Rabu, 05 Desember 2012

There’s No Place Like Home : The Golden Road

pict source: storynina.blogspot.com

Melanjutkan posting sebelumnya,  kali ini saya mau menulis tentang sekuel dari The Story Girl.
Masih menampilkan karakter-karakter yang ada di buku pertama, Bev dan adiknya yang masih gendut, Felix, masih melewati hari-hari mereka di Carlisle bersama sepupu mereka Dan, Felicity, Cecily dan ‘The Story Girl’ Sara Stanley. Tidak ketinggalan anak laki-laki yang bekerja pada Paman Roger mereka, Peter Craig dan tetangga mereka yang cengeng Sara Ray.

Hari-hari Bev tetap diisi dengan menjelajahi kebun keluarga King, memetik apel, mendengarkan cerita baru dari The Story Girl dan mulai menyadari bahwa ia memiliki perasaan khusus terhadap gadis yang memenuhi imajinasinya dan sahabat-sahabatnya dengan kisah-kisah hebat. Ya, di Golden Road para anak-anak di kisah sebelumnya telah berkembang menjadi remaja. Karakter-karakter dalam novel ini mulai mengalami perkembangan emosi dan cara berpikir mereka. Selain Bev yang sedang jatuh cinta pada Sara Stanley, ada Cecily yang dikejar-kejar teman sekelasnya dengan sangat fanatik Cyrus Brisk, dan Felicity yang mulai melunak dan menerima uluran tangan Peter Craig yang tergila-gila padanya. Bayangkan, seorang gadis angkuh dan sadar status seperti felicity yang di buku pertama berkoar-koar soal ia tidak akan  mau merendahkan dirinya dengan berjalan atau pun duduk di dalam gereja berdekatan dengan seorang pekerja upahan seperti Peter Craig, di buku kedua mulai menikmati momen-momen romantis berdua dengan bocah itu.

Di buku kedua ini juga banyak peristiwa penting yang mengubah jalan hidup masing-masing karakter. Kepulangan Ayah Bev dan Felix dari Rio De Jenairo dan kepulangan Ayah Sara Stanley yang eksentrik dari daratan Eropa nun jauh. Namun meski banayk peristiwa yang cukup membuat mereka pusing tujuh keliling, the Kings dan kawan-kawan tidak lupa untuk bersenang-senang. Kali ini mereka menerbitkan majalah kreasi mereka sendiri yang bernama Our Magazine. Awalnya ini adalah ide dari Sara Stanley sang gadis dongeng, tapi berhubung ia cemas Felicity akan menolaknya dan ini akan di ikuti oleh Peter Craig yang selalu memujanya, plus Dan yang tentunya tidak suka sesuatu yang membuatnya kerepotan maka Sara Stanley memaksa Bev untuk mengungkapkan ide tersebut sebagai idenya. Dengan tak tik cerdas, Sara Stanley pura-pura menentang ide tersebut di awalnya, Felicity menjadi excited dan tentu saja dengan sikap bossynya dia akan diikuti oleh dua saudaranya Dan dan Cecily. Peter sang pemuja tidak perlu disinggung lagi deh.  

Majalah mereka akhirnya terbit dengan Bev sebagai editor, Felix sebagai penanggung jawab kolom humor dan informasi, Felicity membawahi kolom rumah tangga, Dan yang serampangan mengurus kolom etiket, Cecily yang pemalu menjadi penulis fashion, Peter menjadi penanggung jawab Fiksi dan Sara Ray yang dilibatkan belakangan karena tidak ikut dalam pertemuan pembentukan tim Our Magazine menjadi manejer iklan. Oh ya, Si Gadis Dongeng menajadi penanggung jawab kolom rupa-rupa.

Selain mengurusi majalah baru mereka, Bev cs juga mengalami petualangan yang mencekam saat terjebak di badai salju dan terpaksa bermalam di rumah Peg Bowen yang sinting. Mereka harus melewati malam mencekam dengan pura-pura menikmati hidangan makan malam dari Peg yang tidak enak sambil dipandangi kucing-kucing kuma peliharaannya dan pajangan tengkorak manusia di dindingnya.

Bagian yang saya sukai di buku ini adalah petualangan Sara Stanley dan Bev beserta ayah si gadis dongeng menjelajah hutan-hutan Carlisle. Saya menyukai bagaimana Bev dan Sara Stanley menikmati masa-masa kebersamaan mereka menikmati kenangan-kenangan lingkungan tua yang penuh nilai historis dari keluarga King turun temurun. Walau tidak dijelaskan bagaimana akhir kisah mereka berdua, tapi saya cukup puas bahwa felicity ternyata akan menikah dengan Peter, sesuai dengan yang diramalkan Sara Stanley.

Sudut pandang penceritaan novel ini masih dipegang oleh Bev. Tapi Bev yang bercerita di Golden Road adalah Bev yang menceritakan kisah kanak-kanaknya di pulau Prince Edward. Jadi tidak heran akan ada beberapa kisah yang dikonfirmasi kelanjutannya di masa depan oleh Bev dewasa, salah satunya adalah kisah cinta Si Pemuda Canggung dan guru musik cantik yang baru pindah ke Carlisle, Miss Alice Reade.

Akhir dari buku ini menurut saya indah dan mengharukan. Walau tidak atau kurang secerdas dan menggigit seperti di buku pertama, saya puas membaca kelanjutan kisah keturunan King dari pulau Prince Edward ini. Karakter favorit saya, Peter, tetap menjadi sosok yang eksentrik dan lugas sekaligus lucu. Senang mengetahui bahwa ia akhirnya berhenti menjadi pekerja upahan dan Ayahnya telah bertobat kembali ke rumah untuk bertanggung jawab terhadap keluarga. Dan di masa depan ia akhirnya memiliki profesi yang sepertinya sangat cocok dengan pribadinya yang lurus dan lugas (walau tetap saja mistis).

Oh ya, walau belum mebaca karya-karya LM Montgomery yang lain, saya jadi penasaran dengan award winning Canada TV series, Road to Avonlea. Dari informasi yang saya dapatkan dari internet, cerita ini diinspirasi dari karakter-karakter dalam novel Montgomery, khususnya The Story Girl dimana Sara Stanley menjadi karakter sentral disini. Nama Felix, Felicity, bibi Janet dan Paman Alec juga muncul. Begitu juga Bibi Olivia dan Paman Roger. Apakah Road to Avonlea pernah ditayangkan di TV Indonesia? Saya jadi penasaran, dimana saya bisa mendapatkan akses murah meriah untuk menontonnya secara lengkap, hehhehe


Tidak ada komentar:

Posting Komentar