Rabu, 13 Februari 2013

Take A Look At My...

It's not a lovely february. Benar-benar bulan yang suram bagi saya. Bulan Februari ini diawali cukup baik dengan job sambil plesiran. Tapi kembali dari job plesiran hal yang tidak menyenangkan terjadi dan sontak mengubur semua keceriaan saya. Dear friend of mine and also my roommate jatuh sakit. Seminggu lebih saya menemaninya sebelum akhirnya sang Ibu mengunjungi dan tinggal bersama kami sambil sahabat saya menjalani terapi alternatif.

Berhubung ada Omak-omak di rumah, my beautiful mess life berakhir. Baju-baju yang biasanya saya jejalkan sembarang ke dalam lemari, bangun pagi tempat tidur tidak pernah dirapikan dan tidak di kasih sprey, bantal nggak disarungin, semua berakhir. Saya merapikan berbagai aspek dalam rumah. Mulai dari kamar mandi, ruang tengah dan teras sampai mengganti sprey, sarung bantal dan yang paling menyebalkan adalah menguras isi lemari dan menyetrika semua pakaian saya. Wow, suddenly semua terlihat sangat CLING ! 

Pekerjaan bersih-bersih dan bongkar membongkar ini membawa saya kembali ke masa lalu. Apa pasal? Saya menemukan berbagai hal menarik dan membangkitkan emosi saat membongkar kardus-kardus berisi catatan dan diktat semasa kuliah dulu. Rasanya belum begitu lama saya menginjakkan kaki di kota Medan ini. Tapi mengapa semuanya begitu rapuh, lapuk dan dimakan waktu ya? 

Apa saja yang saya temukan? Komik karya culun saya, novel dengan tema fan fiction saya, karya-karya ilustrasi saya yang pernah  diterbitkan di SUARA USU. Semuanya membangkitkan kenangan akan cita-cita saya dulu untuk berkarir di bidang jurnalistik atau minimal jadi ilustrator. Saya geli sendiri membaca novel yang saya tulis jaman SMA yang karena nggak tamat-tamat saya bawa ke Medan untuk diteruskan. Hasilnya? Nihil. Saya tidak pernah melanjutkannya sama sekali. Saat selesai membaca salah satu karya unfinished tersebut sempat terpikir untuk melanjutkannya sekedar untuk menuntaskan kerjaan lama, tapi saya sudah lupa ending yang saya rencanakan dan saya sudah lupa istilah persepak bolaan!




Zaman SMA saya doyan menulis kisah-kisah fiksi yang terinspirasi dari komik-komik Jepang yang saya baca, baik itu shounen maupun shoujo. Nah, kalau saya kehabisan kertas isi binder (berhubung bokek) saya sering diijinkan menulisi kertas binder teman saya, Elsya Meci. Nah, kalo cerita sudah tamat seluruh halaman akan dipisahkan dan di bundel jadi satu. Tidak hanya menulis, saya juga menggambar ilustrasinya sendiri.

Nah, foto-foto di atas adalah kisah yang saya tulis untuk teman saya Lucyana. Dia memaksa saya untuk menulis kisah ini di bindernya agar dia juga memiliki kenang-kenangan kisah yang saya tulis seperti di binder Elsya Meci. Berhubung saat itu Lucya sangat menggemari sepakbola yang mana idolanya adalah Kaka, saya menulis kisah dengan latar belakang sepakbola. Sayangnnya saat itu saya lagi doyan komik tema basketball, Harlem Beat, jadi saya sedikit memasukkan unsur basketball di dalamnya. Saya dulunya penggemar sepak bola saat SMP, pengetahuan saya soal olahraga ini bisa dibilang cetek dan nyaris nol. Saat membaca ulang lagi setelah nyaris 7 tahun saya kaget dengan pengetahuan sepakbola saya di kisah ini. Setelah dipikir-pikir saya baru ingat kalau pas SMA saya lagi doyan nonton anime Captain Tsubasa dan saya penggemar berat komik The Striker dari SMP. Tidak heran kalau kisahnya sendiri agak-agak mirip The Striker dengan background yang sangat serial cantik elex media.

Penemuan saya selanjutnya adalah komik-komik yang saya gambar di atas kertas HVS pakek pinsil doang! (Kecuali bagian covernya)! Saya menulis beberapa komik cewek yang unyu-unyu gimanaaaaa gitu. Temanya cinta-cintaan, banyakan sih unrequited love. Tapi satu kesamaan yang saya lihat, karakter perempuan kesukaan saya adalah perempuan penindas laki-laki, tapi dibalik sikap jutek dan arogannya tersimpan jiwa yang lembut dan penyayang ( Alamakjangggggggggg *gantung diri*). Kalo nggak cewek penindas saya juga suka karakter cewek saya tuh anti sosial, zero-to hero, dan kutu buku. Sesekali saya bikin karakter cewek yang lelembut dan lemah. Entah dapat mood dari mana nulis kisah dengan tokoh perempuan seperti itu (mungkin masa itu saya lagi mellow yellow kali ya?).




Dari semua gambar di atas, hanya yang paling bawah yang sempat tamat. Sumpah, saat membaca ulang saya muntah darah! Culun banget, udah gitu sering nyadur gambar dan ekspresi dari komik lain! Syukur nggak sempat terbit resmi. Saya bisa membayangkan reaksi orang-orang yang membacanya. 

Beralih ke masa perkuliahan, saya mulai sedikit mengkomersialisasikan bakat gambar saya. Berawal dari seorang senior yang mempromosikan bakat saya pada teman-temannya (Thank You so Much kak Vinda, anda membantu saya menambah  pundi uang jajan bulanan yang tak seberapa) saya jadi mendapat proyek membuat gambar ilustrasi dan komik untuk nembak gebetan hehe. Proyek ilustrasi saya kebanyakan dipake oleh mahasiswa/i psikologi. Nggak tau deh mata kuliah apa yang bikin mereka pesen ilustrasi sama saya. Tapi lumayan lho, saya dapat Rp25.000 per gambar yang saya bikin.

Nah, kalo untuk proyek nembak gebetan saya sempat dapat 2 proyek yang lumayan menghasilkan duit. Dua-duanya datang dari kak Vinda. Hanya satu yang sempat saya copy untuk dijadikan arsip. Di bawah ini adalah preview nya =)

Klien saya yang ini berhasil jadian dengan gebetannya. Sayangnnya mereka kemudian putus. Saya sempat berjumpa dengan abang ini selang 2 tahun pasca proyek. Ajaibnya dia masih kenal saya, saya malah sudah lupa. Tapi syukur langsung ingat begitu dia bilang dia yang pesen komik. Saya ingat betul menggambar karakternya versi komik yang berjenggot berkali-kali sampe larut malam. Nama abang ini kalo nggak salah Donny. 




Selain menjadi ilustrator dan komikus bayaran freelance, saya juga sempat nangkring jadi ilustrator dan reporter di UKM Tabloid Mahasiswa Suara USU. Saya sempat menerbitkan komik serialisasi, tapi terputus karena saya mengundurkan diri dari SUARA USU karena alasan kesehatan. Ah, I wish i have a fit body. Sampai sekarang saya masih kepikiran soal pengunduran diri tersebut. Saya merasa seperti melepaskan sesuatu yang penting. 

Kalau dipikir-pikir, masa SD-SMP dan SMA adalah masa-masa saya paling produktif dalam berkarya. Memang masih cupu dan cetek, tapi saya konsisten menghasilkan tulisan, komik dan ilustrasi. Baik itu yang diterbitkan di Mading (Saat SMA saya menangani dua Mading, satu mading OSIS dan satu lagi Mading Rohis). Saat awal-awal kuliah juga saya sempat rajin menulis jurnal pribadi dengan bahasa acak kadut campuran Jepang, Inggris dan Indonesia. Kalau sekarang? Nulis singkat di blog  aja saya turun naek.

Saya sebenarnya suka kertas sebagai media menulis dan berekspresi. Saat menggunakan kertas, all you have to do is go with the  flow. You cant Undo it or simply copy and paste. Its all about be true to your self. Tidak heran sampai sekarang saya masih suka lapar mata beli buku dan notes. Saya juga paling suka kalau beli majalah ada bonus notesnya. Saya punya tiga buku tulis tebal yang isinya full gambar dan tulisan iseng saya (serius dan nyeleneh) dan juga diselipi catatan perkuliahan. Jika sedang suntuk saya suka membuka dan membaca kembali tulisan-tulisan jadul. Saya dapat menilai diri saya sendiri. Bercermin dan evaluasi diri saya masa kini. 

So What am i thinking? Saya seperti disadarkan bahwa saya semakin tua, tapi belum juga dewasa sepenuhnya. It's a wake up alarm. Dampaknya lebih keras dari pada setelah saya menonton Charlize Theron di movie Young Adult. Beban pikiran saya jadi bertambah karena saya mulai serius memikirkan hal-hal yang saya anggap sepele sebelumnya. Mungkin ini akan mengganggu tidur saya dalam beberapa hari ke depan. Mudah-mudahan saya tetap sehat dan waras.

2 komentar:

  1. Balasan
    1. Terima Kasih Inayah :) Salam kenal. Saya lama nggak nge-blog, baru liat komennya.

      Hapus