumatera Barat ini. 


Saya sih belum pernah menonton filmnya, dikarenakan ketiadaan bioskop di kampung halaman saya. Namun dari trailer film yang saya lihat di youtube, Nagari Tuo Pariangan paling banyak ditampilkan. Ya, Nagari Tuo Pariangan menjadi latar belakang dari kisah film yang mengangkat tema hubungan ibu dan anak ini. Dikisahkan seorang ibu yang biasa dipanggil Bundo, merindukan anak perempuan semata wayangnya yang bernama Denay. Denay meninggalkan kampung halamannya untuk kuliah di Jakarta. Alih-alih menyelesaikan kuliahnya, Denay rupanya cuti kuliah tanpa seizin Bundonya dan kemudian menjalani profesi sebagai Sales Promotion Girl untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Setelah tiga kali lebaran Denay tidak kunjung pulang, Bundo pun memutuskan untuk menyusul ke Jakarta. Namun, ibu dan anak ini kemudian saling berselisih pendapat dan akhirnya sang Ibu yang terluka akibat ucapannya memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Pariangan.

Nah, di trailer film saya melihat beberapa lokasi yang dijadikan tempat syuting film ini. Diantaranya adalah Mesjid Ishlah Pariangan, Jorong Guguak dan komplek rumah gadang di Nagari Tuo Pariangan. 

Ketika mampir ke komplek rumah gadang ini, kami habis diguyur hujan setelah dari Aia Najun di Jorong Guguak. Awalnya kami berniat melewati rumah gadang ini dan segera menuju mesjid Ishlah saja untuk sholat Dzuhur. Namun karena Kuntum sangat penasaran dengan rumah gadang 'Denay' kami pun singgah.

Dalam perbincangan dengan pemilik warung di depan komplek rumah gadang ini kami mengetahui bahwa rumah gadang tersebut adalah rumah gadang milik suku Piliang di Pariangan. Komplek rumah gadang tersebut terdiri dari tiga rumah gadang yang masing-masing seluas 3 ruang, 5 ruang dan yang paling besar adalah 7 ruang. Rumah gadang yang dipakai sebagai rumah keluarga Denay adalah rumah gadang 7 ruang yang merupakan rumah gadang Datuak Rajo Lelo. 

Rumah Gadang 7 ruang ini dibangun dengan arsitektur gajah maharam bergonjong empat. Tangga masuk rumah terdapat di tengah depan bangunan rumah gadang. Dinding luar rumah gadangnya tidak dihiasi dengan banyak ukiran, hanya ada sedikit ukiran dengan pola geometris menghiasi beberapa sudut dinding luar. Dinding luar rumah diwarnai toska dan hijau sehingga memberikan kesan yang sejuk. 

Selain rumah gadang 'si Denay' , terdapat juga sebuah rumah gadang unik disebelahnya. Rumah gadang bertingkat sangat jarang ditemui di Ranah Minang. Namun di Pariangan, kami menemukan sebuah rumah gadang 3 ruang yang bertingkat. Namun ibu pemilik warung meluruskannya, 'indak gei batingkek tu do. Lotengnyo sajo tu mah." Rumah gadangnya tidak bertingkat, yang terlihat sebagai lantai dua itu hanyalah sebuah loteng.

Karena rumah Gadang ini masih digunakan sebagai tempat tinggal sehari-hari oleh keturunan kaum Piliang di Pariangan, maka kami tidak memasukinya sembarangan. Kami hanya berfoto-foto di halaman setelah minta ijin kepada ibu-ibu yang kami temui disana. 









Dari kunjungan kami yang singkat di komplek rumah gadang tersebut kami juga mendapat pengetahuan baru dari si ibu pemilik warung. Ia bercerita bahwa awalnya ada 8 suku di Pariangan. Suku-suku tersebut adalah Koto, Pisang, Piliang, Malayu, Dalimo Panjang, Dalimo Singkek, Piliang Laweh dan Sikumbang. Namun saat ini hanya tinggal 7 suku yang bermukim di Pariangan. Suku Sikumbang telah lama pindah ke Batipuah ketika Datuk mereka ditunjuk sebagai Tuan Gadang di Batipuah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar