Sabtu, 28 Februari 2015

30 Days Without Smartphone Day 11

Source: http://image.darksmurfsub.com/

Ah, memasuki hari ke-11 tanpa semakphone. Saya jadi nongkrong lebih lama di depan kompie.

Belum sempat membaca dan menggambar lagi. Jadi cukup bingung mau nulis apa. 

Oke, kali ini saya putuskan untuk membahas topik yang sedikit melenceng dari apa yang biasa saya tulis, saya akan berbicara tentang DRAMA KOREA! 


Yup, drama korea. 

Walau bukan fans fanatik aktor tertentu, saya sebenarnya cukup suka nonton drama korea. Saya orangnya cenderung heboh di awal bosan dan muak di akhir. Kalau nonton drama korea, biasanya saya semangat nonton cuman episode 1-8, paling maksimal 10. Setelah itu saya akan masuk ke fase speed up. melompati adegan-adegan basi dan cheesy bin mubajir agar segera dapat inti ceritanya. Nonton drama korea 16-20 episode saja saya sudah macam gini, konon lagi nonton Ganteng-ganteng serigala dan 7 manusia harimau yak.

Nah, sangat jarang saya menemukan drama korea yang enak ditonton setiap episodenya. Sumpah, jarang. Tapi ini mungkin berdasarkan selera sih. Selera saya pada dasarnya aneh mungkin ya, saya nggak suka sesuatu yang terlalu berat, tapi juga nggak mau sesuatu yang terlalu ringan. Saya suka drama yang alurnya cepat, pas, tidak bertele-tele dan sinematografinya bagus, plus humornya juga enak. 

Belakangan saya suka Drama Korea keluaran Tv kabel TVN. Unik. Itu yang pertama saya dapatkan dari drama keluaran saluran ini. Pemainnya bukan bintang papan atas bertarif mahal, aktor pendatang baru. Atau aktor yang nggak terlalu berserak wajahnya di layar kaca :p

Favorit saya adalah Reply's series. Baik itu Reply 1997 dan Reply 1994. Dari drama ini saya bisa melihat perkembangan pop culture di Korea. Tren era 90-an di Korea kira-kira cukup mirip dengan era 90-an di Indonesia. Segala sesuatu belulm terlalu Wah!. dan kedua drama ini berhasil menyajikannya dengan baik. Saya berharap ada production house Indonesia yang bikin drama model ginian kek. Tapi nggak mungkin sepertinya. Nggak tau kapan trend stripping di Tipi lokal akan berakhir. 

Drama lain yang saya suka adalah Its Okay Thats Love. Dan ini keren banget. Selain ceritanya yang bagus, musik-musik latarnya ciamik! Jarang, atau langka banget nemu drama korea yang musiknya diisi oleh band-band indie luar korea. Dan itu pas banget. Its Okay Thats Love bercerita tentang Seorang psikiater dan seorang penulis OCD yang menderita schizophrenia . Ada banyak pengetahuan baru yang di dapat dari jnonton drama ini. Plus alurnya nggak terlalu mendrama. Karakternya juga bagus, kuat dan aktingnya natural banget. 

Drama lawas yang jadi favorit saya adalah Dalja's Spring. Oke, ini lawas. Ceritanya juga bukan konsumsi remaja (saya kala itu). Tapi like i said, saya suka sesuatu yang nggak cheesy. Dan Dalja's Spring memberikan itu. Dalja nama karakter perempuan di drama ini adalah perempuan 30-an tahun yang sampai di tahap dimana dia harus memutuskan, mengejar karir atau mengejar jodoh. I love the story very much. Oh ya, lewat drama ini juga saya jadi suka aktor Lee Min Ki. Karena mukanya nggak main stream seperti aktor korea yang berseliweran di layar kaca. Haghaghag.

Terakhir, saya baru menyelesaikan Pinnochio dan Healer. Keduanya sama-sama 20 Episode dan temanya mirip. Jurnalisme. Tapi bumbunya banyakkkkk banget. Kalo Healer bumbunya cyber crime, konspirasi politik plus action, maka Pinnochio lebih fokus pada jurnalisme dan peran media dalam membentuk opini publik. Kedua-duanya layak tonton.Yah, siap-siap juga dengan bumbu drama ala korea yang asam pedas manis  kayak bulgogi disini. Namanya juga drama korea. 


Reply 1997 dan Reply 1994 , both image are from http://www.soompi.com/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar