Rabu, 18 Februari 2015

30 Days Without Smartphone Day 1

Jadi,
Smartphone saya rusak.
Udah itu aja.

Eh nggak ding, enggak itu aja. Rusaknya smartphone berdampak pada rusaknya intensitas komunikasi dengan kawan-kawan lewat social media macam facebook, instagram, messanger, whatsapp, LINE, BBM dan lain-lain. Awalnya saya sedikit shock. Kalut. Gamang. Galau dan yah begitulah, baru nyadar kalau selama ini selama dua tahun jadi pengguna smartphone saya menjadi sangat ketergantungan.

Kalau direview apa aja kegunaan smartphone bagi saya ada dua macam sih, komunikasi dan entertain. Komunikasi disini manyangkut hubungan dengan keluarga, teman, orang penting, orang yang kurang penting dan orang yang sama sekali nggak penting. Oh ya, orang berprospek dan juga yang sama sekali ga ada prospek (entah itu dijadikan relasi bisnis atau gebetan *aihhh*). entertain menyangkut pada situasi dimana kamu sendirian ditengah keramaian atau kesunyian. nggak tau mau ngapain. Keluarin hape dan tsaaahhhh masalah kamu dengan mati gaya hilang.



Hari ini, Rabu 18 Februari 2015, adalah hari pertama saya menjadi pengguna henpon standar (sms dan telpon). Smartphone udah masuk laci. Belum ada rencana memperbaiki dan duit beli baru juga belom ada (Hiks). Saya memutuskan menantang diri (yang benar menyibukkan diri) untuk melewati at least 30 hari bermutu tanpa smartphone. Kalau diingat-ingat, dulu sebelum bersmartphone hobi saya benar-benar menulis dan membaca. Setelah bersmartphone hobi saya masih membaca (gosip di internet) dan menulis (status singkat di bbm). Agak bergeser sedikit.  Kalau dulu saya biasanya membaca lebih kurang 10 buku dalam satu bulan (fiksi nyampur non fiksi) sekarang dalam satu tahun paling banyak 10 buku. sebagian besar fiksi gak mutu (Tapi karena tuntutan pekerjaan saya jadi rajin baca buku sejarah. sampe sekarang ga tamat-tamat. karena musti dihapal isinya).

So, karena hujan lebat nggak berhenti-berhenti mengguyur kota tempat saya tinggal saya memutuskan untuk bolos kerja. Santai di rumah. bangun agak siangan, saya cuci muka mandi makan nyalain kompie dan donlot drama korea *upps*.  Saya browsing santai sebentar lalu teringat niat saya untuk melewati hari dengan hal yang mutunya lebih tinggi dari hari hari libur kerja sebelumnya. Saya pun teringat sudah beberapa hari ini saya doyan browsing channel D.I.Y. di yutub *sampai akhirnya hape saya matek*. Ada beberapa video tutorial yang saya simpan, dan yah.. mungkin ini saat yang tepat untuk mempraktekkannya.

Here we go,

Cewek berjilbab (khususnya pemakai jilbab segi empat dan pashmina manual (bukan yang instant)) pasti punya masalah yang sama kalo sudah berurusan dengan pentul, pin atau pun peniti. Gampang  hilang. Mudah kececer. Makanya nggak heran deh kalo peniti, pentul dan pin adalah benda laris di  kede depan rumah dan di toko hijab. Apalagi kalau beli yang agak mahal dikit, yang jarumnya halus dan nggak merusak permukaan pashmina sifon dan kasmir kesayangan, walau pun mahal nggak menjamin kalau bakal selalu selamat. Menyimpannya di wadah kadang menjadi opsi, menancapkannya di sela cermin juga jadi hobi. Tapi tetap saja hilang.

Tuspin alias tusukan pin, kalau dibahasa inggriskan jadinya pin cushion, jadi benda yang dicari cari banget sama hijaber. harganya murah meriah. tapi kebanyakan dijual online. untuk benda mungil seharga 15.000 belum ongkir rasanya mubazir deh beli online. Dengan memanfaatkan material sisa dan bahan dasar yang dapat ditemukan di dalam rumah saat ini juga, kita bisa membuat pin cushion lucu. Simak yuk praktek bikin pin cushion yang saya kerjakan sejam yang lalu, hohoho

Pertama sediakan bahan :
1. Kain katun (teksturnya enak buat dijahit tangan)
2. Jarum dan benang yang serasi dengan kain
3. Dakron (Kalau nggak ada boneka atau bantal yang bisa dikorbankan, kaos kaki bekas juga OK)
4. Ornamen (Kancing bekas, pin, atau apa pun yang cakep ditambahin di pin cushion nanntinya)

So, Lets just start it!

gunting kain kamu membentuk lingkaran sempurna seperti di foto. Nggak usah ribet pake jangkar. Gunakan saja piring koleksi Mama di dapur.

lipat bagian luar kain dan sematkan pin agar pas. Ini akan membantu kamu menjahit dengan pas dan bener nantinya.

Jahit sekeliling kain sambil pin dilepas satu-persatu.

Tarik benang sehingga kain mengerut membentuk bola, tapi sebelum itu masukkan dakron atau kaos kaki bekas, atau kain perca (Yang mana pun boleh). Setelah itu ikat benang.


Nah gini hasilnya. Sudah jadi cushion yang empuk. Tapi kita perlu dekorasi sedikit biar cute.
Selanjutnya  masukkan jarum dan benang tepat ditengah permukaan cushion dan tarik ke kanan. Kembalikan dari bawah ke tengah cushion lagi dan lakukan jke sisi kiri. Selanjutnya lakukan hal yang sama ke sisi lainnya sehingga benang membagi cushion empat bagian.

Hasilnya jadi seperti di gambar di atas. Setelah ini, jkita tambahkan ... ehm, karena say cuma punya tassel kecil berwarna putih dan kancing berwarna hijau, saya jahitkan saja ditengah-tengah cushion.



Minimalis banget ya. Tapi lumayan lah. Nanti mungkin bisa ditambahkan ornamen lain. Yak, jadi deh pin cushionnya. Sebenarnya masih belum jadi, kalau untuk penggunaan sendiri udah cukup, tapi kalau mau dijadikan oleh-oleh, hadiah, cendera mata atau mau dibisniskan, bagian bawah cushion yang kita jahit akan mengurangi nilainya. Jadi, guntinglah selembar kain felt warna yang serasi dengan kain katun cushion. bentuk lingkaran kecil yang cukup untuk menutupi bekas jahitan. Kamu bisa gunakan lem (glue gun/ UHU) atau bisa juga dijahitkan dengan rapi.

Pin cushion kamu siap untuk digunakan :)


Note :
Katakanlah kamu nggak punya satu pun bahan yang bakal dipake di atas, kamu bisa membelinya. Anggarannya +/- Rp 20.000-30.000. Karena bahan-bahan di atas nggak bisa dibeli secuil-secuil, contohnya dakron dan kain. Bagi yang tinggal di Medan, Pajak Sambu bisa jadi solusi. Kain-kain katun lucu mulai dari harga Rp 5000 bisa kamu temukan disana. Dakronnya bisa di beli di toko peralatan jahit di Sentral atau di Pasar Rame sebelah Thamrin Plaza berikut ornamen-ornamen yang mungkin kamu butuhkan. Happy Crafting!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar