Selasa, 11 Desember 2012

Arabian's (Bad) Dream


Menurut data BNP2TKI, pada tahun 2012 jumlah TKI Indonesia yang ditempatkan di Saudi Arabia berjumlah 11.814 orang. Jumlah ini berada di urutan ke-5 terbanyak setelah Malaysia (46.296 TKI), Taiwan ( 30.669 TKI), Singapura (20.430 TKI) , Hongkong (18.237 TKI) dan Uni Emirat Arab (14.274 TKI). Namun jika ditotal secara keseluruhan, dari tahun 2006, Saudi Arabia menampung paling banyak pekerja asal Indonesia yaitu 1.427.198 TKI. Dan yang paling membuat miris, dari 1410 TKI bermasalah yang didata BNP2TKI, lebih dari setengahnya yaitu 776 TKI bermasalah berasal dari negara penempatan Saudi Arabia. Permasalahan mereka beragam. Diantaranya adalah gaji yang tidak dibayarkan oleh majikan, pelecehan seksual, tidak dipekerjakan sesuai kontrak, dan memperoleh tindak kekerasan dari majikan yang mempekerjakan. Detail lainnya silahkan klik Situs BNP2TKI

Kita barangkali sudah bosan mendengar berita mengenai kasus penganiayaan terhadap TKI, khususnya tenaga kerja perempuan. Kebanyakan berasal dari TKI yang bekerja di Saudi Arabia atau Malaysia. Sepertinya kasus-kasus sebelumnya tiak menajdi pelajaran, baik bagi pemerintah Indonesia, pemerintah negara tempat TKI dipekerjakan dan bagi calon TKI sendiri. Hujan emas di negeri orang adalah alasan mengapa banyak tenaga kerja Indonesia yang memilih untuk hijrah mengais rezeki di negeri orang. 

Jika kita lihat kenyataan disekitar kita, seorang sarjana lulusan Strata 1, penghasilannya sebagai pegawai baru berkisar di antara Rp 800.000 - Rp 2.200.000 . Tergantung perusahaan dan lokasi kota tempat mereka bekerja. Belum lagi jumlah lapangan kerja di Indonesia lebih sedikit dari pada jumlah pencari kerja yang  setiap detiknya bertambah. Berdasarka data Badan Pusat Statistik Indonesia, angka pengangguran di Indonesia pada Februari 2012 adalah 6.32 % atau 7,61 juta jiwa. Dari keseluruhan tersebut, tenaga kerja dengan tingkat ppendidikan Sekolah Dasar ke bawah mendominasi dnegan angka 55,5 juta jiwa atau 49,21 % dari total keseluruhan. Dario statistik ini kita bisa melihat alasan mengapa banyak pekerja Indonesia lebih memilih bekerja di sektor informal di luar negeri. Info selengkapnya klik Disini

Hal ikhwal saya menulis uraian di atas adalah karena saya membaca sebuah buku yang ditulis oleh seorang penulis Indonesia yang patut kita acungi jempol karena keberaniannya terjun langsung ke dunia per-TKI-an di Saudi Arabia, Valiant Budi. Saya sudah membaca buku ini dua bulan yang lalu. Tapi masih, sampai sekarang apa yang dipaparkan Valiat Budi alias Vabyo masih terus membayangi pikiran saya. Saya memaksa beberapa teman untuk membacanya, dan ya mereka akhirnya membaca dengan sukarela. Rata-rata memberikan pendapat yang sama dengan saya, hujan emas itu berat apalagi dalam bentuk bongkahan, anda bisa terluka. Demi mencari sesuap nasi, tidak sedikit TKI Indonesia yang disebut-sebut sebagai pahlawan devisa ini harus menderita, meregang nyawa, dan hidup cacat di sisa usianya.

Di buku yang berjudul "Kedai 1001 Mimpi", Vabyo memaparkan kisahnya yang terobsesi untuk tinggal dan bekerja di negara timur tengah yang eksotis dan misterius. Meninggalkan jabatan dan kesuksesan yang sudah digenggamannya, Vabyo mencoba peruntungan dengan manjadi TKI di Saudi Arabia dengan bekerja sebagai barista di franchise kedai kopi asal Amerika. 

Awalnya saat membaca ini saya sudah diperingatkan dengan sambutan " Selamat datang di negeri 1001 dongeng. Berharaplah ini memang sekedar dongeng"

Dan yah, di awal buku saya ketawa-ketawa histeris membaca pengalaman 'lucu' Vabyo.  Tapi semakin saya membuka halaman berikutnya, berikutnya dan berikutnya lagi semakin dalam pengalaman Vabyo membawa saya pada realita sebenarnya. Satu hal yang paling ingat dari apa yang Vabyo tulis adalah, ternyata menjadi se-agama ( islam ) tidak cukup untuk hidup di Saudi Arabia. Kenyataan bahwa masyarakat Saudi Arabia yang sebagain besar masih sangat rasis menjadi alasan pahitnya hidup di negeri padang pasir ini. 

Saya tidak akan memaparkan isi bukunya disini, bagi yang penasaran silahkan cari bukunya di toko buku. 


sedikit info mengenai bukunya :
Judul : Kedai 1001 Mimpi -Kisah Nyata Seorang Penulis Yang Menjadi TKI-
Penulis : Valiant Budi (Vabyo) Also the Author of Joker, Bintang Bunting, dan Kala Kali
Penerbit : Gagas Media

Sebagai tambahan, buku ini mengingatkan saya pada sebuah buku kontroversial yang ditulis oleh Rajaa Al Sanea, "The Girls of Riyadh- Kisah Email 4 Gadis Saudi Arabia Yang Menghebohkan" . Buku ini juga merupakan sebuah kisah nyata. Ditentang oleh pemerintah Saudi, tapi tidak menghentikan peredaran buku ini ke segala penjuru dunia. Bagi Haters yang mengecam tulisan Vabyo mungkin bisa mencoba membaca buku ini karena ditulis oleh perempuan Saudi Arabia sendiri. Al Sanea disini memaparkan kenyataan pahitnya hidup sebagai perempuan di negara dengan Adat Arab (saya tidak akan menyebutnya sebagai kebudayaan apalagi Negara Islam). 

Cover buku The Girls Of Riyadh versi bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Ramala Books. Pict source downloadebook89.blogspot.com 

Pict of Author (the women who speak), Rajaa Al Sanea. She said in Khaleejtimes.com that the reason why Saudi Government baned every 'unsuitable news' abaout their country is because they wanted to protect this country image as clean as it suppose to be ,“People in Saudi have become very protective about their image around the world, especially after September 11,” she said. “(Literature) is supposed to portray life as it is. I think we are moving forward.”  Saya rasa ini lah alasan mengapa seperti ditulis Vabyo di dalam bukunya berita mengenai kekerasan terhadap TKI gaungnya terdengar lebih keras di luar Arabia, khususnya di Indonesia. Di Saudi Arabia sendiri menurut Vabyo, kita tidak akan pernah menemukan pemberitaan mengenai kasus-kasus ini, bisa-bisa penulisnya dijebloskan ke dalam penjara.

Happy reading people ^^







1 komentar: