Rabu, 03 Oktober 2012

Sister Brother Family


Dari kiri ke kanan Tommy Arswendo (23 Juni 1984/ 28 tahun), Wilma Prima Yuniza (23 Juni 1988) dan Ari Hardi (7 Januari 1986/ 26 tahun).


Saya anak ke-3 dari 5 bersaudara. Anak perempuan tertua sekaigus paling keras kepala di rumah. Bapak bilang, dari ke-5 anaknya yang paling punya jiwa petualang dan pemberontak adalah saya. Tapi walo begitu Bapak tetap paling mempercayai saya saat lebaran tiba untuk menghandle pengeluaran THR-nya *apa hubungannya coba?*

Kalau menurut kisah Ibu saya, saya adalah anak yang ditunggu-tunggu kelahirannya. Maklum, bapak bekerja di instansi pemerintah bernama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ato BKKBN ato kita sebut saja lembaga yang paling concern dan  pengen tau orang ML berencana bikin anak apa kagak *uppsss* Kantor bapak sangat dekat dengan rumah kecil kami yang hanya punya satu kamar tidur dan satu kamar mandi, tinggal keluar pagar nyampe deh. Hehe, kantor bapak memang berada tepat di depan rumah kami. karena waktu itu belom ada pagarnya jadi otomatis jika kami keluar rumah melewati pagar kasat mata otomatis kami sudah berada di tanah kekuasaan kantor bapak.

Ibu saya pertama kali melahirkan pada tahun 1984, Bayi laki-laki berkulit keling dan bergigi taring (emang vampir?) itu diberi nama Tommy Arswendo. Kenapa Arswendo? Kata bapak sih karena dia menyukai sosok Arswendo Atmowiloto yang pada jaman bapak masih merupakan cowok ganteng tengil anak kota itu sering menulis di majalah HAI! *bener nih pak*.  berselang 1,5 tahun kemudian ibu melahirkan kembali seorang putra yang Alhamdulillah mewarisi kulit putihnya, Ari Hardi  pada 7 Januari 1986. Di masa itu pemerintah lagi gencar-gencarnya nge-KB-in setiap keluarga di bumi pertiwi , tapi Bapak dan Ibu nekat punya anak ke-3 yang diharapkan berjenis kelamin perempuan.

Masalah punya anak perempuan sangat krusial di dalam keluarga Minang. Pasalnya, kami menganut sistem matriakat. Garis keturunan diambil dari Ibu. Suku juga diturunkan dari suku ibu. Dalam keluarga Minang, memiliki anak perempuan ibarat memiliki pucuk. Pucuk akan berbunga dan akan berbuah.  Nggak heran jika setiap orang Minang (khususnya di wilayah Sungayang, Tanah Datar) kalo nanya anak pasti nanya berapa anak perempuannya. Kalo di jawab ada mereka akan bilang, "Alhamdulillah, ;lai ado pucuak mah --terjemahan bebas 'Alhamdulillah ada Pucuknya--". Nah kalo dalam sebuah keluarga misalnya tidak ada anak perempuannya, maka keluarga sebut disebut 'punah' -sadis bah-.  Maka ketika saya akhirnya dilahirkan ke dunia fana ini pada tanggal 23 Juni 1988 (ulang tahun barengan dengan abang tertua) ortu mutusin mengikuti program KB. Stop Beranak, berhenti di angka 2+1. Hahahaha


Tapi apa daya, yang namanya anak memang rejeki dari Tuhan, masak ditolak? Ibu kecolongan lagi di tahun 1992, lahir adik saya seorang perempuan bernama Merry Oktoza. Kecolongan lagi di tahun 1997 saat Indonesia lagi dililit Krismon dan ekonomi Indonesia lagi morat maritnya, bayi yang menjadi penutup karir mengandung dan melahirkan Ibu saya itu diberi nama Andre Septian. Ibu saya setelah itu dioperasi Sterilisasi biar nggak bisa hamil lagi.


Saya dan dua abang saya sangat akrab. Kami selalu bermain bersama dan berbuat nakal bersama. Mulai dari pergi ke TPA (Taman Pengajian Alquran woiii bukan tempat Pembuangan Akhir, lu kate pemulung!) bersama, pulang pergi sekolah bersama, bahkan mencuri buah Coklat bersama! Tidak heran jika  saya ketularan sifat laki-laki dari mereka dan teman2 sepermainan mereka yang juga berjenis kelamin laki-laki. Sampai sekarang saya juga heran, mengapa saya dulu sering menempel dengan abang saya. Herannya juga Abang-abang saya juga tidak keberatan jika saya selalu menempeli mereka layaknya kutil.

Awal saya suka baca komik juga karena Abang saya nomor 2, Ari. Awalnya Abang saya membawa saya ikut teman-temannya ke taman bacaan di Areal Pasar Bertingkat (aslinya pasar Batusangkar, cuman karena waktu itu bangunannya bertingkat 2 jadilah disebut Pasar Bertingkat). Saya yang penasaran ikut saja tanpa mengetahui apa tujuannya. Sesampenya disana, salah satu teman Abang saya menyerahkan duit receh (lupa nominalnya berapa) dan ia mengambil sebuah buku kecil bersampul gambar kartun biru (belakangan saya baru tahu itu namanya komik Jepun alias Manga). Si Teman Abang ngambil posisi duduk di sebuah bangku panjang dan serentak  kroni-kroninya (saya , abang dan beberapa anak laki-lakin dekil lainnya) mengelililngi si bocah dengan rapi dan berbagi posisi. Kami rupanya numpang baca!!!


Another funny experience adalah saat saya kelas 4 SD. Karena malas bikin PR saya dihukum berdiri di depan kelas oleh guru saya saat itu (ingat banget namanya Buk Aida, anaknya sekelas dengan saya pulak). Ditengah kegalauan dan kemaluan *uppss dihukum itu saya melirik ke arah luar kelas yang kebetulan pintunya sejajar dengan saya berdiri *pintunya terbuka lebar btw. Dan tanpa disengaja saya bersirobok pandang dengan seorang anak laki-laki yang sepertinya dari kelas senior-an , kelas 5 atau 6.  Hati saya berdebar, wajah saya langsung memerah. Aduh, seniornya lumayan unyuu. Kok ketemunya (?) saat saya lagi dihukum gini ya, ketahuan banget kalo saya paling bego di kelas. Tapi tunggu dulu, kok kayaknya kenal ya? Dan mengapa dia sepertinya tertegun melihat saya ? Oh-Em-Ji !! Dia kan Pajin (nama aslinya Fajri ) teman sekelas sekaligus teman akrab abang ! Mampossss! Saya pasti dilaporkan ke Abang saya, lalu abang akan melaporkan ke Ibu, Ibu ngomong ke Bapak. Lalu ikat pinggang Bapak yang memiliki kait besi itu akan singgah berkali-kalio di betis ceking saya. Oh NOOOOOOOOOO!! Hati saya melolong, pikiran saya berkecamuk. Saya harus menyelamatkan diri! Pajin berlalu, sepertinya dia kembali ingat bahwa tujuan dia keluar kelas adalah untuk ke Toilet, bukan memandangi saya yang lagi berdiri di depan kelas. Pajin Sial!!!! saya harus segera menyusun strategi meng-amnesiakan abang saya saat pulang nanti.


Saat masih sama-sama duduk di bangku SD, saya dan dua abang saya selalu pulang pergi bersama. Ketika saya kelas 4, abang saya nomer 1 sudah duduk di bangku SMP. Maka tiap harinya saya pulang dengan abang nomer 2.  Strategi meng-amnesiakan Abang nomer2 pun mulai saya lancarkan. Segera setelah lonceng tanda jam pulang sekolah saya ngibrit secepat kilat ke kelas 6. Saya tersenyum semanis mungkin sama abang Ari. Dan dia merespon dengan senyum balik dan mengajak saya pulang. Setelah menata perasaan yang campur aduk saya memutuskan untuk berbicara pada abang saya, "Uda, piti wil ado balabiah -Bang, duit saya ada lebih nih-" ujar saya manis. "Uda nio Lanjo ndak -Abang mau jajan tak-?". Abang saya mengernyit heran. "Ba a tu-kenapa rupanya-?". "nggak~" saya berusaha menutupi niat menyogok dalam rangka membungkam mulut si Abang. "Uda diagiah gulo-gulo tadi-abang dikasih permen tadi udah-" ujar abang sambil sambil menunjukkan lidahnya, ooo rupanya dia udah makan permen karet berbentuk telor dengan gambar kemasan dinosaurus yang kalo dimakan bisa bikin mulut kayak ketumpahan cat.

Saya masih penasaran pengen nyogok abang (capek berpindah bahasa, jd percakapan saya dengan abang akan saya indonesiakan saja) " Tadi aku ketemu si Pajin." Abang menoleh dengan heran. "He? kapan".
"tadi, pas di kelas... ng..."
"Ngapain Pajin ke kelas kamu?"
"ke toilet kali.. " dan ups saya baru menyadari. Pajin tidak cerita sama Abang! Manusia baek dia memang. Abang masih memandang saya dengan heran. saya tersenyum lega. beban saya hilang. Duit jajan yang saya sisain senilai Rp150,- selamat masih bisa saya gunakan untuk jajan pulang mengaji nanti. haha, Lucky me.

Cerita lainnya adalah waktu saya kelas 2 SD. Saya yang sakit sehari sebelumnya diberitahu teman bahwa ada tugas menggambar untuk pelajaran matematika. Jaman itu saya belum  ngeh kalo saya bisa nge-gambar. Jadi karena malas saya merengek meminta abang nomer 1 buat bikinin PR saya. Dia mati-matian menolak, Saya menangis meraung-raung. Ibu saya akhirnya ikut campur. Saya dimenangkan. Abang terpaksa mengerjakan PR saya.
Abang : "Apa yang digambar?"
Saya   : *Memonyongkan bibir sambil nunjuk gambar aneka benda di atas meja dan seorang ibu menyusui anak di belakangnnya.*
Abang : Digambar ibunya juga?
Saya   : *Mengangguk*
Abang : Yang benar?
Saya  : *sewot* ya emang itu PR-nya kata teman,.
Dan akhirnya abang saya terpaksa menggambar aneka benda di atas meja dan ibu menyusui di belakangnya. Abang saya jago gambar memang, hasilnya adalah gambarnya sama persis dengan yang dibuku. Ibu menyusuinya juga!

Keesokan harinya...
Teman : Kumpulin PR..
saya : *nyerahin PR dengan halaman tugas terbuka*
Teman : Lho, kok ibu-ibunya digambar juga?
saya  : *tebego*
Teman : Ibuk guru bilang gambar benda yang di atas meja saja.
saya  : *WTF !*
Teman : Gini lho maksudnya.. gambar benda2 yang ada di atas meja. ini kan bentuknya segitiga, tabung, trapesium, blah blah blah...
Rupanya saat saya tidak masuk sekolah karena sakit teman-teman saya sedang mempelajari berbagai bentuk dan ruang! makanya disuruh menggambar. Pantesan, saya juga heran kenapa pelajaran matematika malah PR-nya menggambar. Hasilnya? saya jadi bahan ketawaan teman-teman sekelas. Selain PRnya salah saya dapat bonus ketahuan tidak mengerjakan PR sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar