Jumat, 23 November 2012

Job Sick-ing Me

Alkisah pada hari Kamis, 22 November 2012, saya dan kouhai (junior) saya berencana menghadiri sebuah event ter-akbar tahun ini di Medan. Adalah Kompas Karir Fair! Karena kami berdua adalah dua job seeker yang saling memahami dan mendukung satu sama lainnya, maka atas nama event-event bursa kerja dan walk in interview menjadi sesuatu yang sakral, keramat, SUCI!

Karena Kouhai saya tersebut ada interview di sebuah lokasi bernama Medan Mega Trade Center di jalan Pancing, maka kami memutuskan untuk bertemu on the spot yaitu di lokasi event akbar tersebut digelar. Kami berjanji temu pukul 11.00 WIB di gedung Uniland. 

Dengan semangat 45 setelah sebelumnya mengorbankan panggilan interview pagi-pagi di sebuah kantor media (berhubung terjadi pemadaman listrik dan saya tidak memiliki pakaian layak untuk dikenakan sama sekali dan juga teman untuk minjem juga ukurannya beda drastis dengan saya, satu boodylicious satu terlalu jangkung) saya berangkat dengan menumpangi sudek nomer 61.

selayaknya pukul 10.00 WIB jalan kota Medan seharusnya tidak beitu padat. Dan ekspektasi saya benar. Sang sudek lenggang kangkung di jalan walo sesekali sempat tertahan oleh Semurawutnya jalanan gang Sumber, Pajus Karona, simpang Siti Hajar, de le le (bah...). Sambil tidur-tidur ayam karena malam sebelumnya tidur terlalu larut saya sesekali mengintip dengan membuka sedikit sudut mata agar tidak kebablasan. Sebelum sampai di simpang Jl Ahmad Yani alias kesawan, angkot saya stuck dan bergerak bagai siput . kami tertahan cukup lama di jembatan dan beringsut-ingsut sampai nyaris 1 jam berikutnya. What the.... 

Sampai akhirnya di persimpangan Jl Ahmad Yani, saya melihat tanda bahwa jalan ditutup. Angkot kami yang seharusnya berjalan lurus dipaksa berbelok masuk kesawan. Oh tidak, jangan lakukan itu pak supir! Anda seharusnya lurus saja, saya mo turun di depan sana, dikitttttttttttt lagi!

Apa daya, supir abnting stir ke kiri. kami melewati jalan ahmad yani dan terus lapangan merdeka, berputar di depan kantor pos, masuk depan stasiun Medan dan menuju Pajak Ikan. Sampe disana macet lagi. kali ini lebih parah. tidak bergerak sama sekali. Salah seorang polisi yang berjaga berusaha mengalihkan kendaraan lain yang hampir2 mengikuti jalan kami untuk mencari jalan lain, "Ada demon pak, mereka bakar-bakar ban di tengah jalan. cari jalan lain saja. Bakal lama ini kayaknya."

Omakkkk, demo rupanya. Demo buruh lagi. Apa masih belum terima UMK Medan 1,4 juta? maunya kan 2,8 juta. Saya pribadi tidak tahu menahu soal sistem upah perburuhan di Indonesia. For me it's whateva lah, yang penting outsourcing dihapuskan segera. Benaran. 

Si supir angkot pening. Setoran macet lah ini pikirnya. Jalan tak dibuka, mana bisa ambil sewa. Aish, kasian kali bapak tua berkumis dan jenggot ubanan ini.

Si supir menawarkan saya dan penumpang lain untuk jalan kaki saja. "yang mau ke sambu lurus aja terus dari jembatan ini," ujarnya. Para penumpang lain segera turun. Saya pun ikut-ikutan karena tidak ada pilihan. "Adek mau kemana?" tanya si Bapak saat saya bayar ongkos. Sementara penumpang lain ada yang kabur seenaknya tanpa bayar, saya masih punya nurani buat bayar ongkos walo g diantar sampe tujuan. Bukan salah si Bapak woiiii (sok heroik). "Ke Uniland pak, \"

"Wah, deketnya itu. Jalan saja dek..."
"Iya pak, makasih ya... "
"Sama-sama dek."

Dan begitu saja. Saya berpisah dengan si Bapak supir tanpa adanya drama.

Saya buru-buru jalan menyisiri celah-celah sempit jalan Pajak Ikan yang disesaki kendaraan yang tertahan akibat ada demo. beruntung badan saya tipis, celah sempit pun terlalui dengan mulus. Saya bisa merasakan tatapan iri dan dengki para pengguna kendaraan bermotor. Sementara mereka stuck disana, saya melenggang bebas bagai burung yang terbebas dari sangkarnya *bah*.

Setelah berjalan beberapa menit sambil disuit-suiti abang-abang tukang becak dan porter setasiun, saya sudah hampir dekat Uniland, dari kejauhan saya melihat sesuatu yang hijau=-hijau berkibar di depan Uniland. Apakah hari ini hari jadi Uniland? Maksud saya, Uniland adalah gedung perkantoran yang bangunannya di cat ijo tua. Dan yang saya lihat adalah spanduk, umbul,umbul dan bendera ijo tua. Dan atribut sebanyak itu bukan sesuatu yang normal di hari biasa.

Semakin dekat. Dan semakin dekat.

Itu adalah para demonstran! Mereka gelar demo depan Uniland! What the? Jadi masa buruh sengaja bikin demo di depan arena job fair untuk menggelar tuntutan mereka soal kenaikan UMK? Saya speechless. Bagaimana ini? Oppa~ Ottoke? Doushoukana~?

Shikata ga nai *have no choice* saya telpon kouhai saya untuk membicarakan kemungkinan perubahan rencana. 

"Num, kek mana nih. Demonnya depan Uniland pulak."
"Iya kak, aku dah mutar nih, nggak dikasih jalan ke Uniland. Ini lagi di palangkaraya (jalan palangkaraya maksudnya)"
"Ish, sengaja kali orang ni demon depan lokasi job fair ya... "
"Kak, kita ketemu di sebelah Uniland ya, aku dah lewat nih. keknya masuk dari belakang. deket jalan keluar sudek dari Sambu."
"Oh Okeh, aku liat orang2nya dah beringsut masuk ke Uniland. Tapi yakin dirimu acaranya masih jalan?"
"Masih kayaknya, aku liat banyak orang berdandan rapi tampang-tampang butuh kerja keluar dari parkiran belakang Uniland."
"Iya lah, kuliat pun ga anrkhisnya orang ni. Bisa lah aku lewat.. see you!"

Setelah memutuskan smabungan telepon saya berjalan dengan mantap menuju Uniland, dan You know what. Bendera ijo dan atribut ijo lainnya bukan milik Uniland ato pun organisasi buruh mana pun. Itu milik PPP alias P3 alias Partai Persatuan Pembangunan dengan lambang Ka'bah. Bukan demo UMK rupanya, demo konflik Palestina-Israel. Saya salah sudah su'udzon sama organisasi buruh. Maaf ya....

pict source www.aktual.co   ^^


Saya melewati kerumunan masa dengan santai namun tetap siaga. Sambil berdoa demi perdamaian dunia juga tentunya. Maaf pak, buk, saya nggak ikut demon. Bukannya nggak bersimpati dengan situasi disana. Ada hal lain yang harus lebih saya simpatikan, masa depan saya!.

Setelah berhasil masuk Uniland, perjuangan lainnya baru saja di mulai. Karena kami belum memiliki tiket untuk masuk ke arena karir fair, kami harus menemukan counter tiket terlebih dahulu. Yang pertama terlihat oleh kami adalah antrian mengular sekitar 10 meter dengan 4 lajur barisan penuh orang-orang yang terlihat sama seperti kami, job seeker. 

"masya Allah num, rame kali!" Saya hopeless. Gilak aja ngantri segitu panjangnya. "Mana tiodak terlihat bergerak cepat. Kok gitu kali antrinya ya?"
"aish, kalo kek gini malas aku kak. Nengok antriannya aja dah bikin  malas. Tau gini aku pulang aja ke Perbaongan."
Komentar si Kouhai membuat saya semakin down. Tapin masa perjuangan berat saya melewati macet dan demonstrasi masa harus berakhir dengan pulang? Lagi pula mau pulang kek mana? Orang jalan pulang di blokir masa. 

Kemudian saya tidak sengaja memperhatikan tulisan yang terpampang di areal antrian "Tes BCA blah blah blah, saya sudah lupa"

"Num, itu ngantri tes BCA. Bukan beli karcis. Jadi beli karcis dimana ya..." Ujar saya sambil muter-muter kepala. Dan yeah, boks tempat pembelian tiket ada di belakang kami. 

"Berapa orang kak?" tanya si Mbak penjaga sambil mengipas-ngipas bundel karcis layaknya habis memenangkan ratusan ribu US Dollar di salah satu Kasino Vegas.

"2 Mbak," jawab saya sambil merogoh-rogoh kantong belakang  celana.

"Habis dapat karcis kakak ngantri disana ya untuk registrasi Kompaskarir.com," ujarnya sambil menunjuk neraka antrian yang sempat menggoyahkan iman kami. 

Kontan langkahku dan kouhaiku yang malang surut. Kami batal beli tiket dan malah nyender di salah satu dinding dengan prihatin memandang panjangnnya antrian yang harus kami hadapi. Beberapa pendatang baru pun banyak yang ternga-nga dengan keadaan ini. Ada juga yang dengan segera membatalkan niatnya. 

"Pulang aja kita? Anum sih enak bawa kereta. Aku musti naek angkot. Mana jalan di blokir..."
"Iya pulak ya, kakak tak ada helm. Aku agak riskan rasanya boncengi kakak dengan keadaanku sendiri yang tak ber-SIM,"balas si kouhai resah."Mana polisi berserak."

"Ah masak kita nyerah, ayoklah. Udah disini pun. Sia-sia kali. Aku dah capek-capek lawan macet, jalan kaki, lewati orang demon!" semangatku hidup kembali. Si Kouhai walau wajahnya ragu akhirnya manut. Maklum, didikan Sastra Jepang, wajib menghormati keputusan sempai *senior*. HAHAHA.

"Jadi beli tiketnya kak?" Si penunggu loket tersenyum sangsi menatap wajah kami.

"Jadi kak, 2 ya"

***

Ok this is hell...

pict source  bisniskeuangan.kompas.com


Antrian ini adalah antrian untuk registrasi di website kompaskarir.com. Sebelumnya saya dan kouhai sudah mengetahui bahwa kami harus register di website dulu untuk memperoleh ID agar bisa masuk ke event selain harus membeli tiket. hanya saja kami mencoba register pada tanggal 21, hari pertama diadakan karir fair. Saat membuka link registrasi, kami ditolak mentah-mentah dan diminta mendaftar di lokasi acara. ya sutralah... Tapi serius deh, antriannya lho...

Hati saya sedikit sesak saat mulai mengantri. Begini susahnya ya cari kerja. Pantesan salah seorang kawan keturunan Chinese lebih memilih membuka usaha sendiri ketimbang nyari kerja. Sebenarnya bukan masalah susah cari kerja sih. Dia memang minat berwira usaha juga kale.... hehehehe. 

Ketika mengantri, saya menghibur diri dengan mendengarkan mp3 dari hape. Antrian sangat lambat pergerakan majunya. Sekali maju kami bisa berpindah satu meter ke depan. Tapi nungguin satu meter beikutnya sangat melelahkan. Mungkin ini terdengar berlebihan, tapi yakinlah jika anda berdiri diantar kerumunan orang-orang, berdesakan, tidak dapat bergerak dalam waktu 5 menit bagaikan 1 jam!

ketika kami sampai di 2/3 panjang antrian pergerakannya semakin lambat. Desakan di belakang juga semakin kencang. Bagaiman tidak, lajur yang dibenarkan hanya dua! sementara lajur yang terjadi adalah 4. satu lajur berfungsi sebagaimana mestinya sementara 3 lajur lainnya dipaksa menyusut jadi satu. Mau tidak mau semuanya jadi berebutan dan berusaha selihai mungkin untuk saling menyalip agar bisa duluan. 

Saya sendiri tergencet depan belakang, kiri kanan. Di belakang saya seorang job seeker yang terlihat sangat-sangat pemula dengan cerewat menanyakan banyak hal kepada saya selagi terus menggencet saya untuk maju ke depan. Saya nggak tau juga apa diia yang mendorong saya atau dia terdorong oleh orang-orang di belakangnnya. Hanya saja dalam situasi seperti itu emosi sulit dikendalikan. Sebelum sempat memakinya dan memintanya diam, saya memberikan sebuah selebaran acara karir fair yang saya ambil di salah satu cabang toko buku Gramedia. 

Dan dia masih belum paham, masih saja menanyakan berbagai hal. syukurlah orang-orang di sekitar saya memberikan jawabanny, kalau nggak saya tega menjambak rambutnya.

Sudah hampir 2 jam terjebak berdiri dan mendapat tekanan besar di belakang, saya mulai agak sensi. Sulit rasanya untuk tidak mengomel karena tiba-tiba pihak panitia berkoar bahwa bagi yang sudah membawa hard  copy dapat masuk terlebih dahulu setelah sebelumnya meninggalkan nama dan alamat email di meja masuk. Kontan para pengantri ber Huuu Huuu panjang, protes. Namun tidak berhenti sampai disitu, "Karena ada beberapa perusahaan yang tidak menerima hard copy, maka jika rekan-rekan sekalian berminat untuk apply tetap harus kembali mengantri disini untuk bisa melamar di perusahaan tersebut." Dan bunyi protes lain kembali bergema.

Berkat pengumuman yang terlalu terlambat dari pihak panitia antrian berkurang 2/3 nya. namun tetap saja, antrian 1/3 terakhir ini makin padat karena semuanya semakin mendesak untuk maju. Jam sudah menunjukkan pukul 14.00. Saya masih tergencet tapi kouhai saya sudah berhasil lolos ke meja registrasi on line dan mendaftarkan dirinya sekaligus mengupload CV.

kurang lebih 30 menit, akhirnya saya mendapatkan giliran. Hanya saja saya sial. laptop tempat saya beroperasi error. Maklum lah, mungkin sudah dipakai seharian dan yang dibuka aplikasi itu-itu saja dan dimasuki bermacam-macam flash disk yang entah memuat virus apa. Setelah gagal mencoba sebanyak 4 kali saya dipindahkan ke laptop lainnya dimana kurang dari 5 menit saya selesai mengisi biodata dan mengupload CV saya.

Saya dan sang Kouhai akhirnya masuk ke arena dengan gundah gulana. Kami kecapekan karena nyaris 3 jam bergulat dengan antrian. Berhubung misi harus tetap dituntaskan, kami pun mulai menjajaki satu persatu stand yang ada. Yang pertama adalah stand Kompas Gramedia Group dimana didalamnya adalah penerbitan, percetakan dan tentunya ada juga jaringan Hotel milik Kompas Gramedia Group, Santika dyandra. Mbak-mbak yang menjaga stand sangat ramah dan dengan detail menjelaskan kepada kami tentang posisi-posisi yang terbuka untuk kami apply sesuai jurusan kami yang sastra Jepang ini. Kami akhirnya menguji peruntungan dengan mencoba Santika dyandra dan Gramedia. Khusus Gramedia si Mbak cukup antusias saat tahu kami lulusan Sastra Jepang dan menyarankan posisi Asisten editor Bahasa Jepang. Bah, Mbak nggak tau aja nggak semua lulusan Sastra Jepang Kompeten berbahasa Jepang kekekkekeke.

Yang paling banyak buka lapak adalah finance, Leasing dan Insurance. Bank juga ada Panin, BRI, BCA, dan Muamalat. media juga ada, yaitu tabloid kontan. Berhubung saya tidak mengerti  permasalahan ekonomi kecuali fakta bahwa saya selalu defisit setiap bulannya, saya tidak apply. 

salah satu stand favorit saya adalah Siloam Hospital. Awalnya saya agak ragu dengan logo RS swasta ini, ada Salib-nya. Saya adalah perempuan muslim berjilbab soalnya. Tapi Bapak-Bapak yang menjaga stand menyapa kami dengan ramah,

"Hallo, silahkan ini brosur kami."
"Menerima jurusan Sastra Jepang nggak Pak," tembak saya langsung. 
"Bisa kok, saya juga lulusan sastra," Ujarnya antusias. Si Bapak yang saya perkirakan berusia 30-an itu menunjuk beberapa posisi yang bisa dilamar oleh kami. Rekannya yang satu lagi berada dio seberangnya juga terlihat sangat santun dan ramah menyapa dan menajwab setiap pertanyaan setiap job seeker. Mereka terlihat sangat tulus. Suci. Santo!

Terpesona oleh keramahan bapak-bapak tersebut saya melamar di beberapa posisi di RS Siloam, haha.

Oiya saya belum cerita bagaimana sistem melamar kerja di Kompas Gramedia Karir Fair ini. Setelah mendapat dan mendaftarkan ID di website kompas, kita dapat melamar di setiap stand dengan menggunakan ID kita. Setiap stand menyediakan laptop dimana sudah tersedia applikasinya. Tinggal masukin ID dan check posisi yang ingin kita appy, beres deh. Hanya saja untuk beberapa stand hal ini sangat menyusahkan. mengantri sangat melelahkan. Setelah sebelumnya mengantri tiket, mengantri registrasi on line, lalu mengantri untuk melamar pekerjaan. 

Tapi saya cukup menyukai cara ini (skip bagian antri register on line-nya). Setidaknya berkas lamaran kami nggak direnggut dan dilempar kebawah meja seperti di acara-acara job fair lainnya. Oke, saya rasa dibalik semua peristiwa ada hikmahnya (sungguh kalimat penutup yang basi). Mudah-mudahan perjuangan saya kali ini memberi titik cerah bagi masa depan saya. Dan pagi ini saya menerima sms pemberitahuan tes tertulis dari sebuah perusahaan kosmetik terkenal. Wish me luck =*

2 komentar:

  1. tulisannya emang cuilik kak,,, ini fontnya ukuran 8pt ya??
    ayo kak semangat! tunjukkan semangat pencari kerja!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. di lappie Hunn normal kok Num =(. Lappie anum kali kekecikan kekekkeke

      Hapus