Rabu, 11 September 2013

1985 : the Breakfast Club

Pict source en.wikipedia.org

5 orang siswa dengan latar belakang dan karakter unik berkumpul dalam satu ruangan seharian di akhir pekan yang seharusnya mereka habiskan dengan bersenang-senang menjadi tema film yang dirilis di USA pada tahun 1985 ini. Film ini disebut sebagai salah satu film dengan tema high school dan coming of age terbaik yang pernah ada. Dan saya membuktikan sendiri bahwa film ini awesome!


Dari detik awal film ini kita langsung disuguhi musik, sebuah lagu berjudul Dont You (Forget About Me), dan dilanjutkan dengan potongan-potongan gambar yang membawa kita menuju narasi yang disuarakan oleh seorang pria. Lalu satu persatu tokoh utama film ini muncul. Di awali dengan karakter Claire Standish (Moly Ringwald) yang diantar ayahnya dengan BMW, lalu Brian Johnson (Anthony Michael Hall) yang diantar Ibu dan adik perempuannya, kemudian the sport guy Andrew Clark (Emilio Estevez) , the rebel guy John Bender (Judd Nelson) nyelonong dengan entengnya dan nyaris ditbrak mobil yang mengantar Allison Reynolds (Ally Sheedy). Mereka berkumpul di perpustakaan sekolah mereka untuk menjalani detensi akibat kesalahan yang mereka lakukan. And that's how the story begun.

Lima karakter remaja di film ini diwakili oleh karakter yang 'disebut' a princess, a brain, an athlete, a basket case and a criminal. Mereka membawa permasalahan tersendiri di ruangan tersebut. Being unable to speak the truth of them selves mereka pada akhirnya mulai membuka diri dan berbagi dengan cara mendengarkan satu sama lain. Semuanya diungkap disini dengan jujur walau itu pahit. Saya cukup tersentil dengan pernyataan atau pertanyaan Claire Standish terhadap pertanyaan yang diajukan oleh Brian Johnson. Apakah kita akan saling bertegur sapa setelah ini? Dan Claire menjawab dengan lugas itu tidak mungkin terjadi. Lingkungan pergaulan mereka terlalu berbeda. Apa yang ada dipikiran kawanan mereka mengetahui ia berteman dengan seorang geek, weird dan bad boy paling rusuh satu sekolahan? Kita mungkin akan langsung nge-judge Claire dangkal dari jawabannya tersebut. Tapi What if  itu terjadi pada diri kita? Akankah kita melibatkan diri dengan orang-orang yang 'berbeda' dengan kita? Bayangkan situasinya seperti ini. Anda seorang siswa yang berkelas. Anda berjalan di lorong sekolah dan seorang cewek dengan dandanan aneh dan cara bicara aneh mendekati dan mengajak anda berbicara. Lalu teman satu genk anda yang cool dan gaul menghampiri dan bertanya, 'siapa dia?' , apakah anda akan berkata 'oh, dia temanku.'? Will you say that? Saya bertaruh anda akan berpikir ribuan kali sebelum menyatakan the weird one is your friend. Gengsi dan status pasti akan menjadi bahan pertimbangan anda ketika menempatkan seseorang dalam circle pertemanan anda. Kita harus mengakui bahwa bagaimana pun, kita mengejar sesuatu yang disebut 'status' yang menandakan kita berbeda dan memiliki nilai lebih dari orang lain di sekitar kita.

Hal lain yang saya tangkap dari film ini adalah bagaimana kita mendewakan apa yang terlihat dari luar. Claire seorang putri pengusaha kaya, Andrew seorang sportsman yang menanggung beban untuk selalu terlihat macho dan sangar, Bender yang memberontak karena selalu mengalami situasi sulit di rumahnya, Brian seorang siswa pandai yang selalu dituntut untuk sempurna, dan the lonely talented girl Allison yang dianggap aneh hanya karena ia 'berbeda'. 

Film ini juga sebenarnya mengenai hubungan orang tua dan anak, guru dengan murid, murid dengan murid, dan murid dengan orang-orang di sekitarnya. Masing-masing karakter memiliki masalah dengan orang tuanya dalam taraf yang berbeda. Mereka juga bermasalah dengan guru yang selalu beranggapan bahwa mereka hanyalah sekelompok biang kerok. Mereka juga bermasalah dengan pergaulan yang membuat mereka tertekan dan berusaha untuk tetap eksis agar tidak dipandang sebelah mata. Dan terkadang mereka tidak menemukan cara untuk menghadapinya.

Persolan seperti bullying dan virginity juga mendapat tempat di film ini. Dan Thanks God, film ini menampilkannya dengan baik melalui karakter Andrew yang merupakan pelaku bullying yang memendam rasa bersalah dan Claire yang membela Brian dengan statement 'Its Ok to be virgin'.

Film ini mengagumkan dari segi kualitas cerita dan akting para pemainnya. Biasanya film era 80-an yang saya tonton masih banyak yang lebay dan bikin dahi mengernyit. Tapi film dapat mengalir dengan natural dan menyajikan ending yang tidak terlalu cheesy. Permasalahan mereka juga tidak selesai begitu film berakhir. Bender masih harus menghadapi detensi di minggu berikutnya dan minggu berikutnya lagi. Namun semua berakhir dengan semestinya. kecuali bagian make over Allison yang kurang saya sukai, entah kenapa bagi saya ini sedikit menambah unsur 'cheesy' di film ini.

Selain yang di atas, musik juga menjadi faktor menariknya film ini. Dari awal sampai akhir musik-musik terbaik mengiringi berbagai adegan di film ini. The best scene with best music buat saya adalah ketika mereka mengkonsumsi mariyuana rame-rame dan fly bareng *HAHAHA* dan adegan ketika mereka menari dan bersenang-senang sebelum jam detensi mereka berakhir. Adegan ketika Bender bersiul dan diikuti oleh Brian, Allison, Andrew dan Clare juga memorable. Jangan lupakan final scene dimana Bender berjalan gagah berani menyeberangi lapangan base ball dan mengepalkan tangan ke udara. Ini adalah adegan yang saya suka. Dan jujur sedikit terpengaruh oleh imitasi adegan serupa oleh karakter Jesse (Played by Skylar Astin) di movie Pitch Perfect.

Pict source hollywood.com 

Pict Source fact.co.uk

Pict source fanpop.com

Pict source sceneshots.wordpress.com

Pict source diljpaul.wordpress.com

Saya rasa satu post ini tidak cukup untuk menguraikan mengapa film ini layak disebut 'wajib tonton'. You better go find it yourself. Enjoy the movie ^^/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar